webnovel

All just plays

Pukul 06.45am jimin terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya perlahan dan mencoba membuka matanya. terlihat langit-langit kamar berwarna putih tampak asing baginya kemudian ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan menoleh kesamping kanannya dan kemudian ia pun tersenyum kala mendapati jungkook yang tengah terlelap dengan lengannya melingkar di perut bagian atas jimin. Dan jimin menyadari sesuatu bahwa Tubuhnya dan jungkook masih polos hanya selimut tebal milik jungkook yang menutupinya.

Jimin pun berinisiatif untuk membersihkan tubuhnya sebentar. Namun saat akan bangkit tangan jungkook mempererat pelukannya dan jimin tak bisa bergerak.

"Kook.. kookie.. Kau tak bangun? Sudah pagi kookie.." Ucap jimin dengan lembut membangunkan jungkook yang masih betah di alam mimpinya.

Jungkook yang mulai terusik akhirnya merenggangkan tubuhnya mencoba membuka matanya.

"Jam berapa ini?" Ucap jungkook dengan suara serak khas orang bangun.

"Pukul 06.50 pagi kookie. Apa kau tak bekerja?"

"Iya tapi hari ini aku ingin di rumah saja."

"Eh.. Tak boleh seperti itu kookie, kau adalah atasan mereka kau harus memberi contoh yang baik pada mereka."

"Ah.. Kau benar. Aku akan bersiap kalau begitu." Ucap jungkook sambil turun dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi. Tanpa jimin tau jungkook menampakkan wajah kesalnya dengan dia masuk ke kamar mandinya. '𝘉𝘳𝘦𝘯𝘨𝘴𝘦𝘬! 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪. 𝘑𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯! 𝘉𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘶𝘳𝘬𝘶.'  gerutu jungkook dalam hatinya.

Setelah melihat jungkook masuk ke dalam kamar mandi. Jimin pun mulai beranjak memakai pakaiannya dan menuju ke dapur untuk membuatkan sarapan.

Tak berapa lama jungkook turun dengan senyum lebar yang di buat-buat berjalan menuju jimin yang tersenyum manis ke arahnya sambil tangannya menata masakannya ke atas meja.

"Makanlah kookie dan minumlah jus ini karena baik untuk kesehatanmu." Ucap jimin sambil menaruh segelas jus ke depan jungkook

"Ne terima kasih baby." Jungkook pun mulai memakan sarapannya dan betapa terkejutnya jungkook dengan makanan yang telah masuk ke perutnya. '𝘞𝘰𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘢𝘬 𝘳𝘶𝘱𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘶 𝘫𝘢𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘩𝘢𝘩𝘢' jungkook menahan tawanya dan hampir saja tersedak dengan pemikirannya sendiri. Dan akhirnya jungkook ingat akan sesuatu dan akhirnya ia pun menoleh ke arah jimin.

"Baby, bisa aku minta sesuatu?" Ucap jungkook dengan wajah memelas.

"Ne kookie katakan." Ucap jimin sambil tersenyum ke arah jungkook.

"Baby, bisakah kau membatalkan pencabutan kerja sama itu? Aku takut ayahku akan sedih mendengarnya karena ayah sudah merintis perusahaannya dari nol aku tak ingin ayah kecewa setelah mendapat berita itu. Apalagi ibu pasti ia akan sedih." Ucap jungkook yang kini tangan kirinya menopang kepalanya yang menunduk seakan ia tengah bersedih. Jimin yang melihat jungkook seperti itu melangkah mendekat ke arah jungkook dan memeluknya dari samping dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Tenanglah kookie aku akan mencoba meyakinkan hyungdeul untuk membatalkan pencabutan kerja sama itu. Kookie jangan sedih ne.." Ucap jimin sambil mengusap punggung jungkook dengan lembut. Dan kembali jimin tak menyadari seringai evil kembali tercetak di bibir jungkook setelah berhasil meyakinkan jimin. '𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘬𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘪𝘵𝘶, 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨. 𝘋𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩!' batin jungkook.

.

.

.

Di tempat lain, seung gi dan jong suk masih menunggu kabar keberadaan jimin ke duanya gelisah karena takut kakeknya mengetahui kabar hilangnya jimin.

"Hyung apa belum ada kabar dari Kai-ssi?" Ucap seung gi dengan gelisah.

"Belum seung gi-ah, kita harus bersabar."

"Tapi sampai kapan hyung? Aku takut jimin kenapa-napa hyung."

"Aku juga khawatir seung gi-ah kita juga sudah menyebarkan orang-orang kita jadi tunggulah sebentar lagi."

"Aishh.. Dasar brengsek!" Umpat seung gi yang mulai frustasi.

𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩𝙩 𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩𝙩 𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩𝙩

Ponsel seung gi berdering terdapat panggilan masuk disana. Saat ia melihat nama penelpon yang tertera di layar ponselnya seung gi terkejut karena nama jimin yang terlihat di sana.

"Hyung, jimin menelepon.!" Ucap seung gi terkejut.

"Apa? Benarkah? Cepat angkat!" Ujar jong suk pada seung gi.

"Yoboseo, jimin-ah!"

"𝘕𝘦 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘢𝘧 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘮𝘶 𝘬𝘩𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪𝘳."

"Bagaimana keadaanmu?"

"𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨! 𝘛𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨."

"Ah.. Syukurlah? Kapan kau akan pulang?"

"𝘌𝘯𝘵𝘢𝘩𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨, 𝘥𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘢𝘧 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨, 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘫𝘢𝘥𝘪, 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶."

