webnovel

Rasa yang mulai berubah

Tristan tiba di depan rumah Haruna. Ia tahu, hanya rumah Kamal yang akan dituju Haruna. Tapi, Tristan tertegun saat melihat mobil kakaknya juga ada di depan gerbang rumah Haruna.

"Kenapa Kakak masih saja mendekati Haruna," gumam Tristan dengan kesal. Ia menunggu Haruna keluar dari rumah. Duduk menunggu dengan sabar di dalam mobil. Tidak lama kemudian, ia melihat Haruna keluar mengantar Christian.

"Terima kasih untuk makan siangnya," ucap Christian.

"Seharusnya aku yang berterima kasih karena kamu sudah mengantarku. Terima kasih, Chris," balas Haruna.

"Aku pasti akan membantu jika kamu dalam kesulitan. Telepon aku kalau kamu butuh bantuan, oke!" 

"Oke. Selamat bekerja kembali. Hati-hati di jalan," ucap Haruna.

Di tempatnya, Tristan mencengkeram kemudi dengan kuat. Setelah mobil Christian pergi, Tristan menginjak gas dan berhenti di depan Haruna. Baru saja akan berbalik masuk, tetapi ia berhenti melangkah.

Tristan keluar dari mobil dan menarik Haruna ke dalam mobil. Ia menginjak gas dalam-dalam. Mobil melaju kencang meninggalkan rumah Kamal.

"Tristan, pelan-pelan!" teriak Haruna ketakutan.

Tristan tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Ia sangat cemburu melihat Haruna tersenyum pada kakaknya. Ia tidak menggubris teriakan Haruna. 

"Tristan! Berhenti atau aku akan melompat!" ancam Haruna.

Cekiitt!

Suara decitan rem yang diinjak dalam itu memekakan telinga. Tubuh Haruna terpental ke depan. Kepalanya membentur tepian dashboard.

"Aww!" pekik Haruna.

"Kamu baik-baik saja?" Tristan melihat wajah Haruna. Dahinya sedikit berwarna merah akibat benturan.

"Tidak usah pura-pura khawatir! Kamu memang selalu ingin menyiksaku, kan?" Haruna menepis tangan Tristan dengan kasar.

"Tidak, aku tidak bermaksud untuk sengaja melakukannya. Aku marah karena kamu melanggar janji. Kamu juga berani pergi dengan kakakku. Kamu tahu kalau aku cemburu," ucap Tristan panjang lebar.

"Pertama, aku pergi karena diusir ibumu. Kedua, aku tidak membawa uang dan kebetulan bertemu kakakmu. Dia mengantarkan aku pulang. Apa kamu lebih suka kalau aku berkeliaran di jalan dan diganggu orang jahat? Dasar brengsek!" maki Haruna.

Tristan tertegun, menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan kuat. Ia terbawa emosi karena cemburu.

"Aku minta maaf. Aku salah, tolong maafkan aku," ucapnya lembut.

Haruna memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tahu, Tristan tidak akan membiarkannya kembali ke rumah Kamal. Haruna hanya ingin bertemu dengan keluarganya sebentar saja.

"Apakah ibuku melukaimu?"

"Tidak. Hanya mengusirku dari rumahmu," jawab Haruna pelan.

"Kau tidak marah, kan, Sayang?"

"Menurutmu," jawab Haruna ketus.

"Hei, aku tahu kamu marah. Baiklah, aku akan mengabulkan semua keinginanmu untuk menebus kesalahanku," bujuk Tristan.

Wajah Haruna seketika berbinar. Ia berhasil dengan trik merajuknya. Ada sesuatu yang Haruna pikirkan, tetapi dia ragu untuk mengatakannya.

"Janji, ya?"

"Aku janji," jawab Tristan tanpa ragu.

"Pegang janjimu! Aku … mau tinggal di rumah Mama, sehari saja. Boleh, kan? Kamu udah janji," ucap Haruna. Hatinya berdebar menanti jawaban Tristan. Jangan-jangan hal itu membuat Tristan marah lagi, pikir Haruna. Namun, Tristan mengusap rambut Haruna dengan lembut.

"Hanya hari ini. Besok pagi, kamu mulai bekerja di kantorku. Aku akan menjemputmu, oke!"

"Oke. Terima kasih," ucapnya sambil tersenyum.

"Tidak ada hadiah untukku?"

Cupp!

Haruna mengecup pipi Tristan. Sebenarnya Tristan kecewa karena Haruna hanya mengecup pipinya. Tapi, Tristan tidak mau membuat Haruna marah lagi.

"Temani aku makan siang dulu, nanti aku antar kembali ke rumah," ucapnya.

