webnovel

Story Sebelas

Keesokannya, Callista habis memandikan kucingnya, dan merapikan bulu nya.

"Oliver, kamu masuk ke kandang lagi ya..." Callista memasukkan kucing nya ke kandang.

"Callista, sayang!" Tiba-tiba mamah Callista memanggil Callista.

"Iya, Mah. Bentar!" Callista langsung mengunci kandang kucingnya dan pergi menuju sumber suara.

"Ada apa,Mah?" Callista berjalan menuju mamah nya yang sedang duduk di meja makan.

"Makan sini..." Mamah Callista menyiapkan makanan untuk Callista.

"Aku gak makan, ah...males" Callista hampir kembali ke kamarnya.

"Nak! Kamu jangan gitu dong...sini makan, nanti kamu sakit, loh!" Papah Callista membujuk Callista.

"Aku gak laper, Pah..." Callista berhenti di tangga.

"Seenggaknya kamu makan sedikit, dong...udah di masakin mamah susah-susah loh..." Papah Callista terus membujuk Callista.

Callista menghela nafas.

"Iya-iya..." Callista pun pergi duduk dan memakan makanan yang di siapkan mamah nya.

Setelah Callista dan papah dan mamah nya selesai makan, Callista pun hampir pergi ke kamarnya.

"Callista..." Mamah Callista memanggil Callista.

Langkah Callista pun terhenti.

"Iya?" Callista menengok.

"Kamu mandi, terus siap-siap ya, dandan yang cantik..." Mamah Callista tersenyum.

"Emm...ya" Callista mengangguk-angguk dan tersenyum terpaksa.

Callista pun pergi ke kamarnya.

*

Tiba-tiba ada suara klakson mobil dari luar.

Callista yang sedang di kamarnya pun merasa terganggu, lalu Callista melihat dari jendela.

"Itu...pasti temennya papah..." Callista agak murung.

Saat orang tua Callista sedang menyambut mereka, dan para tamu itu keluar dari mobil, Callista langsung menutup kordennya, dan duduk di atas kasur nya, dia menghela nafas.

"Gimana dong...gua gak berdaya kalo udah ngelawan papah...gua kan dari kecil udah di manjain papah, semua nya di turutin sama papah...sekarang gua nolak keinginan papah gitu?!..." Callista menghela nafas.

Tok,tok,tok...

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Nak, tamunya udah dateng...kita turun, yuk..." Mamah Callista memanggil Callista.

"Iya, Mah..." Callista bangkit dari kasur nya, lalu pergi bersama Mamah nya.

Saat sampai di ruang tamu, Callista kaget melihat tamu nya...

"Sini Callista...duduk di sini" Mamah Callista menyuruh Callista duduk sebangku dengan cowok itu.

"..." Callista hanya diam, dia kehabisan kata-kata saat melihat cowok itu.

Namun cowok itu juga kaget, dia tak menyangka, bahwa yang akan di kenalkan olehnya adalah Callista.

"De...ren? Deren?" Callista berbicara dalam hati.

"Dia yang mau di kenalkan padaku? Yang mau di jodohkan dengan ku?" Ucap Deren dalam hati.

"Dunia se sempit ini ya ternyata...atau cuma dunia gua sendiri yang sempit?" Callista terus berbicara dalam hati.

"Nak...sini duduk" Papah Callista menyuruh Callista duduk.

"I-iya, Pah" Callista terus memandang Deren, dia pun duduk di samping Deren.

"Bapak ngapain di sini?" ucap Callista sangat pelan.

"Saya mau di jodohin sama seseorang...kamu punya saudara lainnya?" Deren memastikan, bahwa Callista lah yang akan jadi calon istrinya.

"Enggak...saya juga mau di jodohin..." Callista terlihat bingung, resah, murung.

"Berarti kita dong?" Deren terlihat agak senang.

"Kok bapak seneng sih? Bapak gak nolak?" Callista bengong.

"Enggak...saya memang menginginkan kamu...malah saya di bawa ke kamu oleh orang tua saya..." Deren tersenyum.

"Plis...gua bingung...mereka lagi acting ya? Kemana kameranya?" Callista bertanya-tanya dalam hati.

"Nak...kenalkan, dia in_" Ucapan Papah Callista terpotong.

"Dareen Francisco" Callista memotong pembicaraan.

"Loh, kamu udah kenal?" Papah Deren tersenyum.

"Dia atasan saya..." Callista menatap Papah nya Deren.

"Ohh...emang jodoh gak kemana, ya..." Papah Callista terkekeh.

Mamah Callista, Papah Deren, dan Mamah Deren pun terkekeh.

"Apasi...garing" Callista mengerutu dalam hati.

Deren hanya tersenyum, hati nya gembira, kini dia di permudah...

Setelah beberapa jam berbincang, akhirnya mereka pun pulang.

