webnovel

10. Kau tidak sendirian

Walau Daehyun telah mengatakan ingin pulang sendiri berkali-kali, tentu saja mereka tidak mengizinkannya. Daehyun tidak membawa sepedanya karena tadi pagi ia berangkat ke toko dengan Jimin, Taehyung, dan Jungkook.

"Setidaknya beri aku jarak 3 meter."

Ketiga Hyung hanya dapat menyetujuinya. Sesampainya di rumah Daehyun, mereka senang karena Daehyun tidak melarang mereka untuk masuk. Daehyun mengambil tas besar lalu mengisinya dengan semua barang yang dapat ia bawa. Tidak lupa mengambil tabungan yang selama ini dia simpan.

"Duduk atau keluar, Hyung?" tanya Daehyun kepada mereka karena mereka bertiga terus menerus mengikutinya.

Para Hyung hanya bisa terdiam dan memilih duduk. Mereka tidak menyangka Daehyun akan semarah ini. Daehyun mengunci dirinya di kamar.

"Untuk saat ini... biarkan dia sendiri, tapi kalian harus tetap memastikannya dia berada di rumah, dalam pengawasan kalian," kata Hoseok lewat telpon. Setelah mendapatkan berita tersebut dari Yoongi, ia juga menyempatkan dirinya dan Namjoon untuk melihat rekaman CCTV, mereka juga hanya dapat diam dan merasa bersalah.

"Baik, Hyung," jawab mereka bertiga.

1 jam telah berlalu...

Daehyun sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Mereka semakin khawatir dan memilih untuk membujuknya, Daehyun juga belum makan malam termasuk mereka.

Mereka mengetuk dan memanggilnya, tapi tidak ada jawaban. Mereka hanya mendengar suara-suara barang yang dipindahkan.

"Daehyun, kami tahu kau sedang marah... tapi tolong buka pintunya," bujuk Taehyung.

Tidak ada jawaban.

"Hyung, menyingkir dari pintu."

Tanpa menunggu lama, Jungkook langsung mendobrak pintu kamar Daehyun. Daehyun tidak ada di kamarnya. Sumber suara itu berasal dari perekam suara yang telah disetel oleh Daehyun sebelum melaksanakan aksinya.

Jendelanya terbuka lebar dengan seutas tali yang terikat di ranjang terbentang sampai menyentuh tanah belakang rumah. Daehyun kabur, sedangkan udara malam sangat dingin dan kencang. Mereka mulai panik dan kesal. Kenapa tidak ada pesan maupun panggilan dari para Hyung yang lain? Untuk apa CCTV yang terpasang di setiap sudut rumah kalau mereka tidak mengawasinya? Apa koneksi di rumah ini memburuk? Jungkook langsung melompat dari jendela, Jimin menelpon para Hyung yang lain, sedangkan Taehyung segera menuju pintu depan.

"Terkunci?!" seru Taehyung lalu dengan cepat memukul kenop pintu dengan kunci inggris yang ia dapat di rak sepatu.

Taehyung dengan cepat menuju ke tempat Daehyun selalu memarkirkan sepedanya. Tidak ada.

Broom...

Jungkook telah menyalakan motor yang telah lama ia parkir di dekat mobil mereka lalu dengan cepat melesat jauh. Ia tidak menyangka akan menggunakannya disaat seperti ini.

"Daehyun... di mana kau?" gumam Jungkook sambil mengendarai motornya ke tempat yang biasa Daehyun kunjungi.

Jungkook telah mengunjungi perpustakaan, minimarket, dan taman bermain. Tapi dia sama sekali tidak menemukan Daehyun.

Drrt...

"Kenapa kau baru menelpon? Apa CCTV itu tidak ada gunanya?"

"Jungkook, tenanglah. Aku tidak tahu kenapa jaringannya error dan itu membuat gambarnya berhenti saat Daehyun masuk kedalam kamar mandi, kami mengira dia masih di dalam situ sampai Jimin menelpon kami."

"Aku mengerti... maaf, aku belum menemukannya."

"Tenang saja. Aku dan Hoseok Hyung telah menemukannya, dia berada di pusat kota."

"Apa yang dia lakukan di sana malam-malam, Namjoon Hyung?!"

"Melihat foto Nenek."

Jungkook terdiam. Kenapa dia tidak memikirkannya?! "Bagaimana kau menemukannya, Hyung?"

"Aku telah memasang GPS di sepedanya kemarin."

"Aku akan segera ke sana."

