Keesokannya Callista sudah ada di ruangannya, mengutak-atik laptop nya.
"Kok di papan informasi gua banyak kertas sih! Siapa lagi sih yang bikin gara-gara pagi-pagi begini!" Callista mengumpulkan tempelan kertas yang di tempelkan di papan informasinya.
Tiba-tiba Callista menemukan kertas berwarna merah, warna yang berbeda dari kertas lain, yang lain berwarna kuning, sedangkan kertas itu Merah.
"Saya tunggu di ruangan saya, cepat kamu ke ruangan saya atau kamu akan saya pecat! Deren" mata Callista melotot membaca tulisan kertas warna merah itu.
"Gua harus kesana! Allahuakbar!" Callista memijat keningnya.
Tok,tok,tok...
"Iya masuk" Deren mempersilahkan Callista yang sedang mengetuk pintu untuk masuk.
"Permisi, Pak...ada apa ya, kok bapak tempel banyak kertas di papan informasi saya? Dan mengundang saya kesini? Kenapa gak kirim email aja atau dm saya aja, Pak?" Callista mengerutkan kening.
"Bisa duduk dulu?" Deren menaikkan salah satu alisnya.
"Baik" Callista menghela nafas lalu berjalan dan duduk di depan Deren.
"Saya mau bertanya, apa nanti ada rapat? Kenapa kamu tidak mengabari saya?" Deren mengerutkan kening.
"A-ada, Pak. Maaf, tapi saya berniat memberitahu bapak nanti jam setengah sembilan, karena rapatnya di adakan jam sembilan, di ruangan rapat kita, dengan klayen kita yang akan memberi kita keuntungan besar, saya berniat untuk menyiapkan semuanya dulu, Pak. Tapi saya minta maaf Pak, besok saya akan memberitahu lebih awal"
"Ohh, begitu. Baik, tidak apa-apa, saya khawatir, kalo kamu ternyata tidak tahu harus bagaimana"
"Enggak kok, Pak. Saya sudah tahu apa saja yang harus saya lakukan" Callista tersenyum.
"Yasudah, Pak. Saya pamit pergi ya, Pak" Callista cepat bangkit dari tempat duduknya, menuju pintu keluar.
"Callista!" Deren menghentikan langkah Callista.
"Iya, Pak?" Callista membalikkan badannya, menaikkan kedua alisnya.
"Kamu bisa mengikuti instagram saya lagi tidak?" Deren tersenyum.
"Ha? Tapi pak_" Ucapan Callista terpotong.
"Tidak tapi-tapian, saya akan terus tagih, selama kamu masih tidak mengikuti instagram saya, saya akan ingatkan" Deren tersenyum membuat matanya menyipit.
Entah kenapa jantung Callista berdebar melihat senyum Deren, seolah itu adalah senyum termanis yang dia lihat.
"Ihh, apaan sih gua! Gitu aja luluh! Cemen banget sih lo, Ta! Senyum murahan! Baperan lo!" Callista terus memaki dirinya dalam hati.
"Tapi, Pak..." Callista menunjukkan wajah sedih.
"Ah, dia gak akan percaya! Udah lah!" Callista terus berbicara dalam hati.
"Yaudah deh, Pak..." Callista menunjukkan senyum terpaksa nya, lalu pergi dari ruangan Deren.
°°°
Jam istirahat datang, Callista selesai dari rapatnya bersama Deren.
"Pak, saya pergi duluan ya, Pak..." Callista tersenyum dan hendak pergi.
Namun tangannya di tarik oleh Deren.
"Tunggu!" Deren menahan tangan Callista.
"Kau mau pergi makan siang?" Deren menaikkan salah satu alisnya.
"I-iya" Callista mengerutkan kening.
"Makan siang denganku saja"
"Gak usah, Pak"
"Sama aku aja"
"Enggak usah, Pak"
"Sama aku!"
"Enggak!"
"Pokoknya sama aku, titik gak pake tanda apapun!" Deren menyipitkan matanya.
"Pak! Saya di tunggu temen saya!" Callista membentak Deren.
"Siapa temanmu?" Deren menaikkan salah satu alisnya.
"Karina Fredella!" Callista sudah kesal dengan atasannya ini.
"Ohh, kenapa gak kamu telfon aja?!"
"Pak..." Callista menyerah, dia menggunakan nada merengeknya.
"Sini, biar saya yang telfon kalo kamu gak mau!" Deren mengulurkan tangannya tanda meminta.
"Iya-iya! Bentar, biar saya telfon!" Callista mengeluarkan hape nya.
"Halo, Na!" Callista menatap Deren sambil berbicara dengan Karina.
Tiba-tiba Deren menarik tangan Callista yang sedang menggenggam telfon.
"Speker!" Deren menjauhkan hape itu dari telinga Callista dan mengaktifkan speker nya.
"Iya, Ra?" Karina menjawab Callista.
"Kita makan siang bareng kan?!"
"Aduh, maaf ya. Pekerjaan gua banyak, gak bisa deh kayanya, lo duluan aja!"
"Na!"
"Aduh, beneran! Gua lagi gak bisa!"
Callista mengerutkan kening dan wajahnya menjadi jutek.
"Bye!" Callista langsung menutup telfon.
"Gimana? Sekarang kita jadi makan siang bareng kan?" Deren menarik salah satu sudut bibirnya.
"Nggak!"
