Semakin dekat dengan hari sang Putri memberi berkah, Aodan semakin tidak tenang, ia tidak bisa tidur kalau belum melewati tengah malam, pikirannya selalu gelisah, entah kenapa selalu terbayang wajah sang Putri yang menyedihkan itu.
"Sial, aku jadi lapar kalau tidak tidur." Aodan mengeluh, mengusap bahunya yang terasa kram dan berdiri dari ranjangnya, menguap lebar.
Pintu kamarnya terbuka, Aodan melongok dan melihat kesana-kemari, lorong yang panjang itu gelap gulita, menandakan kalau semua orang telah terlelap di balik selimutnya masing-masing.
Aodan melangkah keluar, berjalan dengan mulus ke dapur dan memeriksa setiap laci penyimpanan, tidak masalah kalau ia dapat beberapa apel yang sudah mengerut, asal ada beberapa biskuit kering yang bisa ia makan.
Suasana sangat sepi, bahkan tidak ada suara jangkrik atau burung hantu yang terdengar seperti malam-malam sebelumnya, Aodan seperti penguasa dapur, ia memakan apa pun yang bisa ia makan dan minum teh hangat sampai kenyang.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください