"Apakah kau menyukai sesuatu yang mistis dan menegangkan? Jika iya, maka bergabunglah bersama kami, Bangtan!" -Kim Namjoon
Di suatu pagi yang cerah, seorang pria bernama Kim Namjoon baru saja keluar dari kamarnya dengan terburu-buru, serta seragam sekolahnya yang baru ia pasang kancingnya selama perjalanan menuju ke kelasnya. Pria itu tinggal di asrama Healing School yaitu asrama yang memfokuskan diri kepada medis dan psikologi yang terletak di Gwangju. Pelajarannya tentu saja tidak jauh dari keduanya. Sedangkan pelajaran seperti matematika, bahasa inggris, dan bahasa korea hanyalah pelajaran sampingan belaka.
Karena terburu-buru, Namjoon sampai tak menyadari bahwa di hadapannya ada seorang wanita. Mereka pun saling bertabrakan hingga terjatuh.
"Oh, Nuna, Mianhae!" ucap Namjoon.
"Oh, Gwenchana," sahut wanita itu sembari berdiri. Wanita itu adalah Kim Seokmin, saudara kembar dari Kim Seokjin, teman sekamar Namjoon. Wanita itu terlihat mengenakan pakaian khas dokter, berbeda sekali dengan Namjoon yang hanya mengenakan seragam biasa saja.
"Nuna, apa hari ini di kelasmu ada praktik?" tanya Namjoon. Gadis itu pun menganggukkakan kepala.
"Benar, hari ini kami harus melakukan praktik membedah mayat dan dibantu oleh anak kelas satu," sahut Seokmin. "Sudah ya, aku harus menemui anak-anak kelas satu dulu,"
Namjoon sedikit membungkukkan tubuhnya untuk menghormati Seokmin. Wanita itu pun tersenyum dan meninggalkan Namjoon sendirian di koridor. Namjoon memeriksa jantungnya, apakah jantungnya masih berdetak? Atau telah berhenti berdetak akibat senyuman wanita itu?
"Oh, tidak! Sekarang bukan saatnya memikirkan itu!" laki-laki itu pun teringat dengan kelasnya yang sudah mulai daritadi. Tampaknya kali ini, ia benar-benar akan mati.
*****
Suasana di dalam kelas 2A-Psikologi, terlihat sangat gaduh. Namjoon yang tadinya sangat terburu-buru, kini jadi menyesal. Kenapa tadi dia harus buru-buru? Benar-benar sial. Sedangkan sahabatnya yang lain, yaitu Min Yoongi dan Jung Hoseok justru sibuk bergosip.
"Aku dengar, hari ini ada dua orang murid baru di sekolah kita," ucap Hoseok.
"Ya, aku tahu, yang satu akan sekelas dengan kita, sedangkan yang satu lagi akan ditempatkan di kelas 3A-Kedokteran. Kau terlambat, Hoseokie," sahut Yoongi dengan gayanya yang swag. Hoseok pun mencemberutkan bibirnya. Ia sedikit kesal mendengar ucapan Yoongi.
"Hyung, kau benar-benar menyebalkan," ujar Hoseok.
"Sudahlah. Sesama penakut, dilarang saling meledek," ucap Namjoon dengan senyuman nakalnya.
"Apa? Apa kau bilang? Jadi, siapa sebenarnya yang meledek? Kau atau kami? Jangan mentang-mentang tubuhmu tinggi, jadi kau meledek kami," gumam Yoongi dengan raut wajah datarnya.
"Tapi, aku salut dengan murid baru kelas tiga itu. Yang aku dengar, dia adalah anak akselerasi," ujar Hoseok. Yoongi dan Namjoon pun sama-sama terkejut.
"Benarkah?" tanya mereka dengan bersamaan. Hoseok pun hanya menjawab dengan anggukan.
"Itu artinya, seharusnya dia sama-sama kelas dua seperti kita?" tanya Namjoon. Sekali lagi, Hoseok hanya menganggukkan kepala.
Beberapa saat kemudian, Sora sonsaeng-nim pun memasuki kelas diikuti oleh seorang pria yang begitu asing untuk semua murid. Sora sonsaeng-nim pun membuka pembicaraan.
"Anak-anak, hari ini, kita kedatangan murid baru yang berasal dari Busan," ucap Sora sonsaeng-nim, beliau pun menyuruh pria itu memperkenalkan diri.
"Annyonghasseo, Park Jimin imnida!" seru pria itu sembari membungkukkan badan dengan raut wajahnya yang sedikit malu-malu.
"Park Jimin, kau duduk di belakang Min Yoongi," pinta Sora sonsaeng-nim sembari menunjuk Yoongi. Jimin pun menuruti perkataan beliau, dan duduk di belakang Yoongi.
"Annyeong! Jadi, namamu Min Yoongi?" tanya Jimin.
