webnovel

Chapter 23

Chapter 23. White Lily

Pov Raia.

Setelah Raia disegel oleh ayahnya dalam kristal, belut listrik yang merupakan leluhur kelima mengirim Raia ke tempat yang tidak diketahui.

Raia merasakan tubuhnya penuh energi mana milik belut listrik, energi mana yang diberikan belut listrik itu murni dan terlalu kuat, walaupun Raia saat ini level 89, ia tidak memiliki perlawanan sama sekali saat energi mana belut listrik mengalir di tubuhnya.

Karena terlalu kuatnya energi itu, tubuh Raia mengalami sedikit mutasi, fisiknya sangat terpengaruh.

Bukan berarti ia akan menjadi naga atau sejenisnya, melainkan atribut fisik yang berupa baik kekuatan, ketahanan maupun kelincahan. Semuanya ditingkatkan, tetapi itu membuat Raia mengalami rasa sakit karena tubuhnya tidak kuat untuk menangani kekuatan yang tiba-tiba menjadi terlalu kuat.

Kemudian Raia menyadari bahwa ia sedang berdiri di ruang yang disekitarnya penuh kegelapan.

Tidak ada apapun, hanya ada kekosongan. Gelap dan dingin, suram dan menakutkan, Raia menengadah dan melihat kegelapan tanpa akhir.

Ia merinding, "Kegelapan ini kah yang menghantui keluarga kami?"

Raia memiliki pikiran seperti itu, ia tidak tahu apakah keluarganya selalu di kelilingi kegelapan seperti ini selama ribuan tahun.

Jika seperti itu maka keluarganya sangatlah hebat, bertahan di tengah-tengah kegelapan seperti ini selama ribuan tahun tanpa kehilangan akal adalah prestasi yang luar biasa.

Waktu berlalu entah berapa lama, Raia merasakan dirinya mual dan memiliki keinginan untuk memuntahkan segala isi perutnya, "Mengerikan."

Raia merinding, ia menatap kegelapan dalam waktu yang tidak diketahui dan ia merasa akan kehilangan kesadarannya.

Kepalanya sakit dan ia berteriak!

Raia memegangi kepalanya dengan ekspresi kesakitan, baik menutup mata ataupun membuka mata semuanya tetap sama, selalu gelap.

Ia hampir gila!

Tidak, aku sudah gila!

Raia hancur, semua kegelapan ini menerobos dinding pertahanan terakhir ketahanan mentalnya.

"RUI! KAMU DISINI?!"Raia berteriak saat ia memanggil Rui.

Ia hampir gila, sangat dekat untuk menjadi kegilaan itu sendiri.

Memanggil Rui, Raia berharap ia menemukan harapan terakhir di ujung batas kewarasan tetapi ia tidak menyerah semudah itu.

Ia menggigit tangannya hingga berdarah-darah, ia mencoba menyakiti dirinya sendiri demi menjaga kesadarannya.

Raia melakukan segala cara demi menjaga kesadarannya, berteriak, menyakiti diri. Tetapi itu semua hanya solusi sementara.

Raia berbaring di tengah-tengah kegelapan, ia sudah kehabisan tenaga untuk melakukan hal lainnya. Ia memandangi langit-langit kegelapan dengan malas. Tetapi Raia tidak menyerah, ia mengingat kembali masa-masa saat ia masih di rumah.

Ia teringat ibunya yang akan bertelanjang saat tidur disisinya sebelum Raia berusia 10 tahun.

Raia mengingat ia mengerjai Rindou saat mereka melakukan spar, Raia membuat beberapa bayangan yang menyerang Rindou dari segala arah, semua bayangan Raia termasuk Raia  menggunakan teknik bayangan dan Rindou terikat erat dan tidak bisa kabur karenanya.

Melihat Rindou memerah karena payudaranya diremas oleh bayangan adalah kepuasan tersendiri untuk Raia.

Ia kemudian teringat Sany yang akan memarahinya jika ia ikut campur dalam pekerjaannya.

Raia mengingat ayah sialan itu digantung di langit-langit dengan tubuh penuh tali, itu jelas BDSM.

Sungguh tidak ada yang waras di keluarga itu, bahkan dirinya.

Ia tersenyum mengingat kenangan manis tersebut, kenangan yang masih hangat dan beberapa terlalu liar.

"Haha ..." Raia mengeluarkan tawa kering, suaranya bergema di kegelapan ini yang membuatnya tersadar dari nostalgia.

Tiba-tiba, Raia tertawa sangat keras.

Tawa gila memenuhi ruang penuh kegelapan tanpa batas.

Raia yang berada di ujung batas kesadaran tiba-tiba ia terdiam, dan menyadari sesuatu yang sangat penting tapi ia melupakannya karena ia berusaha untuk menjaga dirinya dari kegilaan.