"Boleh. Ayo kita makan siang!" seru Haruna.

Tristan tersenyum melihat Haruna sudah tidak lagi marah. Nyatanya, di dalam hati Haruna, ia masih ingin lari dari Tristan. Haruna akan bekerja sementara menunggu uang depositonya di bank bisa diambil. Satu bulan lagi uang depositonya sudah bisa diambil. Saat itu, ia akan membawa semua keluarganya pergi.

"Aku tidak mau terjerat dalam keluarga Izham. Sampai kapan aku harus berpura-pura bersikap manis padanya. Aku seperti wanita murahan saja saat harus merayunya," batin Haruna.

***

Stevi duduk di cafe bersama Seruni. Mereka bersantai sambil menikmati secangkir teh. Stevi tersenyum karena masih memiliki pendukung tentang hubungannya dengan Tristan.

"Ada apa, Tan? Tante terlihat sangat frustasi," ucapnya.

"Hah, iya. Tante sangat kesal dengan wanita bernama Haruna. Dia tinggal di rumah Tristan seperti Nyonya rumah, bagaimana Tante tidak kesal," keluh Seruni.

"Tante Runi sabar, ya. Stevi juga sangat tidak suka dengannya, tapi Stevi tidak bisa apa-apa. Tristan sangat membela wanita itu. Kemarin Stevi diusir sama Tristan gara-gara wanita itu," ucap Stevi mencari simpati.

"Oh, Sayang, kasihan sekali kamu. Tante janji, kalian akan secepatnya bertunangan. Kamu sabar, ya!" hibur Seruni.

Seruni menyesap tehnya. Stevi mengulas senyum sinis. Sejak dulu, Seruni memang selalu mendukung Tristan dengan Stevi. Seruni tidak tahu kalau sifat Stevi sebenarnya sangat murahan. Ia sudah tidur dengan banyak pria selama kuliah di luar negeri.

Kisah putusnya Tristan dengan Stevi pun hanya Christian yang tahu. Tapi, Christian pun tidak tahu alasan kenapa mereka putus. Christian hanya tahu kalau Tristan sangat kacau saat itu. Ia menjadi suka mabuk-mabukan dan juga membuat keonaran. Christian sampai bosan bolak-balik kantor polisi karena ulah Tristan.

Baru setahun yang lalu Tristan mulai menata hidupnya. Ia mulai bekerja di kantor ayahnya. Tapi, setiap malam, ia selalu bergonta-ganti wanita. Ia selalu tidur dengan wanita ia sewa dari sebuah klub malam.   

  

***

Tristan mengantar Haruna kembali ke rumah Kamal setelah makan siang. Ia membuka pintu untuk Haruna. Sebelum pergi, Tristan mengecup kening Haruna.

Dari balik tirai, Anggi mengintip mereka. Tangannya mengepal kuat. Kebencian Anggi pada Tristan begitu besar. Tristan sudah melenyapkan kedamaian keluarganya. 

Haruna tersenyum sambil melambaikan tangan. Setelah mobil Tristan menjauh, senyum palsu itu pun hilang. Haruna mulai bimbang dengan perasaannya. Ia tidak bisa pungkiri kalau ia mulai merasa nyaman dengan perlakuan Tristan padanya akhir-akhir ini. Ia masuk ke dalam rumah.

"Haruna!" panggil Anggi.

"Ya, Ma. Ada apa?" Haruna menghampiri Anggi yang duduk di sofa ruang tamu.

"Mama lihat, kamu mulai lupa dengan tujuan awal. Kamu ingat, bukan? Kamu janji kalau kamu berpacaran dengannya karena ingin terlepas darinya," ucap Anggi mengingatkan.

"Tidak, Ma. Haruna tidak lupa."

"Lalu, kenapa kamu diam saja saat dia mengecup keningmu seperti tadi?" tanya Anggi dengan tatapan tajam.

"Haruna harus membuat Tristan percaya kalau Haruna menerima perasaannya. Mama tidak perlu khawatir, Haruna akan meninggalkan dia sesuai rencana," jawab Haruna. Ia segera pergi ke kamarnya setelah menjawab pertanyaan Anggi.

Ia merenung di dekat jendela kamar. Tujuan utamanya ingin membuat Tristan menderita. Dengan membuat Tristan jatuh cinta padanya dan meninggalkannya kemudian hari.

"Kenapa perasaanku berubah? Aku merasa tidak terlalu membencinya akhir-akhir ini. Apakah karena dia bersikap baik padaku beberapa hari ini? Tidak! Aku harus fokus pada tujuan awalku," gumam Haruna sambil menatap gerbang dari balik jendela kamar.

次の章へ