webnovel

16

Suara Geraman binatang buas membuat langkah kaki Maximus berhenti

"Sial, kenapa si pemakan daging" batin Clara yang melihat 3 serigala beberapa meter dibelakang nya.

Hari yang masih lumayan terang membuat Clara bisa melihat ekspresi buas ketiga serigala itu. Dia sudah menggenggam pedangnya jika tiba-tiba binatang buas itu melompat menerkamnya. Tangannya yang satu lagi memegang tali Maximus dan segera memacu kuda dengan cepat.

Kecepatan kuda seperti Maximus bisa mengalahkan ketiga serigala itu, tapi sayangnya para binatang buas itu tak berhenti mengejar Clara.

"Apa mereka terlalu kelaparan?" Batin Clara melihat serigala yang masih mengejarnya dari kejauhan. Jika begini terus dia bisa tersesat dan berjumpa lebih banyak serigala.

Setelah berjalan lebih jauh lagi Clara berhenti dan membalik arah Maximus, dia harus diam ditempat untuk memanah tiga serigala itu dengan tepat. Clara mulai membidik satu serigala dan-

Sleppppp

Anak panahnya mengenai salah satu serigala dan membuat teman serigala yang lain itu semakin melambat. Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Clara. Dia melancarkan dua panah secara berurutan.

Sleppp

Slepppp

Kedua serigala yang lain juga terkena panah dan merintih di tanah. Meski sebenarnya Clara merasa kasihan mendengar suara mereka yang terdengar seperti anjing kejepit, ia berbalik pergi menjauh.

"Ayolah... Bentar lagi malam" batin Clara

Ia semakin menyusuri hutan yang semakin gelap. Berharap di detik-detik terakhir seperti ini dia mendapatkan bunga Licos.

Dan sesuai dengan harapannya ia melihat bunga berwarna putih yang sedang mekar beberapa meter darinya, dia sudah yakin itu bunga Licos karena salah satu keistimewaan bunga itu adalah bisa mengeluarkan sedikit cahaya jika dia ada di kegelapan.

"Akhirnya! Aku harus cepat kembali sekarang" girang Clara sembari memasukkan bunga Licos di tempat yang sama dengan hunga Porile. Ia segera berbalik arah dan mengingat jalan yang sudah ia lewati.

"Hah, ahaha" tawa Clara datar, ia sedang menertawai dirinya sekarang. Karena ia sudah pada ujung keraguan apa jalannya benar atau tidak.

Di istana semua orang sudah heboh karena Clara belum kembali, terlebih lagi Sam yang tadinya tidak tahu Clara pergi lebih memilih menunggu Clara pulang ke Istana.

"Apa Charlos sudah menyusul?" Tanya ratu Angelina.

"Sejak matahari mulai terbenam tadi dia sudah berangkat menyusul ke hutan yang mulia" ucap Ozey

Saat menjelang sore Ozey dan pangeran Charlos memang sudah berdebat siapa yang akan menyusul kehutan. Mereka juga baru sadar seharusnya mereka ikut Clara sejak awal, ketimbang terburu-buru melihat keadaan Alveno yang sudah jelas tak baik-baik saja.

Diruang pengobatan Alveno benar-benar semakin melemah, penangkal penyebaran racun terus menerus diberikan secara konsisten. Hanya ada Ratu Angelina, Sam, Givan, Ozey, Diva dan para tabib didalam ruangan, para dayang dan yang lain menunggu diluar. Brienna diperintahkan ke kamar karna terus menangis diruangan Alveno. Otomatis Bianca juga pergi ke kamarnya.

"Aku rasa aku butuh tidur" ucap Alveno tiba-tiba, sejak kepergian Clara dia memang tidak ada tidur menahan rasa sakit dan cemasnya. Cemas pada kerajaannya yang akan direbut para musuh jika dia mati.

Ditempat lain kabar melemahnya pangeran Alveno menjadi berita bahagia, tentu saja tempat itu adalah markas komplotan yang mencelakai Alveno.

"Aku sudah mengabarkan sekaratnya Alveno pada Ketua. Jadi ini hadiah kita kali ini. Hadiah besar belum datang" ucap sang bos sambil melemparkan sebuah kantong tas yang berisi banyak kepingan emas.

"Rencana ini belum berhasil, kita harus menungggu instruksi selanjutnya. Ini masih awal kita setelah sekian lama"

Di hutan Pangeran Charlos sudah mengitari hutan dengan lampu yang terlihat seperti lampu petromaks, ia sudah berjalan sangat jauh kedalam hutan.

Clara masih mencari cari jalan pulang yang sudah tidak ia ketahui lagi. Ia mencari sungai dan mengikuti aliran sungai untuk menuju istana. Ia sudah menyalakan lampu yang sama dengan Charlos untuk meneranginya, ia sudah menyiapkan lampu sejak awal sebagai wanti-wanti dia kemalaman dijalan pulang.

Mata Clara tak pernah berhenti memperhatikan sekitar, ia melihat ada cahaya dari kejauhan. Dengan cepat ia mematikan lampunya takut jika pemilik lampu itu orang jahat, ia membawa maksimus ketempat yang lebih gelap.

