Di tengah kejengahan Khanza yang menjalani kehidupannya sebagai istri dan menantu di rumah Devano, kehidupan pak Gibran yang baru mengetahui pernikahan Khanza yang sudah usai di langsungkan, membuatnya kembali terluka dan merasakan sakit di lubuk hatinya yang paling dalam. Tiada henti-hentinya dia menangis diam-diam setiap kali memandangi beberapa foto Khanza ketika bersamanya. Terlebih menahan rasa rindu yang seakan perlahan ingin membunuhnya saja.
Dia merasa tiada lagi semangat dan keindahan dalam hidupnya setelah kini dia harus menjalani hari-harinya tanpa adanya Khanza lagi yang akan selalu membuatnya bahagia dan merasakan hidup yag sempurna. Hari demi hari, bahkan berminggu-minggu sudah pak Gibran hidup layaknya orang yang kehilangan akal sehatnya. Dia menjadi orang yang pemalas, merokok diam-diam dan sesekali dia meneguk beberapa botol minuman beralkohol.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください