Khanza masih berdiri terpaku menatap wajah Devano, dia ingin membuktikan bahwa apa yang tengah berdiri di hadapannya itu memang nyata wajah Devano. Dengan pelan Khanza menggerakkan tangannya untuk menyentuh pipi Devano, nyatanya itu benar-benar Devano.
Khanza tak kuasa menahan kebahagiaannya, dia justru menangis tersedu, tak peduli meski di depannya masih berdiri tubuh Jordy beserta tunangannya.
"Hei, hei. Ada apa, Sayang? Kenapa kau menangis? Kau membuatku malu saja, disini masih ada orang lain. Ups, maksudku laki-laki yang mengaku kakakmu."
Devano merangkul kedua bahu Khanza, sementara Khanza menoleh ke arah Jordy setelah menyadarinya. Lantas Devano mengusap lembut pipi Khanza yang sudah basah oleh air mata, dia tersenyum hangat menatap Khanza, sedang dalam hati Khanza masih berderu rasa bahagia dengan air mata yang terus saja meluap.
"Apa, apa kau tunangan Khanza?" tanya Jordy terbata-bata menyapa lebih dulu.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください