Pernah merasakan jantung berdegup dengan kencang sampai kedua kaki gemetar?
Lalu pernahkah merasa deru napas menjadi pendek ketika melihat sesuatu yang seharusnya ada di rumahmu tapi tidak ada?
Itulah yang dirasakan oleh Luna sekarang.
Aodan tidak ada!
Sekali lagi, Aodan tidak ada!
Luna tidak tahu kemana kadal hitam itu pergi, tapi ia sudah memanggil-manggil hingga suaranya serak, Aodan tidak kunjung muncul.
"Kalau sampai aku melihatnya berbuat ulah, aku akan mengurungnya di toples kaca!"
Luna membanting pintu, ia juga sudah mencari ke segala penjuru rumah dan membuatkan mie instan, tapi orang yang ditunggu-tunggu tidak kunjung muncul.
Satu hal yang Luna yakini saat ini, Aodan pasti pergi keluar.
Pintu depan yang biasanya Luna kunci terbuka sedikit dan sepatu yang Luna belikan untuk Aodan telah menghilang dari raknya.
Laki-laki itu bahkan tidak tahu caranya bayar di mesin otomatis penjual minuman, bagaimana dia bisa berjalan-jalan dengan santai di lingkungan yang asing ini?
Wanita itu berharap semoga Aodan tidak membuat keributan di jalanan dan membuatnya malu, kalau pun iya, Luna akan sangat marah.
"Aodan?!"
Luna melangkahkan kakinya keluar dari rumah, melihat sekitar dengan awas. Terlihat orang-orang yang datang dari arah berlawan tengah membicarakan sesuatu.
"Di mana makhluk hitam menyebalkan itu." Luna menggertakkan giginya, ia berjalan beberapa langkah ke depan secara acak.
Luna tadinya ingin mengukur lengan Aodan, memastikan sebelum ia memotong pola lagi, tapi tanpa ia tahu laki-laki itu telah menghilang tanpa jejak.
Luna tidak boleh kehilangan Aodan, hanya laki-laki itu satu-satunya yang bisa menjadi tumpuan harapannya.
"Aodan!" teriak Luna di tengah trotoar yang padat pejalan kaki, seorang Nenek yang biasanya berbelanja di tempat Bibi Hanah melihat Luna, ia mengerutkan kening dan terus berjalan.
Luna tidak peduli jika ia akan dikatakan gila lagi, tapi ia harus segera menemukan Aodan atau rencananya untuk pergi ke pernikahan akan berantakan!
"Aodan!" teriak Luna lagi, terus melangkah di trotoar hingga tiba-tiba ia melihat seekor anjing yang berdiri di trotoar, sepertinya ia terpisah dari majikannya.
Luna melihat ke sekitar dan menyadari jika tidak ada satu orang pun yang peduli dengan anjing malang itu, ia membungkuk dan meraih talinya.
"Hei anjing lucu ... apa kau terpisah dari Tuanmu? Ayo ikuti aku."
Rilley, anjing milik Mika yang dilepaskan oleh Aodan itu mengibaskan ekornya dengan gembira, ia menggonggong beberapa kali dan berputar di sekitar Luna. Wanita itu seketika kehilangan rasa kesalnya pada Aodan dan mengelus pelan kepala anjing dengan lembut.
Andai kadal hitam itu patuh seperti ini, Luna mungkin tidak akan kesusahan.
Anjing itu kembali menggonggong beberapa kali, kemudian ia berlari ke depan, seolah ingin Luna mengikutinya.
"Hei, mau kemana?"
Luna ditarik oleh anjing itu ke sebuah restoran cepat saji, begitu ia pikir si anjing ini lapar, ia justru melihat Aodan bersama seorang wanita berambut pirang.
Luna menyipitkan matanya, Aodan tidak mungkin secepat ini beradaptasi kan? Tidak mungkin ia dapat pacar hanya dalam hitungan menit keluar rumah.
Benar-benar mustahil.
"Ha … kadal ini perlu diajar rupanya, berani-beraninya bermain di belakangku."
Luna menarik anjing yang dibawanya masuk ke dalam restoran dan melangkah dengan kaki menghentak ke arah Aodan.
Laki-laki itu tidak menyadari kedatangan Luna, ia malah berdiri dan mencondongkan tubuhnya ke arah wanita berambut pirang, entah apa yang ia gumamkan sehingga wajah wanita pirang berubah menjadi pucat.
