webnovel

3

Author POV

Irham berbaring di sofa bed yang ada di ruang kerja Abi nya di bengkel sambil menunggu antrian mandi setelah Haikal. Sebentar lagi waktu solat dzuhur akan datang dan setelah nya Ia dan Haikal akan menunaikan janji makan siang dengan Atta.

Menunggu Haikal selesai mandi seperti menunggu perempuan dandan, lama amat.

Ponselnya berbunyi dan masuk pesan dari pacarnya.

Bella : Yang, dimana?

Irham : Bengkel.

Bella : Aku free siang ini, makan bareng yuk?

Irham : Yah, gimana dong, aku udah duluan janji sama teman.

Bella : nggak apa-apa. Aku ikut juga, boleh nggak?

Irham : yaudah sih, aku jemput?

Bella : Pakai Bit?

Irham : ho'oh.

Bella : NGGAK USAH.

Irham : jeh. . hahaha

Bella : kabarin tempat nya, aku ke situ.

Irham : sip

Irham menyimpan ponsel nya di meja kecil dekat sofa.

Memikirkan kembali hubungan dengan Bella yang sudah berjalan kurang lebih 7-8 bulanan lah.

Dilihat dari segi apapun, dari mulai mereka pacaran, Bella memang kurang menerima kondisi ekonominya yang pas-pasan. Sering kali Bella menyarankan Irham untuk mencari pekerjaan lain selain karyawan di perusahaan dan nguli bengkel pas malam nya, yah walau sebenarnya bengkel tempatnya nguli adalah soon to be miliknya.

Dengan ijazah sarjana Teknik Mesin lulusan Jerman, seharusnya Irham bisa berkarir lebih bagus, begitu katanya Bella.

Yah, Bella antara iya dan tak iya juga pacaran dengan Irham. Mengingat profesinya sebagai Model Iklan dan Busana membuat Bella tidak begitu sreug dengan pekerjaan yang Irham geluti.

"Berapa lah gaji kamu, Ham. Kalau kita nikah, aku nggak yakin kamu bisa menuhin semua kebutuhan aku, belum lagi kebutuhan rumah tangga dan anak-anak nanti." Ungkap Bella saat itu.

Irham sadar kalau Bella bukan nya matre tapi realistis. Tapi Irham tetap pada pendirian nya, Ia mau cewek yang bersama tahan dengan keterbatasan ekonomi nya.

Ia sengaja tidak mengumbar identitas siapa dirinya, apa yang akan Ia warisi nanti setelah Irham sah menikah, apa saja asset dan investasi nya selama ini. Sengaja. Ia mau nmencari yang menerima nya bukan karena harta.

Irham mengingat seseorang berkata nya pada nya, "Cewek itu kalau dia ajak senang, mudah aja. Harta kita cari emang buat cewek kita, buat istri. Tapi, kalau diajak susah nggak semua cewek mau Ham, kebanyakan orang milih buat ninggalin pasangan nya. Apalagi kalau penghasilan ceweknya melebihi penghasilan cowoknya, udah dihina-hina tuh."

Dipikir-pikir, iya juga sih. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, nggak gitu juga sih. Ada benar nya, ada keliru nya. bukti nya selama 7-8 bulanan ini, Bella masih bertahan dengan nya walau sang pacar selalu menolak dirinya saat mengendarai motor Bit kesayangan nya.

Yowes toh. Kita lihat nanti. Irham sudah mau serius dengan pacarnya. Nggak ada waktu lagi buat main-main. Umur nya sudah hampir kepala tiga, Abi nya pun sudah tua dan tidak begitu fit lagi untuk mengurus bengkel yang bercabang-cabang di Indonesia. Saat nya Ia harus mengambil alih.

"Udah nih Uncle." Suara cempreng milih Haikal mengejut kan Irham yang sedang termenung.

"Haih bocah, ngejutin aja." Saat nya Irham mandi dan wudhu. Nanti lagi dipikirin tentang pacarnya itu.

[***]

Irham dan Haikal menapaki lantai Grand Indonesia Mall karena mereka janjian makan di salah satu restoran dalam mall tersebut. Atta yang milih tempat dan tentu saja lelaki itu memilih mall ini karena paling dekat dengan tempat praktik nya.

"Uncle, Haikal pengen ke temu Mama." Celetuk nya tiba-tiba. Haikal menunjukkan anak kecil yang ada di hadapan nya dan digendong oleh ibunya. Irham jadi kasihan dengan bocah cerewet nya itu.

"Sini uncle gendong."

"Nooo…" tiba-tiba saja Ia berlari menjauh membuat Irham panik.

'Aduh bocah geblek itu.'

