webnovel

Pelukan tak Terduga

"Pak Mura". Guru yang menjadi wali kelas mereka itu datang bersama gadis cantik nan anggun, Leo yang melihat guru itu datang bersama seorang siswi, sangat terkejut seakan tersambar petir melihat siswi yang bersama dengan gurunya itu.

Ini pertama kalinya Leo sangat terkejut seperti itu, matanya yang sipit langsung terbuka lebar dengan tatapan yang tajam sambil menggigit bibirnya, jantung berdetak sangat cepat dan itu pertama kali baginya setelah sekian lama, ia tidak terkejut karena paras cantik nan anggun dari siswi tersebut melainkan karena ia tidak bisa menafsirkannya.

Bagi Leo menafsirkan seseorang itu sangat mudah cukup dengan melihat raut wajah mereka, mungkin ada beberapa yang sulit untuk ia tafsirkan namun gadis itu berbeda ia sama sekali tidak bisa melihat apa pun.

"Bagaimana mungkin aku tidak bisa menilai gadis ini sedikit pun, siapa dia sebenarnya?" Ucap Leo bertanya kepada dirinya sendiri, Leo terus memandang gadis itu mencoba tenang dan terfokus berharap bisa menilai gadis tersebut.

Pak Mura dengan segera mempersilahkan siswi itu untuk memperkenalkan diri, dan siswi itu mulai tersenyum tipis lalu memperkenalkan diri, "Hay nama saya Lira Amelia, saya baru-baru ini pindah dari Kota saya berharap bisa ..." Lira tiba-tiba terdiam saat pandangannya berhenti pada Leo yang sedang menatapnya dengan aneh.

Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan cepat dan wajahnya memerah tanpa alasan, namun ia segera melanjutkan ucapannya, dan mengalihkan pandangannya ke murid lainnya, "Bisa berteman baik dengan kalian". Jelas Lira dengan sopan, sedikit merasa gugup dan membungkukkan badan untuk memberi hormat.

"Yeah ... Huwuuu, Akhirnya kelas kita memiliki seorang putri sungguhan, selamat datang Lira". Suara para siswa yang bersorak-sorak mulai tidak terkendali, Lira hanya tersenyum tipis melihat keadaan tersebut, itu adalah hal biasa baginya.

Leo yang awalnya menatap Lira dengan aneh tiba-tiba berdiri beranjak dari tempat duduknya, lalu mendekati Lira dengan mata yang berkaca-kaca dan ekspresi kebingungan.

Lira melihat Leo yang beranjak dari tempat duduknya, namun dia memasang ekspresi yang biasa, walaupun sebenarnya ia sedikit tegang dan jantungnya masih berdegup dengan cepat, dalam pikirannya Leo akan beranjak keluar ruangan untuk pergi ke toilet.

Namun tidak ada yang menyangka Leo yang setengah sadar tiba-tiba memeluk Lira dengan erat, Lira sangat terkejut dengan hal itu, matanya langsung terbelalak dengan wajah yang sangat merah dan jantung yang berdegup semakin kencang.

Ia tidak pernah menyangka akan mendapatkan pelukan pertamanya dari pria yang baru saja ia lihat, dalam sekejap ia ingin melepaskan diri dari Leo, namun pelukan Leo semakin erat.

"Aku sangat merindukanmu" Ungkap Leo dengan lembut dan mata yang berkaca-kaca seakan menumpahkan air mata, untuk sesaat Lira yang mendengar ucapan Leo merasa begitu hangat dan nyaman ia tidak lagi melawan dan ekspresinya perlahan mulai normal kembali.

Sementara itu guru dan semua murid yang berada di dalam ruangan itu langsung terdiam seperti patung tidak mengeluarkan kata sepatah pun, dengan mata melotot seperti mau keluar dan mulut yang terbuka seakan mau jatuh ke atas meja karena terkejut.

Di sisi lain Karin yang tengah berlari di ikuti oleh Leny dan Clara, "Prakkk". Suara pintu Toilet yang terbuka keras oleh Karin yang masih kesal, ia langsung bercermin di kaca yang terpampang di dinding toilet.

"Ada apa denganmu Rin, kenapa kamu peduli dengan es batu itu". Karin bertanya kesal kepada dirinya sendiri, "Ah, sudahlah aku tidak mau memikirkannya". Sambungnya lagi sambil memukul kepalanya pelan dengan telapak tangannya, kemudian membasuh wajahnya, dan melihat ke cermin kembali.

"Rin apa kamu tidak apa-apa?" Suara Clara yang tiba-tiba datang bersama Leny, melihat Karin yang berantakan leny langsung mengelus punggung Karin dengan cepat, "Aku tidak apa-apa, hanya sedikit kesal oleh es batu bodoh itu". Karin tidak sadar mengatakannya sambil memandang dirinya di cermin.

"Dasar, Memang pria yang tidak peka". Leny dengan raut sedikit kesal ikut terbawa oleh ekspresi Karin, "Hahaha, Rin itu artinya kamu terobsesi oleh Leo, atau jangan-jangan kamu sudah punya perasaan kepada Leo, hahaha". Tawa lepas tiba-tiba dari Clara menggoda Karin.

"Ti ... Tidak kok, mana mungkin aku suka sama es batu seperti dia" Karin menyela dengan spontan membantah godaan Clara kepadanya, sementara Leny yang mendengar hal itu langsung ikut tertawa kecil.

"Sudahlah Rin kamu tidak bisa membohongi dirimu sendiri, semua gadis juga akan langsung terpesona saat melihat ketampanan Leo" Sambung Clara dengan santai sambil menempelkan kedua telapak tangannya di pipi kiri dan kanan Karin.

"Kamu tenang saja Rin aku dan Clara pasti akan mendukungmu" Leny ikut menggoda Karin sambil tertawa kecil, Karin menyerah dengan godaan itu, kemudian langsung memasang ekspresi sedih agar Leny dan Clara tidak menggodanya lagi.

"Eh kelas kedua kita akan segera di mulai, kita harus cepat kembali". Ucap Leny menyeka tingkah Karin yang sedang membela diri, Karin hanya cemberut karena merasa sengaja tidak di perhatikan oleh dua temannya tersebut, akhirnya mereka pun beranjak kembali ke ruang kelas.

Setelah sampai di depan pintu dan ingin masuk ruangan mereka terkejut seperti teman-teman kelasnya yang lain, melihat Leo yang sedang memeluk Lira dengan erat, mereka pun hanya terdiam di pintu masuk ruangan melihat pemandangan yang sangat di luar dugaan itu.

Sementara Leo yang masih setengah sadar mulai melepaskan pelukannya pada Lira dengan perlahan, menatapnya dengan hangat, sedangkan Lira hanya melotot ke arah Leo dengan pipi kemerahan yang masih tersisa di wajahnya.

"Apa yang terjadi kenapa kamu bisa berada di sini?. Suara Leo lembut dengan penuh rasa ingin tahu yang jelas terlihat di wajahnya, sambil memegang kedua pundak Lira, "A ... Aa ... Apakah kamu mengenalku". Tanya Lira dengan terbata-bata karena gugup. "Aku, aku adalah ..."

次の章へ