BRAK!
"Ah!" Mika memekik, hampir saja terjungkal dari kursinya. "Aku akan memanggil polisi, kalian berdua …."
Mika tidak pernah menduga Luna akan muncul tiba-tiba di depannya, ia gemetar. Tangannya meraba-raba saku, mencoba mencari ponselnya.
Dua orang yang ada di hadapannya ini tidak bisa ia hadapi, mereka berdua diluar kewarasan manusia biasa.
"Luna? Kau … kau ada di sini?!"
Aodan juga ikut terkejut, langsung menyingkir begitu melihat tangan yang akhir-akhir ini menangkap ekornya menepuk meja.
Laki-laki itu langsung berkeringat dingin, ia kemudian berdehem dengan pelan.
Suasana restoran cepat saji tiba-tiba menjadi hening, semua orang melihat dua orang wanita yang saling berhadapan dan seorang laki-laki tinggi di antara mereka.
Suasana seperti ini terkesan sangat familiar, seperti adegan televisi di mana si laki-laki kepergok selingkuh oleh istrinya.
"GUK!"
Tidak ketinggalan pula seekor anjing dengan bulu yang lembut menggonggong.
Semua pengunjung restoran menatap mereka bertiga, penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Suara Luna terdengar melengking dan ia menginjak kaki Aodan.
"Akh!" Aodan menjerit dengan dramatis. "Kau tidak memberi aku makan, makanya itu aku kemari!"
Luna menggerutu dan melirik Mika yang mengangkat kedua tangannya.
"Aku tidak tahu apa-apa, aku tidak bersalah! Dia yang memaksaku membelikannya makanan! Aku … aku bahkan tidak kenal dengannya!"
"Benarkah itu?!" Luna mengerutkan keningnya tidak percaya.
"Kau bilang tadi ingin tahu siapa aku." Aodan mendengkus, merasa dikambing hitamkan oleh Mika.
"Aku … aku tidak … tidak jadi!" Mika tergagap, buru-buru merebut tali anjingnya dari Luna dan langsung keluar.
Luna menatap Aodan, laki-laki itu menghela napas dan tersenyum tipis.
"Jangan marah, aku bisa jelaskan."
"Tidak perlu, ayo pulang." Luna melotot dan melihat jika semua orang menatap mereka.
"Dia adalah suruhan Rachel," kata Aodan memberi pembelaan dirinya sendiri. "Dia setiap hari memantaumu, sahabat mengerikan macam apa itu?! Dia lebih gila dari wanita di televisi malam tadi!"
Sudut bibir Luna berkedut, kemarin-kemarin kadal ini bersikap patuh padanya tapi hari ini ia membangkang.
Sepertinya benar apa yang dikatakan oleh para orang tua, televisi membawa pengaruh buruk pada anak-anak.
"Aku akan membuang televisi besok kalau kau masih berbicara!" Luna menarik Aodan keluar dari restoran.
Aodan langsung menutup mulutnya rapat-rapat, tidak ingin berdebat dengan Luna karena wanita itu terlihat memiliki suasana hati yang buruk. Ia juga sekarang mulai lelah dan mengantuk.
Mereka kembali melintasi trotoar yang padat pejalan kaki dengan Luna yang menarik Aodan di belakangnya.
"Aku akan berubah." Aodan bergumam di belakang Luna tiba-tiba, wanita itu langsung menoleh.
"Kenapa baru sekarang?" Luna mengira-ngira, rasanya belum satu jam di waktu normal Aodan biasanya dalam tubuh manusia.
"Aku kenyang … mengantuk." Aodan berjongkok di trotoar dan memeluk lututnya. "Sebentar lagi aku akan berubah, tidak berniat membawaku pergi?"
Luna menarik lengan Aodan dengan kesal, menyingkir ke taman, tidak sampai mereka bisa bersembunyi ke balik pohon, laki-laki itu sudah berubah.
BOF!
Seekor kadal dengan cepat merayap ke lengan Luna, mendesis dengan lidahnya yang panjang.
Luna menarik napasnya lagi dan berbalik menuju rumah, satu hal yang ada di pikirannya saat ini, ia harus mengurung Aodan di dalam toples!