"Akhirnya kamu sadar?"

Mendengar suara asing di ruangan itu, Raia berbalik dan melihat seorang wanita cantik yang berbaring lemah, matanya yang indah menatap Raia dengan malas. Suaranya sangat halus tetapi nadanya jelas menunjukan bahwa ia malas.

"Siapakah kamu?"

"Siapakah aku? ... Haruskah kamu katakan itu padaku? ... Kamu sudah mengetahui siapa aku sebenarnya." dia berbicara dengan lambat dan malas saat matanya yang indah berkedip.

Raia menatap wanita itu sekali lagi dan mencoba memastikan sesuatu.

"Aku tahu, suara itu ... Kamu yang berbicara padaku disaat itu kan?"

Wanita itu tidak menjawab apa yang Raia katakan, "Takdir ... Semua itu terjadi karena takdir ... Selama 12 tahun ini bukankah kamu berpikir bahwa semuanya adalah karena takdir?"

"Tidak diketahui, dan tidak pernah memikirkannya."

Raia mengucapkan yang sebenarnya, ia tidak peduli dengan takdir, yang ia pedulikan adalah bahwa ia merasa senang hidup bersama mereka.

"Ya, kamu bersenang-senang seperti yang kau inginkan. Tapi takdir tidak bisa dihindari, bukankah kejadian ini mengingatkanmu tentang sesuatu?"

"Jika memang tidak bisa dihindari maka aku hanya akan mengutuk seperti 'Fuck for Destiny atau sejenis!'" Raia berteriak saat ia mengutuk takdirnya

"Penyelesaian yang begitu mudah dari masalah yang begitu rumit, tapi bukankah kamu merasa familiar dengan ini?" Wanita itu menghela nafas dan menatap Raia.

"Waktu dimana kita dipisahkan dari orang tua kita ... Ataukah kata 'kita' harus diganti dengan kamu?"

Raia terdiam, ia mencoba mencerna informasi yang datang begitu tiba-tiba.

Raia kembali mengingat detik-detik ia menandatangani kontrak iblis yang memisahkannya dari orang tuanya saat ia berusia 12 tahun.

Raia menatap wanita di depannya dengan bingung.

"Kenapa kamu menggunakan kata 'Kita'? Aku tidak ingat bahwa aku memiliki kepribadian ganda atau pernah ke Thailand ... Siapakah kamu sebenarnya?"

"Kamu sudah tahu siapa aku, tetapi kamu mencoba menolak semua pikiran mu yang tidak jelas."

"Aku memang memiliki pemikiran tentang itu, tapi biarkan aku bertanya. Apakah kamu pemilik sejati tubuh ini?"

"Jawaban yang tepat."

"Lalu apakah aku merampas tubuh mu?"

Wanita itu menutup mata, "Tidak juga, aku yang mengizinkanmu. Aku sama seperti dirimu saat ini, saat aku di dalam rahim ibu, aku gila karena sudah berada di dalam kegelapan dalam waktu yang lama ... Sebagai keturunan asli, aku memiliki kemampuan yang mengharuskan berhibernasi."

"Jadi kamu berhibernasi?"

"Ya, aku melakukan itu, tetapi itu adalah kesalahan fatal yang pernah aku lakukan, tubuh bayi harus memiliki jiwa dan aku tidak bisa melakukan itu."

"Lalu aku memasuki tubuh ini?"

"Ya, tapi sebelum kamu, ada yang mencoba memasuki tubuhku, tapi aku menolaknya karena aku merasakan firasat buruk tentang itu."

"Bagaimana caramu menolaknya?"

"Dengan setengah jiwaku, dengan melakukan itu aku tidak memiliki hak untuk memasuki tubuh bayi lagi karena jiwa ku cacat, dan jika ada penyusup lagi maka tamatlah sudah, tapi penyusup kali ini membuatku merasakan kenyamanan dan terikat."

"Itu aku? Bukankah itu berarti aku tewas?"

"Ya itu kamu, dan kamu tidak meninggal, hanya saja jiwamu meninggalkan tubuhmu dan pergi menuju tubuhku oleh undanganku. Tubuh lamamu bisa dikatakan dalam keadaan koma."

"Jiwamu masih seperti anak kecil saat itu, mudah dihancurkan dan mudah dipelihara, walaupun jiwamu agak rusak karena tekanan batin tetapi itu segera diperbaiki sejak kamu memasuki tubuhku.

Bagaimana menurutmu? Hal itu terdengar rumit dan membosankan kan? Tapi yang pasti adalah kita ... terhubung."

