webnovel

Yayah Kay

Keyla sudah duduk dikursinya dan makan sarapan yang sudah di masakan sang bibi. Disampingnya ada Kiran menemani sementara Kay terlihat sedang mengangkat telepon dekat halaman belakang padahal sarapan di piringnya baru saja habis setengah. Hari ini rencananya Kay akan pergi ke Bali untuk urusan mendadak padahal kemarin dia bilang akan pergi mengantar Keyla ke dokter.

"Udah habis sayang makannya?." Kay sambil mengusap pelan rambutnya. Dia duduk lagi dikursinya dan mengahabiskan makanannya.

"Hari ini yakin ga mau ditemenin siapa gitu?bunda atau siapa?"

"Engga, ga usah aku bisa sendiri." Jawab Kiran.

"Maaf aku ga bisa nemenin."

"Iya ga papa."

"Nanti kabarin kenapa mata Keyla. Aku cuman 3 hari aja. Aku usahain bisa selesai cepet 2 hari mungkin."

"Ga usah cepet-cepet. Selesain aja dulu daripada pulang nanti balik lagi."

"Atau kamu sama Keyla mau ikut?."

"Aku ga bisa, aku janji sama Client. Aku bawa Keyla aja."

"Oh..oke." Kay menurut. Ekspresinya berubah kecewa tapi mau bagaimana lagi tak ada yang mau mengalah.

"Yah…telepon yah…" Keyla menyadarkan Kay akan adanya panggilan lagi. Rasanya masih pagi tapi kenapa harus sesibuk ini sih?. Kay kembali pergi dengan handphone ditangannya. Kiran seolah tak peduli hanya fokus dengan makanan dan anaknya.

- Halo Kak

- Kay denger-denger mau ke Bali.

- Iya kak, pagi ini aku berangkat.

- Sekalian Kay, cek gudang disana ya. Sorry soalnya katanya kemarin ada selisih gede banget.

- Iya kak nanti aku cek. Kak Dariel kapan Dinas lagi?

- Dinas kemana lagi?ini aja aku lagi di Bandung Kunjungan area Jabar. Ara udah ngomel padahal jarak cuman berapa jam paling.

Ucapan Dariel disambut senyum saja oleh Kay. Rasanya lebih baik diomeli dibanding di diamkan. Setidaknya hal itu menunjukkan perhatian.

- Kakak emang jago kalo ngomel.

- Ya udah nanti kabarin ya.

- Iya kak.

- Maaf ganggu pagi-pagi.

- Iya ga papa.

Kay menutup teleponnya. Saat kembali ke meja makan. Disana sudah kosong, mungkin Kiran dan Keyla sudah menyelesaikan sarapannya. Kay jadi tak nafsu makan. Dia hanya menyeruput kopinya yang masih penuh lalu pergi mencari istri dan anaknya. Mereka sudah duduk di ruang tv. Kiran kini tampak mengikat rambut Keyla dengan cantik. Anaknya hanya diam. Jelas dia menyukainya. Dia suka berdandan dan didandani. Cita-citanya saja ingin menjadi princess.

"Mau pergi sekarang?" Tanya Kay membuat mereka menoleh secara bersama.

"Ayo key siap-siap."

"Keyla cantik Buna?"

"Cantik dong." Puji Kiran membuat Keyla tersenyum. Kiran segera bersiap-siap. Dia akan mengantar Kay ke Bandara sebelum mengantar anaknya ke dokter. Kay mulai menaikan kopernya ke dalam mobil dan naik di kursi kemudi. Dia menyetir dengan tenang dan saking tenangnya tak ada suara keluar dari mulutnya di mobil. Hanya ada kecerewetan Keyla yang bermain dengan bonekanya.

"Keyla denger ayah, ayah pergi 3 hari nanti pulang kita main ke kebun binatang."

"Ga mau.."

"Kenapa ga mau?"

"Keyla ngin liat Ikan…"

"Oke kita seaworld, udah lama juga kan kita ga jalan-jalan bertiga." Kay menatap Kiran.