"Siapa itu? Kenapa dia sendirian?" Batin Clara mengintip Charlos dari balik pohon. Maximus sudah ia ikatkan ditempat aman.

Perlahan Clara berusaha melihat wajah Charlos dengan jelas saat laki-laki itu melihat kearahnya.

"Hem... Itu laki-laki di istana kan?"

Clara Memang belum tahu siapa sebenarnya laki-laki didepannya. Jangankan identitas sebagai pangeran namanya saja Clara tidak tahu. Meski dia selalu ganjal dengan pakaian mewah yang dipakai Charlos.

"Sedang apa dia disini? Oh... Apa dia petinggi pertahanan kayak Ozey? Dia lagi nyari aku?" Batin Clara

"Tapi.... Kalo dia penjahat bagaimana?"

Belum sempat Clara memutuskan mendekati Charlos atau tidak, Charlos sudah melihat keberadaan Maximus yang tak jauh dari tempatnya, ia mendekati Maximus yang terikat dipohon. Clara tetap bersembunyi dengan mengitari pohon yang sama.

Charlos yang sudah turun dari kudanya memeriksa Maximus, ia melihat lampu Clara yang sudah mati dan menyentuhnya.

"Masih hangat" ucapnya keheranan

Ia langsung memeriksa sekitar takut jika Clara sedang dalam bahaya. Sedangkan Clara mati-matian berganti posisi untuk tetap bersembunyi, dia benar- benar takut jika ternyata Charlos orang jahat.

Mereka sudah berjarak antara satu pohon saja. Sayangnya Clara tidak sadar gaunnya masih kelihatan oleh Charlos.

"Kenapa dia sembunyi?" Batin Charlos yang sudah yakin itu Clara. Ia menempelkan wajahnya disalah satu sisi pohon diam-diam.

Karena merasa tidak mendengar suara apapun lagi Clara memberanikan diri untuk mengintip lagi.

"Kampret!!!!!"

Clara mengeluarkan umpatan modernnya melihat wajah Charlos yang muncul tiba-tiba di depannya. Dia melompat refleks kebelakang dan mengeluarkan pedang nya.

"Wah santai.... Ini aku Charlos. Kau pernah melihat ku diistana. Aku kesini mencari mu" ucap Charlos melihat Clara yang bersiap menyerangnya.

"Kau serius? Kau bukan mata-mata istana yang sengaja mengikuti ku?"

"Hah? Kenapa kau berfikir gitu?"

"Aku tahu Alveno pasti punya musuh yang mau mengambil kerajaannya"

"AHAHHAHAH" tawa Charlos menggelegar

"Kenapa kau tertawa?"

Charlos menuntaskan tawanya dan kemudian menghapus air matanya yang sedikit keluar.

"Kau benar, tapi untuk apa aku merebut kerajaan Orion jika aku punya kerajaan Lordaron?"

"Maksud mu?"

"Kau belum mengenalku ternyata. Aku pangeran Charlos, kakak dari Bianca sainganmu. Pantas saja kau tidak memberi hormat di lorong lukisan kemaren. ternyata kau belum tahu aku siapa"

"Apa kau serius? Bianca punya kakak?"

"Aku serius. Sudahlah ayo cepat kita harus kembali ke istana. Apa kau menemukan bunganya?"

"I... belum" ucap Clara berbohong

"Benarkah? Astaga bagaimana ini. Meskipun aku tahu obatnya tidak ada, semua orang di istana berharap pada ketidakpastian mu ini. Mereka sudah menunggu sekarang. Kita harus pulang sebelum berjumpa dengan binatang buas. Mengenai bunga itu mereka akan memakluminya. Ayo" ucap Charlos

Mereka mengambil dan menaiki kuda mereka masing-masing. Charlos sebagai petunjuk jalan, mereka memacu kuda dengan cepat agar keluar dari hutan dengan cepat. Clara masih memilih bungkam mengenai obat itu, hanya sebagai jaga-jaga jika Charlos bukan orang yang baik. Dia tahu di dunia seperti ini tidak boleh mempercayai orang dengan cepat.

Mereka sudah keluar dari hutan dengan aman, tapi langkah mereka harus tetap terus berlanjut sampai ke istana. Setibanya mereka di istana gerbang langsung dibukakan.

"Sepertinya kerajaan akan segera berduka" ucap Charlos datar. Meski tidak terlalu dekat dengan Alveno mereka juga seorang teman sejak dulu karena kerajaan mereka yang bersekutu. Bahkan Charlos fikir kerajaan mereka akan terus bersahabat karena kelak Charlos lah yang memimpin kerajaan Lordaron.

"Kau bersedih karena Alveno?" Ucap Clara memastikan

"Apa kau gak sedih? Padahal kau salah satu calonnya kan"

Jika Alveno matipun Clara rasa dia tidak akan sesedih itu. Ia hanya mempertaruhkan keberadaannya disini. Semua tokoh kerajaan harus tetap sama dengan kilas balik yang ia lihat sampai ia tahu jalan pulang.

"Tenang saja, tidak akan ada pesta duka" ucap Clara sambil berlari masuk kedalam istana dengan sebuah tas.

.

.

.

.

.

.

Please beri power stone dan komentar yah❤️😂~

次の章へ