Akhir kata-katanya, tali merah yang terikat di jari kelingking wanita itu, perlahan bergerak dan meliuk-liuk dilangit sebelum mengikat jari kelingking Raia.

Raia memandangi tali merah yang terikat di jari kelingkingnya, ia tidak bisa melepaskannya dan kalaupun bisa ia tidak ingin melepaskannya. Ia menginginkan tali itu terpasang di tubuhnya selama-lamanya.

"Lalu, alasan kamu memiliki ingatanku di dunia sebelumnya?"

"Itu karena akulah yang mengizinkanmu untuk menggunakan tubuhku. Kamu mengendalikan tubuhku, aku mengetahui pikiranmu dan ingatanmu."

"Kamu selalu mengatakan bahwa ini adalah tubuhmu, tetapi bukannya ini laki-laki? Dan kamu itu perempuan kan?"

"Aku tidak memiliki kelamin sebelumnya."

"Lalu? Bagaimana kamu bisa menjelaskan ini?"

Wanita itu terdiam, ia memeluk dadanya dan sensasi hangat mulai muncul, bukan hanya di tubuhnya tetapi di tubuh Raia juga.

"Apakah ini?"

"Kamu terlalu banyak menyerap Yin energi dari ketiga wanita itu, dan aku mengambil kesempatan itu untuk membuat tubuh ini, walaupun aku mengatakan membuat, itu sebenarnya adalah sesuatu seperti gacha. Aku tidak bisa membuatnya sesuka hati, tapi melihat ketiga wanita itu cantik sekali, maka aku tidak perlu khawatir akan gen."

"Lalu kenapa kamu membuatnya perempuan?"

"2 alasan sederhana. Yang pertama adalah Yin energi hanya bisa dijadikan bahan untuk membuat tubuh wanita. Lalu ..."

Raia melihat Wanita itu yang sejak tadi tidak menampilkan ekspresi apapun, secara tiba-tiba memerah saat ia menggigit bibir merah mudanya yang tipis dan seksi.

"Lalu? Apakah kamu baik-baik saja? Wajahmu memerah!"

Wanita itu berbicara saat ia memalingkan kepalanya ke sisi lain, berharap Raia tidak melihatnya memerah lebih banyak karena itu sangat memalukan.

"It-itu ... Karena ..."

"Hmm?" Raia mengernyit karena wanita itu berbicara dengan suara yang sangat kecil dan teredam.

"A-aku mengetahui apa yang kamu lakukan dengan para wanita itu dan aku juga ingin mencobanya!"

Raia terdiam, akhirnya ia mengetahui kenapa wanita itu memerah dan Raia kembali teringat bahwa wanita itu mengetahui semua ingatannya termasuk saat ia bercinta dengan para wanita.

Raia menghela nafas lalu, tiba-tiba ia mengingat hal yang harus ia perhatikan beberapa saat lalu tetapi ia melupakannya, "K-Kamu bilang tiga wanita?"

"Ibu Sany, Ibu Rindou dan ibumu."

"Hei kenapa ibuku dibawa-bawa?"

"Itu karena ibu memperkosamu saat kamu tidak sadarkan diri atau tertidur."

Raia terdiam ... Atau lebih dapat dikatakan jika ia sebenarnya terkejut.

'Ibu, apa kamu memperkosa anakmu yang sedang tidur?' Raia merasa bersalah pada ayahnya.

"Hmm? Bisakah kamu menjelaskan kenapa kamu memanggil mereka semua ibu?"

"Itu karena aku dibuat dari energi yin mereka dan secara otomatis mereka adalah ibuku dan kamu adalah ayahku."

"Ya tuhan! Aku memiliki anak, dan anak ku menginginkan hubungan intim dengan ayahnya? Diriku?!" Raia terkejut dan tubuhnya mati rasa membayangkan ia menyetubuhi anaknya sendiri.

"Tidak perlu khawatir, ayah. Di keluarga kami semuanya incest, tidak peduli apakah itu paman atau sepupu, kita bisa melakukan itu dengan siapa saja."

"Kamu bisa mengatakan itu, tetapi aku masih tidak terbiasa menghadapi hal ini."

"Sekali lagi aku konfirmasikan, apakah kamu anakku?"

"Ya, ayah. Apakah aku harus memanggil ayah dengan nama ayah? Lagipula tidak akan lama sebelum kita memiliki anak."

Raia terdiam dan menatap anaknya dengan rumit.

"Tidak perlu, hubungan incest akan lebih terasa jika kamu memanggilnya sesuai keadaan."

"Seperti yang diharapkan dari ayah, incest master!"

"Sekarang aku percaya, kamu mirip sekali dengan Sany, sifatmu, bahkan eskpresimu."

