webnovel

Ada banyak nama Arya didunia

"Kau tidak apa apa?? atau kuantar kau kerumah sakit?"

"Tidak perlu, antar aku pulang saja kakiku hanya perlu di pijat, Bibiku pandai memijat. Rumahku ada di ujung jalan sana dan belok kiri." Amanda menunjukkan arah jalan kepada pak sopir yang mengemudlkan mobil berwarna putih.

"Apa kau tau rumah produksi Dia tea?" Arya menanyakan alasannya datang kesana.

"Tentu di perempatan jalan sana belok ke kanan lima ratus meter lalu belok ke kanan lagi ada spanduk di depan. Rumah bercat abu abu."

"Apa kau kenal dengan manager pelaksananya?"

"Tentu saja aku lah orangnya" Amanda menunjuk hidungnya sendiri.

"Benarkah..?" Arya tampak tak yakin karna lelaki di sampingnya tampak tak menunjukkan sebuah aura seorang manager. Lelaki muda yang hanya mengenakan kaus panjang kebesaran dan celana jeans lusuh dengan wajah yang bahkan tampak aneh. Lelaki dengan bulu mata yang sangat lentik, bahkan bisa dibilang cantik dari pada tampan.

"Tentu.. bagaimana menurutmu teh buatan kami?? Dari pakaianmu sepertinya anda orang kaya. Apakah anda datang kesini mau berinvestasi untuk produk kami??" Tanya Amanda to the point.

"Bagaimana kau bisa tahu dan terlihat begitu percaya diri?" Arya tak menyangka tujuannya bisa terbaca oleh lawan bicaranya.

"Karna itulah yang ku tunggu. Kami sangat kesulitan memenuhi permintaan pasar yang begitu banyak sedangkan tidak ada pabrik disini."

"Ya kau benar. Memang itulah tujuanku kesini aku tertarik dengan rasa teh itu, tapi aku tidak suka dengan tampilannya yang terlalu sederhana. Mungkin kita bisa mendesain ulang dengan botol dan tampilan label yang lebih menarik."

" Apa kau serius ??" Mata Amanda berbinar mendengarnya akhirnya investor yang di tunggu tunggu datang juga.walaupun di awali dengan adengan hampir menabraknya.

"Kita sudah sampai tuan yang mana rumahnya" ucap pak sopir menyela percakapan dua penumpang di belakang.

"Aku turun disini saja rumahnya masih masuk kedalam mobilnya tidak akan bisa. Terima kasih sudah membantuku dan maaf hampir membuatmu celaka." Arya tampak tersenyum dan mencari sesuatu dari kantong jass abu abunya.

"Ini kartu namaku kau bisa menghubungiku."

"Apa kau akan langsung ke rumah industri?"

"Tentu aku harus melihat proses produksinya.. hmm Apa kau bisa berjalan ??" Amanda mulai membuka pintu mobil dan hendak turun.

"Sepertinya aku bisa." Tiba tiba motor trail hijau yang baru saja menyebabkannya celaka berhenti di samping mobil Arya.

"Dam, loe gak apa apa?? gue liat tadi loe gak balik balik gue susulin dan loe udah di bawa mobil ini?" Dirga tampak khawatir terlebih dia melihat Adam yang berjalan pincang.

"Iya gue tadi jatoh tapi gak apa apa nanti di pijit bi minah pasti sembuh. Oh ya Ga. kenalin ini calon investor kita."

Arya turun dari mobil dan melihat pemuda dengan motor trail yang hampir menabraknya tadi berbicara dengan lelaki cantik tadi.

"Jadi ini tuan, pemilik rumah produksi Dia tea sekaligus pemilik dari perkebunan ini." Amanda mengenalkan Dirga. Padahal dia sendiri juga belum sempat berkenalan.

Arya mengulurkan tangan dan berkenalan dengan Dirga.

"Perkenalkan nama saya Arya. Aryansyah kusuma. jadi anda orangnya Dirga adinata pemilik semua ini? saya sudah mencari tau tentang profil anda."

Arya memang meninggalkan nama Atmaja ketika menjalankan bisnisnya Arya tak ingin nama besar papanya, Surya Atmaja membayang bayangi karier yang sudah di bangunnya. Arya ingin tumbuh menjadi pebisnis besar tanpa bantuan koneksi dari papanya.

"Saya Dirga dan ini adalah Adam. Manager pelaksana sekaligus pencetus ide Dia tea." Dirga menjabat tangan Arya dan tak lupa memperkenalkan Adam.