"Baiklah jaga dirimu dan kandungan mu ne.." Ucap seung gi yang terlihat sedikit khawatir.

"𝘕𝘦 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨. 𝘖𝘩 𝘺𝘢 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨?"

"Ne katakan."

"𝘏𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘵𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘢𝘣𝘶𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘵𝘶. 𝘉𝘪𝘴𝘢 𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨?"

"Tapi jimin..."

"𝘒𝘶𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨..."

"𝘏𝘢𝘩.... Baiklah hyung akan urus itu."

"𝘎𝘰𝘮𝘢𝘸𝘰 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨. 𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘵𝘦𝘭𝘦𝘱𝘰𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘪𝘴𝘵𝘪𝘳𝘢𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨."

"Baikla jaga dirimu dan kandungan mu ne.."

"𝘕𝘦 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨."     𝙋𝙞𝙥..

Seung gi dan jong suk menghela nafas kasar bagaimana bisa ia tak khawatir jika jimin bersama pria itu.

"Aish.. Aku bingung sekarang."

"Kenapa seung gi-ah?"

"Apa kita harus percaya pada jimin atau kita harus tetap memantau gerak-gerik pria sialan itu."

"Kita pantau terus, aku masih tidak bisa dengan mudah percaya ucapan jimin begitu saja. Dia tak mungkin semudah itu berubah."

"Benar juga hyung baiklah kita tarik orang-orang kita dan suruh beberapa orang saja untuk mengawasi perusahaan Jeon Corp."

"Baiklah aku akan kembali ke perusahaan ku."

"Ne hyung!" Mereka pun kembali ke perusahaan masing-masing. Dan segera melancarkan rencana mereka.

.

.

𝙎𝙠𝙞𝙥

.

.

Jimin saat ini sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan malam untuknya dan jungkook. Saat sedang sibuk memotong sayur jimin di kejutkan dengan suara bel pintu yang berbunyi dan tanpa sengaja ia melukai jarinya.

"Aw! Aish.. Mengagetkan ku saja! Lihat sampai jariku terluka." Jimin pun segera berjalan ke arah pintu depan untuk membukanya dan melihat siapa yang datang.

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

"Maaf, tuan mencari siapa?" Ucap jimin pada pria tampan di depannya ini.

"Apa jungkook ada?" Ucap pria itu.

"Em, dia belum plg. Mungkin sebentar lagi akan pulang,apa tuan mau menunggu di dalam?"

"Ah jika tidak merepotkan."

"Ah.. Tentu saja tidak tuan, silahkan masuk." Jimin pun membuka pintu lebar agar orang itu bisa masuk ke dalam. Setelahnya jimin pun menutup pintu itu kembali.

"Silahkan duduk tuan, mau minum sesuatu?"

"Bisa minta black coffee jika tidak merepotkan. Oh ya boleh tau nama mu?"

"Ah saya Lee jimin panggil saja jimin."

"Aku jung jaehyun panggil saja jaehyun."

"Ne jaehyun-ssi, saya buatkan minuman untukmu sebentar." Jimin pun segera melangkah ke arah dapur dan jaehyun terus saja menatap jimin sampai jimin menghilang dari pandangannya.

"Aish.. Lihatlah tubuh sexy nya itu lebih indah dari jalang-jalang yang ku punya di club. apa jungkook tak ingin menjualnya padaku? Jimin pasti akan menjadi primadona di club ku." Lirih jaehyun.

Tak berapa lama jimin pun keluar dari sapur dan membawa nampan yang berisi black coffee milik jaehyun.

"Silahkan jaehyun-ssi. Maaf tidak bisa menemani mu karena saya harus menyelesaikan pekerjaan di dapur."

"Ne tidak apa-apa lanjutkan saja." Jimin pun kembali ke dapur dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Jimin yang sedang asik berkutat dengan alat dapur dikejutkan oleh sepasang tangan kekar yang memeluknya dari belakang.

"A-apa yang kau lakukan j-jaehyun-ssi? Tolong lepaskan." Ucap jimin gugup, ia merasa takut dengan apa yang terjadi saat ini.

"Hey diam lah dan nikmati saja." Jaehyun mulai menggerayangi setiap inci tubuh jimin dan mulai menyentuh nipple jimin dari luar pakaiannya.

"Ahh.. H-hentikan k-kumohon.. Ehm.." Jimin terus meronta saat jaehyun terus menelusuri tiap inci kulitnya. Dan kini jaehyun membalik tubuh jimin ke arahnya menahan kedua tangan jimin ke belakang tubuhnya dan kemudian membuka satu persatu kancing kemeja jimin dan kemeja jimin pun sudah terbuka menampilkan kulit putihnya dengan bagian dada yang mulai lebih berisi karena kehamilannya dengan nipple merah kecokelatan nya. Jaehyun terpesona dengan tubuh pria mungil di depannya benar-benar indah.

"T-tolong berhenti... Hiks .. K-kumohon.. Hiks.." Jimin mulai menangis karena tak bisa berbuat apa-apa.

Jaehyun mulai meraih dada berisi jimin dan mulai menjilat, mengulum dan menghisap nipple jimin.

"Akh.. Hiks.. S-sakit.. Hiks hentikan..hiks.." Jimin terus menangis dan meronta.

𝙎𝙧𝙚𝙚𝙩

𝘽𝙪𝙜𝙝𝙝

"BRENGSEK!!"

𝙏𝘽𝘾

次の章へ