Rupanya Haikal berlari kearah perempuan yang memakai jilbab oranye di depan nya. Irham menghembuskan nafas nya lega, perempuan itu adalah Citra dan di sisi nya ada Atta yang berjalan beriringan.

Irham buru-buru menghampiri mereka. Haikal pasti akan membuat ulah dan merepotkan Citra.

"Gendong." Ujar Haikal sambil menaikkan tangan nya ke atas, meminta di gendong.

Irham langsung menyentil kepala Haikal gemas, "Haikal nggak boleh gitu, kamu kan udah besar. Mana sanggup Dokter Citra gendong kamu." Omel Irham tak suka.

Ya kali minta Citra yang punya tubuh langsing begitu menggendong bocah lelaki umur 7 tahun.

Citra mengiris tak enak dan Irham paham pasti Citra tak bisa menolak permintaan Haikal namun juga tak kuasa mengabulkan nya. "Haikal, I will mad on you ya." Kata Irham tegas.

"I hate you." Balas Haikal cemberut lalu mengandeng tangan Citra dan mengajaknya pergi. "Don't follow us, OK."

Irham berdecak pelan lalu mendelikkan mata saat bocah kecil itu memeletkan lidah kearah nya. Atta yang melihat nya tertawa pelan dan merangkul pundak Irham.

"Dia benar-benar suka sama adek gua, bro !" kata Atta usai tertawa.

"Heeuh…" Irham menghembuskan nafasnya kasar, "Tuh bocah emang paling bisa memonopoli cewek-cewek cantik. Nggak adek lo doang, semua mantan-mantan pacar gua di tempelin sama dia."

"Hahaha. . .genit banget tuh bocah."

"Kalau jadi playboy nanti waktu besar, udah nggak heran deh itu." balas Irham lalu melangkah bersama Atta ke restoran yang mereka tuju.

Sampai disana, Irham bisa melihat Citra dan Haikal yang duduk berdampingan sedang memilih makanan.

"Don't make a thing ya Haikal. I don't like it." Ingat Irham pada Haikal saat Ia sudah duduk di hadapan Haikal. Ya kali, baru kenal beberapa jam yang lalu, sekarang Haikal akan merecoki citra dan membuat perempuan cantik itu kerepotan. That's not good, dude.

"I don't, man !" Haikal menaikkan kedua tangan sampai ke dada, "Haikal akan makan sendiri, minum sendiri, lap mulut sendiri, tidak akan mengotori meja dan lil bit chit-chat with my girlfriend. Just that."

"What do you mean by girlfriend?" tanya Irham memiringkan kepala nya, curiga nih bocah suka seenak nya.

"Yah, girlfriend. Dokter Citra is my girlfriend now." Kata Haikal lugas.

"Haaaak. . ." Irham berhati berkata-kata. Anak ini benar-benar. Wajah Irham sangat konyol karena terkejut dengan tingkah seenaknya ponakan kecilnya itu.

Atta dan Citra sudah tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Haikal. Bagaimana bisa bocah kecil itu berkata seperti itu. uuhh… menggemaskan sekali.

"What ever, little man. What ever." Pasrah Irham setelahnya membuat senyum Haikal kian mengembang, akhirnya paman nya berhenti mengganggu nya.

Saat mereka sedang asik memesan makanan, Bella datang ke meja mereka.

"Yang !" sapa Bella saat pada Irham yang di balas dengan senyum mengembang dan pelukan hangat penuh kerinduan.

Sudah hampir 2 minggu mereka tidak bertemu karena jadwal padat Bella yang memaksa dirinya berada di luar kota dan juga Irham yang sibuk dengan pekerjaan nya yang jarang senggang kecuali weekend.

"Missing you so bad." Ucap Irham setelah melepaskan pelukan nya pada Bella. Baik Haikal, Atta maupun Citra tidak ada yang berkata-kata saat pasangan itu bertemu kangen.

Ya, orang nggak kenal ngapain sok akrab.

"Maaf ya, gue ngajak cewek gua ke sini. Abisnya dia sibuk banget, susah banget di jumpain." Ujar Irham pada Atta dkk tak enak.

"Haih selow kali." Balas Atta ramah, Citra berubah menajdi kikuk sendiri.

Dalam hati Citra menggerutu pelan, 'idaman sih, Cuma udah ada yang punya'. Pupus sudah harapan Citra untuk bisa tp-tp dengan Irham. Ternyata lelaki itu sudah punya pacar, cantik lagi.

"Bell, kenalin ini Atta, teman aku jaman kuliah," Irham mengenal Atta pada Bella, "Ini Citra, adik nya Atta." Lalu pada dokter cantik itu.