"Kamu harus mau! Karena tadi kita sepakat, kita akan makan siang bersama, apabila teman kamu tidak bisa menemani kamu!"
"Tapi, Pak!"
"Gak ada tapi-tapian, ayo!" Deren menarik tangan Callista menuju parkiran.
Callista hanya menghela nafas.
"Pake seat belt kamu!" Deren memandang ke depan, sebelum menjalankan mobilnya.
"Udah" Callista daritadi hanya memasang wajah jutek.
"Oke." Deren menjalankan mobilnya, keluar dari lingkungan kantor, dan berjalan mencari restoran.
"Kita makan di sini aja" Deren berhenti di depan sebuah restoran.
"Ha?" Callista menaikkan kedua alisnya.
"Iya, kita disini aja, restoran ini bagus kok, sehat, enak lagi makannya" Deren tersenyum lebar.
"Saya nurut aja lah, Pak" Callista menghela nafas.
"Padahal sebenernya gua udah gak mood, makan bareng lo, Pak! Tapi daripada nanti gua di pecat" Callista mengoceh dalam hati.
"Ayo, turun!" Deren melepas seat belt nya.
"Iya" Callista melepas seat belt nya dan membuka pintu mobil.
"Kamu mau makan apa?" Deren melihat-lihat menunya.
"Bapak tuh jangan aneh deh! Menunya ada di bapak!" Callista mengerutkan kening, tingkah direktur itu membuat Callista semakin kesal.
"Kamu gak liat? Atau burem? Di depan kamu ada menu" Deren menaikkan salah satu alisnya.
Callista menatap ke tengah meja, ternyata ada menunya juga.
"Ohh, maaf, Pak" Callista mengambil buku menunya.
"Saya jus alpukat aja lah, Pak" Callista menyodorkan menu ya ke tengah meja lagi.
"Kenapa gak pesen makanan?" Deren mengerutkan kening.
"Lagi males makan, Pak" Callista daritadi hanya cemberut.
"Kamu bisa senyum gak? Saya gemes liat muka kamu yang dari tadi cemberut aja" Deren menatap Callista dengan wajah datar nya.
"Bapak mau ngajak makan aja banyak aturan deh, Pak!" Callista mendegus kesal.
"Saya cuma gak suka aja liat muka kamu yang dari tadi cemberut"
"Saya lagi gak mood, Pak!" Callista agak menahan nada bicaranya, walau sebenarnya dia ingin membentak Pak Direktur itu.
"Pokoknya kamu harus makan"
"Saya gak suka di paksa, Pak! Plis deh! Jangan bikin saya emosi!" Callista mengerutkan kening.
"Yaudah deh, terserah kamu" Deren sebenarnya paling malas meladeni perempuan yang mood nya susah, contoh seperti tibgkah Callista sekarang. Tapi apa boleh buat, dia tidak mungkin membentak orang yang dia suka.
°°°
"Na! Kok lo belum keluar dari ruangan?" Callista sedang berbincang dengan Karina di telfon.
"Iya nih, gua lembur. Maaf, ya..."
"Yaudah deh, gua naik ojek online aja" Callista menghela nafas.
"Iya, maaf ya..."
"Iya gak papa kok. Bye..." Callista menutup telfon nya, berjalan menuju lift.
Sampai di dalam lift, teryata ada Deren juga di dalam lift itu.
"Pak? Bapak kok ada di sini?" Callista mengerutkan kening, dia kaget melihat keberadaan Deren.
"Ya suka-suka saya lah" Deren menaikkan kedua alisnya.
"Dihh, aneh" gerutu Callista.
"Kamu ngapain ada di sini?" Deren balik bertanya.
"Ya suka-suka saya lah" Callista kini menirukan jawaban Deren tadi.
"Kok malah ikut-ikutan?"
"Bapak juga ikut-ikut tanya sama kaya saya!"
"Ya terserah saya mau tanya apa"
"Saya juga berarti terserah saya!"
"Kok kamu ngikutin omongan saya?!"
"Bapak dulu yang mulai"
"Kamu ngajakin debat?"
"Enggak, kurang kerjaan banget"
"Lah itu!"
"Kan bapak yang mancing-mancing!"
Tiba-tiba pintu lift terbuka, terlihat banyak orang yang berlalu lalang.
Namun saat Deren dan Callista tak berhenti berdebat, mereka justru menonton keributan itu.
"Apa yang kalian lihat?!" Callista dan Deren bersamaan membentak para penonton.
"Tuh kan, bapak ngikutin saya!" Callista masih berdebat.
"Kamu yang ikut-ikut!"
"Ahhh, terserah bapak aja lah! Mau niru'in omongan orang, jungkir balik, joget-joget, terserah bapak! saya capek!" Callista pergi mendahului Deren.
"Aneh" ucap Deren pelan.
"Apa yang kalian lihat?!" Deren menatap orang-orang yang justru menonton keributan antara Deren dan Callista.
Mereka pun langsung bubar, dan Deren langsung berjalan menuju parkiran.
°°°
"Tuh direktur ngeselin banget sih!" Callista mengomel sendiri di kamarnya.
"Untung atasan gua! Kalo bukan, udah gua injek-injek juga tuh!" Callista terus mengomel, padahal tidak ada siapapun di ruangan apartemennya.
"Karina juga kemana lagi, gak balik-balik!" Callista menjatuhkan badannya ke kasur.