webnovel

Pengorbanan

Setelah mendapatkan uang pinjaman senilai Rp 50 juta dari pak Jamal, Aziz segera berpamitan untuk kembali ke rumahnya, "Pak Jamal, hari sudah mulai siang dan saya harus kembali untuk segera mencari sisa uang untuk pengobatan Leo", seru Aziz dengan wajah gembira sambil mengakap erat kantong plastik hitam yang berisikan uang tersebut,

"Ya Ziz kamu harus segera mendapatkan sisanya, saya berdoa untuk kesembuhan Leo, titip salam untuk istrimu" Jawab Pak Jamal penuh harap, "Ya pak sekali lagi terima kasih" Jawab Aziz sambil menundukkan kepalanya.

Dalam perjalanan Aziz yang telah mendapatkan uang pinjaman sudah mulai lega seakan kepalanya seperti dimasuki angin segar, memegang erat kantong plastik tersebut sambil berpikir untuk menemukan solusi untuk mendapatkan sisa uang yang dibutuhkan untuk pengobatan Leo.

Sesaat terlintas di pikirannya tentang Marvin yang begitu tega meninggalkan Leo, Aziz meremas kantong plastik tersebut tanpa sadar, ekspresinya menjadi berubah, lalu tersenyum licik membayangkan betapa buruk kakaknya tersebut.

Sesampainya di rumah ia menemukan Leo dan istrinya sedang duduk di teras depan rumah, segera ia menghampiri mereka, dan memberikan kantong plastik yang berikan uang tersebut kepada istrinya, "Ma bawa ini ke dalam" pinta Aziz kepada Laela, kemudian langsung memeluk Leo dan menggendongnya.

Laela langsung membawa kantong plastik yang diberikan oleh Aziz tanpa bertanya isi dari kantong plastik tersebut, saat beranjak ke dalam rumah ia merasa bahwa kantong plastik tersebut bukan berisikan makanan, karena sebelumnya ia mengira bahwa itu adalah makanan.

Laela pun membuka kantong plastik tersebut dengan hati-hati, dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat isi dari kantong plastik tersebut adalah uang yang begitu banyak, matanya melotot, mulutnya seakan mau jatuh ke lantai dan ia terdiam seperti patung saking terkejutnya,

Laela mulai berpikir dari mana suaminya mendapatkan uang sebanyak itu dan digunakan untuk apa, namun ia memendam perasaannya untuk bertanya, ia akan bertanya jika mendapatkan kesempatan yang baik.

Disisi lain Aziz yang sedang mengendong Leo terus menerus mengusap kepala Leo, "Nak kamu pasti akan sehat" Serunya dalam hati, Leo yang sudah terbiasa dengan sikap pamannya hanya diam dan memberikan kepalanya terus dielus oleh pamannya.

Hari pun sudah mulai gelap, mereka makan malam seperti biasa, sebelum tidur Laela mulai mendekati Aziz dan bertanya tentang uang yang didapatkan oleh suaminya, "Pa, dari mana mendapatkan uang sebanyak itu dan akan digunakan untuk apa?, setahu saya ayah tidak pernah memiliki uang sebanyak itu untuk dibawa ke rumah".

Aziz yang mendengar pertanyaan istrinya sedikit terkejut namun sudah menebak pasti istrinya akan bertanya tentang hal itu.

"Sebenarnya aku tidak ingin memberitahukan kamu tentang hal ini namun karena sudah terlanjur aku akan memberitahukan semuanya". Jawab Aziz menghela napasnya dalam-dalam, setelah itu Aziz menceritakan semua tentang keadaan Leo dan perihal keinginannya untuk menyembuhkan Leo,

Laela yang baru menyadari keadaan Leo setelah mendengarkan cerita dari suaminya ia pun tanpa sadar sudah meneteskan air mata tak sanggup untuk membendung air matanya.

Aziz juga menambahkan, "Aku akan menggadaikan tanah yang kita miliki, dan hanya akan menyisakan sedikit untuk kita kebutuhan mendasar kita, ini satu-satunya cara untuk mencukupi pengobatan Leo, dan aku berharap kamu setuju, pinta Aziz pada istrinya sambil mengelus punggung istrinya,

Laela yang terus menangis hanya bisa mengangguk Tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun karena merasa sedih tak mampu melakukan apa pun untuk membantu.

Keesokan harinya setelah sarapan bersama, Aziz bergegas untuk pergi menemui pak Wira yang ia tahu sering menerima gadai tanah, sesampainya di sana ia mengucap salam dan mengetuk gerbang rumah pak Wira sambil membawa sertifikat tanah yang akan di jadikan jaminan.

Selang beberapa saat pak Wira langsung keluar dan menyambut Aziz dengan sopan, "Eh Aziz Tumben, Mari silahkan masuk" jawab pak Wira dengan lembut, Aziz pun langsung masuk dan meletakkan sertifikat yang dibawa di atas pahanya, tunggu sebentar ya Ziz kata pak Wira dan masuk ke dapur memberitahu istrinya segera membuat kopi untuk mereka berdua.

Setelah pak Wira datang, Aziz pun segera menjelaskan semua perihal keinginannya tersebut dan pak Wira yang mendengarkan hal itu sudah larut dalam kesedihan di dalam hatinya, dan langsung menanyakan "Berapa uang yang kamu butuhkan Ziz? saya akan sangat senang jika bisa membantu niat muliamu ini", kata pak Wira dengan penuh ketulusan,

"Saya membutuhkan uang sekitar Rp75 juta, dan ini adalah sertifikat tanah saya untuk di jadikan jaminan oleh pak wira, dan tentu saya akan sangat berterima kasih jika bapak bisa membantu" sambut Aziz penuh harap.

"Baiklah Aziz tidak perlu khawatir, saya sekarang memiliki Rp 100 juta mungkin bisa membantu untuk keperluan lainnya nanti" jawab pak Wira penuh antusias, "Terima kasih banyak pak Wira saya sangat tertolong oleh bapak, semoga kebaikan bapak mendapatkan balasan yang semestinya", Kata Aziz sambil membungkuk penuh kegembiraan.

Setelah itu Aziz pun berpamitan dan kembali ke rumah dengan penuh kegembiraan, wajahnya yang berseri penuh harap karena bisa mendapatkan biaya yang cukup untuk pengobatan Leo, sesampainya di rumah ia pun mengabarkan hal bahagia itu kepada istrinya, dan mereka berdua bisa bernapas lega.

Uang yang di kumpulkan Aziz sudah lebih dari cukup untuk biaya pengobatan Leo, kini Aziz dan Laela memberitahukan kepada Leo tentang pengobatannya yang akan di lakukan di pusat kota.

"Leo paman dan bibi berencana untuk melanjutkan pengobatan mu di kota", Ucap Aziz dengan semangat, mendengar hal itu Leo menjadi tidak terkendali, dengan pandangan dingin dan wajah hitam ia menolak dengan keras, "Tidak paman, sampai kapanpun aku tidak akan pernah kembali ke kota" Jawab Leo dengan ketus.

次の章へ