"Yah, aku bersyukur, tetapi syukurlah aku tidak mewarisi payudara A-cup ibu Sany, tidak, aku mewarisinya tetapi itu dikombinasikan dengan milik Ibu Rindou yang membuatnya menjadi C-cup."

"Dan Rambutku, itu adalah warna kombinasi dari Ibu Sany dan ibu kandungku."

"Harus kukatakan itu indah."

"Terimakasih."

"Sebagai ayah, aku gagal karena tidak memikirkan ini sebelumnya. White Lily. Bagaimana dengan itu? Apakah kamu menyukainya?"

"Apakah ini namaku? Hmm ... Itu bagus, aku menyukainya~ Terimakasih Ayah."

Raia tersenyum melihat anaknya, Lily tersenyum manis padanya.

"Aku akan lebih senang jika kamu melompat padaku dan memelukku erat-erat sambil berteriak, 'Ayah! Aku cinta kamu!'" Raia memandang anaknya yang berbaring tanpa menunjukan tanda-tanda bergerak kecuali melakukan hal-hal kecil seperti gerakan tangan.

"Ahh~ masalah itu. Aku malas bangun."

Raia terdiam tetapi senyumnya tumbuh lebih lebar.

"Kamu mewarisi sifatku juga? Seperti yang diharapkan dari anakku."

"Hehe terimakasih ayah."

Lily, memandang ayahnya yang juga sedang berbaring menghadapnya. "Ayah, aku ingin keluar dari tempat ini."

Raia tiba-tiba menjadi serius saat ia mendengar nada sedih Lily. Ia duduk bersila menghadap Lily dan bertanya pada Lily.

"Bagaimana caranya?"

"Membuka gerbang di tempat ini yang menghubungkannya dengan dunia luar. Tapi ayah harus setidaknya level 100 untuk mencobanya."

"Ngomong-ngomong tempat apa ini?"

"Ini, kekosongan yang merayap di hati ayah selama ayah hidup. Dengan kata lain kita berada di inti kesadaran ayah."

"Tidak akan lama, aku berjanji padamu untuk tidak membuatmu menunggu terlalu lama, Lily."

Raia mendekat dan menepuk kepala Lily yang ternyata memiliki rambut sangat halus.

Waktu berlalu dan Raia segera berkultivasi di dekat Lily, ia tidak ingin terpisah dari anaknya ini.

Karena ini adalah inti kesadarannya maka ia akan lebih muda berkultivasi, karena berkultivasi harus mengutamakan kesadaran.

Dengan berkultivasi, Raia setidaknya dapat memperpendek atau bahkan melewati misi peningkatan level.

Ia pernah mencobanya dulu, selain melalui misi ia juga bisa meningkatkan level melalui kultivasi, walaupun lebih cepat melalui misi.

Tapi dengan kondisinya saat ini, meningkatkan level melalui misi sama mustahilnya dengan menemukan bulu phoenix.

Maka dari itu ia memilih berkultivasi, ditambah efek dari kultivasi si malas membuatnya lebih cepat memadatkan energi yang ia serap ke dalam tubuh dan mengubahnya menjadi energinya sendiri.

Lily melihat ayahnya yang sedang berkultivasi dan ia merasa hangat di hatinya, ia perlahan bangun dan merangkak menuju Raia. Setelah tiba, ia memeluk Raia dari belakang dengan lembut.

Raia sedang berkultivasi dan ia tidak boleh memotongnya di pertengahan, itu akan membuatnya percuma, semakin lama kultivasi semakin tinggi energi yang ia serap.

Walaupun ini adalah kekosongan, semuanya seperti mengeluarkan energi yang familiar dan itu membuat Raia merasa nyaman.

Lily melihat betapa serius ayahnya berkultivasi, ia tersenyum kemudian mengeratkan pelukannya dan bersandar di punggung ayahnya yang berotot.

Saat memeluknya, ia merasa tenang dan hangat. Ia merasa dilindungi oleh punggung ayahnya ini. Ia perlahan tertidur saat memeluk ayahnya.

...

An: saya ingin mengulas apa yang Raia rasakan saat tubuhnya berhibernasi, sementara kesadarannya aktif.

Dengan kata lain saya sengaja membuat Raia menderita, tetapi untuk tetap mempertahankan unsur harem dan romance di novel ini, aku membuat beberapa plot terbaru yang justru akan membuat Raia termotivasi untuk menjadi lebih kuat.

Bagaimana menurut kalian? Apakah menurut kalian ide saya bagus? Berikan tanggapan kalian di komentar.

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

hei selamat ulang tahun negeriku tercinta indonesia yang ke-75.

silahkan baca novel saya dan berikan tanggapan kalian? oke?

_Strawberry_Fresh_creators' thoughts
次の章へ