"Tidak, kembalilah ke rumah."

"... baiklah. Hubungi saja aku jika dia menolak, aku dengan senang hati menggendongnya kembali ke rumah."

"Jika kau melakukan itu, dia akan membencimu."

Tuut...

***

Walau kejadian kapal itu sudah 3 tahun yang lalu, foto para korban yang tidak selamat masih dipajang untuk mengenang mereka, di dinding khusus yang dibuat oleh pemerintah. Daehyun menatap foto seorang wanita dengan senyum yang terukir di wajahnya, dia merindukan senyuman itu. Daehyun meletakkan bunga lily ungu di dekat foto itu, bunga favorit Halmeoni-nya. Tapi ia heran, kenapa terdapat juga bunga tulip putih di depan foto Halmeoni-nya. Salah taruh? Mungkin, pikirnya.

Terlebih lagi, dia sangat terkejut saat menemui sebuah kamera kecil yang diaplikasikan di kamarnya. Untung saja lampu kamarnya mati, jadi ia harus menyenter setiap sudutnya untuk melihat jelas barang-barangnya. Disaat itu lah, ia melihat titik merah difigura mainannya. Ada sebuah kamera tersembunyi merekamnya. Ia berusaha tidak panik dan bersikap seolah-olah ia tidak melihatnya. Ia kembali menutup lemarinya dan se-natural mungkin berjalan ke kamar mandi, lalu mengecek setiap sudutnya. Tidak ada.

1 jam sebelumnya...

"Siapa yang menaruh kamera itu?" batin Daehyun lalu segera mencoba meretas kamera tersembunyi tersebut dengan ponselnya untuk membekukannya lalu segera mengambil leptop di ransel untuk memeriksanya lebih lanjut.

"... tidak mungkin. Sebanyak ini?!" batin Daehyun saat men-scroll folder yang ia buka. Ia benar-benar ingin berteriak, tapi ia ingat terdapat tiga Hyung menunggunya di luar.

Ia memilih tidak menghapusnya karena itu akan membuat sang pemasang mengetahui bahwa ia telah meretasnya.

Ia menutup leptopnya cukup kesal lalu terdiam sejenak memikirkannya.

"Satu-satunya jalan keluar adalah jendela. Baiklah, ayo kita mulai," gumamnya lalu segera menjalankan rencana yang ia pikirkan.

"Bagaimana aku melepaskannya?" batinnya saat kain yang ia ikat tidak kunjung lepas walau ia menariknya sekuat mungkin.

Karena tidak kunjung lepas, ia lebih memilih meninggalkannya lalu segera menaiki sepedanya dan menuju pusat kota.

Ia masih memikirkan tentang rekaman itu, tapi segera memfokuskan dirinya ke foto sang Nenek.

"Halmeoni, apa yang harus aku lakukan sekarang? Sekarang sudah malam dan aku tidak memiliki tempat untuk tidur. Aku berpikir untuk tidur di taman, tapi aku takut barangku dicuri saat aku tertidur."

Namjoon dan Hoseok yang tetap berada di mobil untuk bersembunyi mendengar semua perkataan Daehyun lewat alat penyadap yang tentu saja terpasang di ranselnya, mereka beruntung sebab Daehyun membawa ransel yang selalu ia gunakan saat pergi kerja.

"Apa kelahiranku membawa dampak buruk? Mungkin. Jika saja Eomma tidak melahirkanku, dia pasti masih hidup. Appa juga mungkin pergi karena tidak menginginkanku... pikiranku ini membuatku takut untuk bertemu dengan para Hyung dan anggota keluarga yang kau katakan. Apa mereka akan meninggalkanku juga?" lanjut Daehyun sedih.

Daehyun membelakangi mobil mereka, tapi nada suaranya benar-benar sangat menyedihkan di telinga Namjoon.

"Hyung... kumohon izinkan aku untuk menemuinya. Dia sudah sangat terpuruk," kata Namjoon, tapi Hoseok menolaknya.

"Kita dengar dulu," saran Hoseok.

Namjoon sangat menghawatirkan kondisi Daehyun hanya bisa merendahkan kursinya ke belakang dan tetap mendengarkan semua perkataan Daehyun.