"Nde," sahut pria itu dengan singkat, padat, dan jelas. Jimin sedikit terkejut dengan sifat Yoongi yang begitu dingin terhadapnya.
"Ah, semoga saja aku bisa betah di sini," ucap Jimin dalam hati. Tadinya, Jimin ingin meminjam catatan milik Yoongi. Namun melihat sifat Yoongi yang seperti ini, siapa yang berani mendekatinya?
*****
Sementara itu di kelas Seokjin, seorang pria bernama Kim Taehyung baru saja diperkenalkan oleh Jun sonsaengnim. Ketika pertama kali melihat Taehyung, Seokjin menangkap sesuatu yang berbeda dari Taehyung. Ia pun berjalan mendekati pria itu.
"Aku dengar, kau adalah anak akselerasi, apa itu benar?" tanya Seokjin, Taehyung hanya menjawab dengan anggukan. Benar-benar misterius. Sebab, Taehyung tak banyak bicara sedaritadi.
"Katakan padaku, apa kau memiliki ketertarikan dalam hal mistis?" tanya Seokjin. Namun, Taehyung justru balik bertanya.
"Katakan padaku, apa kau seorang peramal?" tanya Taehyung. Seokjin sangat terkejut dengan ucapan Taehyung.
"Bagaimana kau... bisa tahu?" tanya Seokjin. Taehyung pun tersenyum, namun senyuman itu adalah senyuman sinis.
"Kita sama-sama tengah menyembunyikan sesuatu. Aku menyembunyikan kemampuan cenayangku, kau pun juga. Hanya itu yang bisa kukatakan," sahut Taehyung dengan tenang. Ia pun berjalan mendahului Seokjin untuk menuju ke dalam ruangan praktek.
Sesampai di sana, para senior pun menghampiri salah satu mayat yang diletakkan diatas ranjang dorong. Sebelum membuka selimut yang menyelimuti mayat itu, Seokjin menatap junior-juniornya.
"Kalau kalian tidak tahan melihat mayat, silakan keluar dari ruangan ini, dan pindah ke jurusan Psikologi. Kalian mengerti?!" seru Seokjin. Para anak kelas satu pun berseru dengan kompak.
"Nde!"
Lalu, Seokjin membuka selimut itu. Beberapa orang anak kelas satu itu terlihat menahan rasa mual. Sedangkan salah satu dari mereka justru begitu bersemangat.
"Daebak! Aku benar-benar melihat mayat!" seru seorang laki-laki bernama Jeon Jungkook. "Ngomong-ngomong, apa ini mayat asli?"
Mendengar pertanyaan Jungkook, Seokmin, saudara kembar Seokjin pun menatapnya.
"Kau pikir apa? Apa kau pikir itu manekin?" tanya Seokmin dengan tatapannya yang begitu sadis.
"Oh, itu artinya ini mayat sungguhan," gumam Jungkook. Jun sonsaeng-nim pun mulai menjelaskan kepada para muridnya.
"Jadi, untuk para murid kelas tiga, kalian harus membedah mayat itu. Dan kalian, para murid kelas satu, harus bersedia membantu senior kalian, Arraseo?!" seru Jun sonsaeng-nim. Para murid pun berseru dengan kompak.
"Nde!"
Para murid itu terbagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diwajibkan untuk membedah satu mayat. Beberapa orang murid terlihat jijik. Namun, mereka harus tahan. Sebab, itu sudah menjadi pilihan mereka.
Pada saat tengah membedah mayat, salah seorang murid wanita kelas satu berteriak begitu kencang.
"AAAAAAAA!!!"
Murid-murid lainnya pun menghampiri gadis itu, begitu juga dengan Jun sonsaeng-nim.
"Ada apa?" tanya beliau. Gadis itu pun menunjuk mayat yang dibedah bersama timnya dengan tangan gemetar.
"Barusan, mata mayat itu terbuka ..." sahut gadis itu. Jun sonsaeng-nim pun memerhatikan mayat itu. Namun, mata mayat itu tertutup seperti mayat yang lain.
"Kau sedang berkhayal?" tanya beliau dengan mata tajam.
"Sonsaeng-nim, aku tidak berkhayal," sahut gadis itu dengan ketakutan. "Jungkook, kau juga melihatnya kan?"
Jungkook sangat terkejut mendapat pertanyaan itu.
"Oh, itu aku tidak tahu. Tapi ..." Jungkook menghentikan ucapannya sejenak. "Aku rasa dia jujur,"
"Sudahlah, hentikan omong kosong kalian, dan kembali kerjakan tugas kalian!" seru Jun sonsaeng-nim. Para murid pun kembali sibuk dengan tugas mereka, terkecuali Kim Taehyung yang terus memerhatikan mayat itu ...
***** TBC *****