Bella tersenyum kikuk pada kedua orang baru itu lalu saling berjabat tangan.

"Hallo Ekal !" sapa Bella pada Haikal yang juga berada ditengah-tengah orang dewasa itu.

"Hallo Akak." Haikal menyalim tangan Bella dengan hikmat. "Long time not see you, Akak. I miss you." Ujar nya lalu melabuhkan ciuman singkat di pipi merona Bella.

Dalam hati lagi-lagi Irham mengutuk bocah kecil ompong itu, bisa aja ya. Semua cewek di cium nya. Haih.

"Sweet nya, I miss you too baby boy."

"Bell mau makan?" tanya Irham setelah Haikal dan Bella berkangen-ria.

Saat ini mereka sedang berapa di salah satu restoran Jepang.

"Minum aja deh ya, bella diet. Bell Cuma mau jumpa kamu kok Yang, kangen." Ujar Bella pada Irham lalu mengelus punggung tangan Irham.

Irham menitipiskan bibirnya tanda tidak setuju. "Nggak, kamu harus makan. diet mulu, kurus juga kagak." Ujar Irham asal.

Bella reflek memukul tangan Irham manja, pura-pura marah. "Nyebeliiiinnnn…."

Citra mengamati tingkah laku pasangan itu dan merasa iri. Cewek nya cantik, cowok nya ganteng. Cocok banget. Bahkan sepertinya semesta pun merestui mereka untuk bersatu. Tidak sepertinya dengan Bastian, cinta yang tidak restui keluarga. Miris.

"Bella kerja apa?" tanya Atta saat mereka sedang menyantap makanan, Irham menyuapkan Bella ramen nya.

Bella menelan makanan nya terlebih dahulu lalu menjawab pertanyaan Atta, "Modeling. Hehehe . . ."

Mendengar itu, Citra lalu berdecak kagum dalam hati. Tak heran sih jadi model, orang Bella itu cantik banget.

"Makanya sibuk banget dia, Ta. Susah banget gua mau jumpa, udah kayak presiden aja." Sunggut Irham.

"Ih apaan sih." Balas Bella malu-malu.

Usai makan siang, mereka semua bubar dengan arah perjalanan masing-masing kubu. Atta dan Citra balik ke klinik dan Irham, Bella dan Haikal menuju parkir untuk pulang. Haikal harus tidur siang karena nanti sore harus pergi TPA.

"Besok jalan mau nggak Bell?" tanya Irham saat mereka menuruni escalator dengan sebelah tangan Irham menggenggam tangan Bella. Rasa nya sudah lama sekali Irham tidak menggenggam tangan kekasih nya itu. jarak dan waktu yang memisahkan. Walau mereka berada di kota yang sama tapi rasa nya mereka LDR.

"Yah, aku pemotretan besok dari pagi sampai jam 4 gitu." Sahut Bella tak enak. Mereka sudah jarang sekali quality time bersama.

"Yaudah deh Bell, mau bilang apa juga." Sahut Irham pasrah.

Terlintas di kepala Irham kalau Ia ingin menemui orangtua Bella. Ia tidak ingin hubungan yang mereka jalani saat ini hanya terbatas antara mereka saja.

Sampai parkiran, sambil menunggu taksi online menjemput Bella, Irham mengutarakan keinginan nya.

"Bell, kayaknya aku pengen ketemu orangtua kamu deh."

Bella membelalakkan matanya kaget, "Ketemu orangtua aku, ngapain?"

Irham menjelaskan nya dengan tenang, "Aku udah cukup tua buat punya hubungan yang main-main, Bell. Aku mau serius jadi aku mau ketemu orangtua kamu, palingan aku minta ijin memacari kamu baru setelah nya kita ke jenjang selanjutnya."

"Maksudnya kamu mau lamar aku?" tanya Bella lagi.

"Iya Bella Sarasvati. Tapi nanti, nggak sekarang. Aku nggak mau buru-buruin kamu, but one thing, aku serius sama kamu."

Bella melebarkan senyum nya lalu meleburkan tubuhnya memeluk Irham, "Iya boleh-boleh. Besok malam gimana? Aku pulang kan sorean gitu, nanti aku masak buat kamu. Makan malam dirumah aku."

Irham mengiyakan dengan wajah sumringah, Ia turut senang melihat reaksi antusias dari pacarnya, setidaknya Ia tidak sendirian saat mengatakan Ia serius. Bella juga mau diseriusin.

"OK, boleh." Sahut Irham pelan. "Aku sayang kamu."

Mereka berpisah dengan satu kecupan di kening Bella dan juga taksi online yang sudah di pesan datang menjemput Bella.

[***]

次の章へ