"Halmeoni, maaf jika dulu aku selalu berbohong tentang perasaanku. Jujur, aku iri melihat semua teman-temanku diantar jemput oleh orang tua atau keluarga mereka saat SD. Aku tidak menyalahkanmu karena itu memang keinginanku agar kau tidak melakukan itu, aku tidak ingin membuatmu lelah." Daehyun mengatakannya dengan arah pandang kebawah. Dia diam cukup lama sambil memainkan jari-jari tangannya dan memainkan batu yang ada di sekitar kakinya.

"Kesedihan tidak akan mengubah apapun yang telah berlalu. Jika aku terlalu terlarut, itu hanya mempengaruhi masa depanku." Daehyun sekali lagi menatap foto Neneknya, kali ini dengan tatapan yang berbeda. "Intinya, terima kasih telah sabar merawatku. Walau pikiranku sedang kacau, aku tidak akan melupakan semua perkataan dan janjiku. Aku akan hidup dengan baik, walau aku harus menjalaninya sendiri."

Daehyun mengakhirinya dengan senyuman dan itu membuat para Hyung lega.

"Sebelum aku pergi, ada satu pertanyaan yang selama ini terbayang di pikiranku. Aku menyesal tidak menanyakannya saat kau masih berada di sisiku. Aku tidak tahu apa ini benar atau tidak," Daehyun menjeda sejenak perkataannya, "Apa aku benar-benar tinggal denganmu sejak aku bayi? Hanya kita berdua?"

Pertanyaan yang dilontarkan Daehyun membuat Namjoon kembali menatapnya.

"Aku bukannya tidak mempercayaimu... tapi sepertinya ada yang janggal sejak aku jatuh dari pohon," batin Daehyun sambil menyentuh sisi kanan kepalanya yang terdapat bekas luka. Tepat diatas telinga. "Kau dan juga dokter itu mengatakan kepadaku kalau bekas luka ini kudapatkan karena aku terjatuh saat main di atas perosotan. Aku mempercayai kalian berdua, tapi terbesit di benakku kalau... itu tidak benar. Aku juga tidak tahu kenapa?" batinnya.

Daehyun sekali lagi berpikir dan mengingat kejadian empat tahun yang lalu. Daehyun yang kala itu benar-benar sangat bosan karena dilarang keluar hanya bisa menelusuri rumah. Saat menelusuri rumah Halmeoni-nya, ia pergi ke taman belakang karena mendengar suara anak kucing. Ada seekor anak kucing di atas pohon besar di belakang rumah. Dia menaikinya dan berhasil menggapai anak kucing itu, tapi ia lengah dan terjatuh. Kepalanya terbentur cukup keras dan seketika pikirannya dipenuhi oleh kejadian-kejadian yang selalu ia mimpikan. Mimpi yang selalu menghantuinya sejak sadar dari rumah sakit. Kilasan singkat itu sama dengan dia lihat di mimpinya, terkesan sangat nyata. Ia terkadang memimpikan hal-hal yang menurutnya sangat berhubungan satu sama lain dan yang membuatnya bingung adalah kepalanya selalu sakit setelah memimpikannya.

"Kenapa kepalaku selalu sakit setelah memimpikannya? Apa itu hanya sekedar mimpi atau," gumam Daehyun lalu terhanyut dengan pikirannya.

Disisi lain, Hoseok dan Namjoon sangat terkejut mendengarnya.

"Hyung, apa mimpi yang ia maksud itu...."

"Itu ingatan Daehyun yang hilang. Otaknya berusaha mengembalikan semua memorinya."

Namjoon sangat senang saat mendengarnya, tapi ia khawatir karena Daehyun harus merasakan rasa sakit untuk mengembalikan ingatannya yang hilang, tentang mereka para Hyung dan orang-orang lain yang dilupakan oleh Daehyun.

"Aku tidak peduli Halmeoni mendengarnya atau tidak. Yang penting aku telah mengatakannya." Setelah merasa cukup lama, Daehyun memutuskan untuk menuju minimarket untuk membeli makan malam, perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi.

Ia tidak bisa mengayuh sepedanya karena kondisi jalan sangat ramai. Daehyun melewati jalan yang padat dan itu cukup membuat Namjoon dan Hoseok kesusahan untuk mengikutinya sambil mengendarai mobil.

"Di sana!" seru Namjoon saat melihat Daehyun sedang berbicara dengan sepasang kekasih.

Namjoon segera memberitahu Hoseok untuk memarkirkan mobilnya dan segera turun walau Hoseok melarangnya.

Plak!

TBC:)

Aku harap kalian mengerti dengan apa yang aku ketik:)

Terima kasih~

Blue_maskedGirlcreators' thoughts
次の章へ