"Oke." Jawab Kiran langsung menyetujui. Baginya jika sudah berhubungan dengan Keyla tak mungkin ada pengecualian. Suasana hening lagi. Mereka seakan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

***

Wajah dingin Kiran selalu terbayang di kepala Kay. Dia pergi tapi hatinya tak pernah tenang. Dia bekerja tapi pikirannya tidak. Kalau bukan karena ada Keyla di mobil mungkin Kay sudah membahasnya dengan Kiran tapi Keyla benar-benar tak memberikan waktu untuk mereka bisa berduaan. Rasanya anak kedua bukan ide yang tepat. Punya satu saja sudah membuat Kay tak punya waktu berduaan apalagi dua. Sejak tadi dia tak pernah lepas dari handphonenya. Dia menunggu kabar dari Kiran tentang hasil pemeriksaan mata Keyla namun sampai sore begini Kiran belum menghubungi.

"Oh iya, dia bilang mau ketemu klien.." Kay teringat ucapannya tadi pagi. Dilain tempat Kiran baru saja sampai dirumah orang tuanya. Hari ini dia memilih menginap di rumah Marsha. Rasanya sudah lama juga tidak mampir ke rumah orang tuanya padahal jarak rumah mereka sangat dekat.

"Oma…"Keyla berlari ke arah Marsha. Dia menyambutnya dengan pelukan.

"Sehat bun?" Kiran menyalami ibunya.

"Sehat, jadi beneran mau nginep disini?"

"Iya, daripada dirumah sendiri."

"Lesu banget.."

"Cape banget seharian sama Keyla. Lagi sakit pun aktif banget anaknya."

"Sakit?keyla sakit apa?" Marsha langsung melihat ke arah cucunya.

"Dimatanya ada benjolan bun…"

"Matanya?Keyla…coba liat oma." Marha penasaran. Dia kini berjongkok dan melihat dengan seksama mata Keyla.

"Udah ke dokter belum?"

"Udah bun tadi pagi.."

"Terus Keyla kenapa?"

"Bilangnya sih cuman infeksi, udah dikasih salep cuman kayanya Keyla ga nyaman jadi kadang dihapus sendiri."

"Duh…jangan gitu dong sayang, supaya cepet sembuh." Marsha membuat Keyla diam. Kini dia menggendong Keyla dan masuk kedalam bersama Kiran.

"Ayah mana?"

"Pergi sama Rafi."

"Kemana?"

"Nganter beli kacamata.."

"Ya udah aku telepon Kay dulu bentar."

"Yayah Kay…" Keyla mengulangi ucapan Kiran.

"Depan anak manggil suami masih gitu aja."

"Kelepasan bun…" Kiran mencari handponenya dan segera mencari kontak suaminya lalu memanggil. Cukup lama dia mendengar nada sambungan tapi Kay belum juga mengangkatnya. Kali ini dia melakukan percobaan kedua dan akhirnya berhasil.

- Halo sayang.

- Lama banget Mas.

- Iya maaf, aku baru selesai meeting.

- Orang dari kantor nelpon kamu waktu dirumah kamu angkat cepet giliran orang rumah nelpon ke kantor lama banget.

Protes Kiran.

- Iya maaf tadi HPnya aku silent.

- Tapikan digetarinkan?masa ga kerasa.

- Iya-iya maaf sayang. Nanti aku angkat cepet.

- Aku udah ke dokter tadi. Dokter bilang Keyla ada infeksi, lagi dicoba beberapa hari ini pake salep apa benjolannya mengecil ga, kalo ga mengecil harus dibawa lagi kesana.

- Benjolannya bikin Keyla sakit ga?

- Keyla sih ga ngeluh apa-apa cuman jadi suka diusap-usap gitu, mungkin berasa ada yang ngalangin.

- Ya udah kita tunggu beberapa hari lagi.

- Aku dirumah Bunda. Aku nginep disini.

- Iya ga papa.

- Ya udah aku tutup ya.

- Bentar.

Kay memanggil lagi dibalik telepon.

- Apa?.

"Buna…buna…yayah Kay?" Keyla menarik-narik baju Kiran. Kay yang akan bebricara kini tersenyum kecil mendengar suara anaknya.

"Iya ini ayah.." Kini Kiran segera memberikan handponenya pada Keyla.

"Gambar buna…" Keyla ingin melakukan video call rupanya. Kiran hanya menurutinya. Lagi-lagi waktu untuk Kay berbicara terganggu lagi tapi dia senang bisa melihat wajah anaknya padahal tadi dia berencana ingin mengatakan perasaannya pada Kiran.

*** To be continue

次の章へ