Jantung Amanda terasa berdebar debar kala tangan kekar itu menggenggam tangan nya. "Nama saya Adam ." ucapnya sambil menunjukkan dereten gigi depannya untuk menutupi rasa gugupnya.

"Panggil saja saya Arya."

Deg

'Arya ??nama itu... Nama yang menjadi alasan kaburnya Amanda dari rumah. Tapi sepertinya bukan, yang ku tahu Arya yang akan dijodohkan denganku dari keluarga Atmaja, Dan keluarga Atmaja bergerak di bidang properti.' Batin Amanda dalam hati.Lalu tersenyum karna dia rasa ada banyak arya di dunia ini.

"Dirga lebih baik kamu ajak tamu kita melihat rumah produksi.."

"Baiklah kamu sendiri gimana?"

"Aku gak apa apa aku bisa jalan sendiri.. Udah buruan sana jamu dia dengan baik jangan sampai lepas." ucapnya sambil berbisik di telinga Dirga yang lagi lagi membuat Dirga

merasakan hal aneh.

"Sipp kamu buruan sembuh! kerjaan kita banyak tau.." perintahnya kepada Adam alias Amanda.

Dirga tampak menggiring Arya memintanya mengikuti laju motornya dari belakang menuju rumah produksi Dia tea. Sesampainya di sana Dirga menunjukkan pada Arya dari mulai proses membuatan,pengemasan,hingga proses pendistribusian minuman teh tersebut. yang masih menggunakan mobil bak terbuka.

"Ya begini lah pak Arya karna kita masih baru dibidang ini kami hanya mampu membuat sekitar seratus botol sehari.padahal permintaan yang kian melonjak membuat kami kewalahan disamping alat dan tenaga yang belum memadai."

"Kita bisa memproduksinya di pabrikku sementara waktu sebelum kita mulai membangun pabrik sendiri di kawasan ini.memang pabriknya agak jauh tapi bisa memproduksi sekitar Lima belas ribu botol perhari."

"Lima belas ribu..??"

"Benar bahkan bisa lebih. Kita bisa membuat kontrak kerjanya agar segalanya bisa lebih cepat di kerjakan." mereka saling menjabat tangan.

Karna hari sudah semakin sore Arya memutuskan kembali ke hotel. Dan meminnta novi sekertarisnya untuk segera membuat kontrak kerja.

.

.

.

"Ini tadi kenapa sih nak manda kok kakinya bisa sampai bengkak kayak begini?" ucap bi minah sambil mengoleskan minyak urut ke kaki kiri Amanda.

"Tadi Manda belajar naik motor bi. Motor trail lagi keren kan.."ucap Amanda penuh rasa bangga.

"Emangnya bisa. . Naik sepeda ada nak manda gak bisa.." bi minah menyindir halus.

"hahaha awalnya sih gak bisa tapi Dirga yang ngajarin Manda."

"Kak Dirga ngajarin kak Manda??" Lina yang baru pulang ikut nimbrung. Lina tampak iri karna Amanda bisa begitu dekat dengan Dirga. Sosok yang diam diam di sukainya semenjak Sma dulu.

"Iya Lin dan kamu tau gak tadi aku tuh hampir nabrak investor baru kita..AAADUUHHH.....pelan pelan bi.."teriak Amanda saat bi minah mulai mengurut kakinya.

"Jadi yang melihat lihat di rumah produksi tadi investor kak? Cowok blasteran arab tadi??" Lina mengingat ingat pemuda berwajah jawa arab tadi.

"Iya lin sepertinya nanti kerjaan kita bakalan lebih mudah dan minumnan teh kebanggaan kita bakal lebih di kenal orang."

Lina dan bi minah mulai mengobrol tentang kerjaan masing masing. Bi minah yang memetik teh dan Lina yang sekarang bertugas di bagian pemasaran Dia tea . Sementara Amanda sedang memandangi kartu nama yang di tinggalkan Arya untuknya. Aryansyah Kusuma nama yang tertulis pada selembar kertas kecil berwarna biru muda. CEO Segara rasa group. Ingatannya kembali menerawang pertemuan pertama mereka tanpa sadar amanda senyum senyum sendiri lupa rasa sakit pada kakinya bengkaknya yang tengah dipijat.

"Kak kok malah ngalamun sih..?? kak... kak Mandaa..."

"Aaduhh aduh duh..pelan pelan bii.. !!" Amanda tersadar dari lamunannya.

次の章へ