Calista terus merasa resah, perasaannya tak karuan, cemas, malas, sedih, badmood. Hancur sudah pikiran Callista, tak hanya perasaannya, pikirannya pun serasa ruet.

"Ganteng kan dia? Pasti kamu udah tau kan perilakunya...gimana, kamu suka?" Papah Callista bertanya pada Callista yang hanya duduk saja.

"I do not know...I'm tired" Callista pun pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

Papah Callista dan Mamah Callista hanya bertatap-tatapan, tidak mengerti dengan tingkah anaknya.

***

Keesokannya, Papah dan Mamah Callista sudah di bawah, menunggu Callista turun untuk makan.

Namun ini sudah jam sembilan...Callista tidak juga turun.

"Mah, coba deh di cek, mungkin dia masih tidur..." Papah Callista menyuruh Mamah Callista mengecek Callista.

"Iya deh, Pah" Mamah Callista bangkit dari tempat duduknya, dan menaiki tangga menuju kamar Callista.

Tok,tok,tok...

Mamah Callista mengetuk pintu kamar Callista, sudah berkali-kali di ketuk, namun tak juga ada jawaban dari Callista.

Mamah Callista mencoba membuka pintu nya, namun ternyata terkunci.

"Bi...Bibi...tolong ambilin kunci cadangan kamarnya Callista..." Mamah Callista berteriak memanggil pembantu.

"Iya, nyonya, bentar" salah satu pembantu di rumah Callista pun berlari menuju kamar Callista, memberikan kunci yang di suruh oleh Mamah Callista untuk mengambilnya.

Mamah Callista menerima kucingnya, lalu membuka pintunya.

Akhirnya pintu itupun terbuka, terlihat Callista sedang tidur dengan baju tidurnya, diatas kasur yang berantakan.

"Sayang...bangun, yuk...udah siang" Mamah Callista menguncangkan tubuh Callista.

Namun Callista tak juga bangun.

Mamah Callista pun membuka korden, agar Callista terkena cahaya dan bangun.

Callista pun merasa silau, lalu membuka matanya, masih burem...

"Mah...kenapa di buka?!" Callista menutup mukanya dengan selimutnya.

"Ini udah siang...ayo bangun!" Mamah Callista berjalan menuju kasur Callista.

"Iya, nanti kalo udah gak ngantuk...Callista masih ngantuk, Mah..." Callista memejamkan matanya lagi.

"Kok tidur lagi sih...udah siang ini!"

"Kalo udah siang, kenapa Mamah belum berangkat kerja?"

"Nungguin kamu bangun terus sarapan..."

"Callista gampang kok...Mamah sama Papah sarapan aja dulu...terus nanti kalo Callista laper, Callista tinggal makan...udah ya, Callista ngantuk. Aku soalnya tadi malem tidur jam setengah tiga..." Callista terus memeluk guling nya.

"Ngapain kamu begadang?!" Mamah Callista kaget mendengar ucapan Callista.

"Gabisa tidur" Callista tetap dengan posisi mata terpejam.

Mamah Callista hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya ini.

Lalu Mamah Callista pun pergi turun untuk sarapan dan berangkat kerja.

*

Sudah jam sepuluh, Callista baru bangun dari tidurnya, dia menatap langit-langit, menunggu nyawanya terkumpul.

Callista pun pergi ke kamar mandi, Callista menggosok giginya dan mencuci mukanya.

Lalu Callista turun untuk makan.

"Papah sama Mamah udah berangkat?" Callista bertanya pada salah satu pembantu yang sedang mengepel lantai.

"Sudah, non..." jawab pembantu itu.

"Ohh...yaudah" Callista meminum susu putih yang sudah dingin di atas meja.

Setelah beberapa jam Callista makan, akhirnya selesai.

Callista berjalan menaiki tangga.

"Nona nanti mau pergi, non?" Tanya salah satu pembantu yang sedang mengepel lantai.

"Mau pergi ketemu temen, kenapa?"

"Tidak, takutnya nanti saya di tanya sama nyonya tapi malah tidak tahu..." Jawab pembantu itu sopan.

"Ohh..." Callista pun melanjutkan menaiki tangga.

*

Callista pun menuruni tangga, dengan penampilan cantiknya.

"Bi, kalo di tanya sama Mamah, bilang aja, aku ketemuan sama Axel." pesan Callista pada pembantu yang sudah selesai mengepel.

"Baik, non...tapi non, Axel itu siapanya nona ya?" pembantu itu bertanya.

"Mamah tau kok, dia itu temen deket aku, dia dulu suka main ke rumah" Jawab Callista, lalu Callista pergi menuju halaman rumah.

Terlihat mobil berwarna hitam yang sedang parkir di depan rumahnya, itu mobil Axel...temen deketnya Callista, temen yang bikin mood nya Callista suka berubah-rubah.

次の章へ