webnovel

19 BABAK FINAL 2 – KEKUATAN YANG MULAI TERBANGUN

Adrian mengamuk habis-habisan malam itu. Ia membanting semua barang-barang yang ada di dalam kamarnya ke atas lantai dengan sangat kesal. Hari ini, seusai pertandingan, ia melihat Anthony membawa Audy dengan sangat entengnya di depan matanya sendiri. Rasa cemburu yang sudah ditahan-tahannya dari dulu, kini meledak semuanya tanpa tertahan lagi.

Kalau tidak ingat ada orang di rumahnya, Adrian ingin berteriak sepuas-puasnya sekarang. Sayang, mengingat karakter ibunya yang seperti Dewa Pengamuk Neraka Lapis Ketujuh, ia langsung mengurungkan niatnya. Ia masih ingin hidup lebih lama untuk melihat wajah Audy setiap hari!!!! Huhuhuhu….

Adrian menghela nafas panjang. Ia lalu memandang video kompilasinya. Ini… adalah kartu truf terakhirnya untuk memenangkan hati gadis tersebut. Adrian lalu melipat kedua tangannya rapat-rapat sambil berdoa. Please..please..please, Dy!!! Semoga gadis itu cukup mengerti kenapa ia membuat kompilasi video ini untuknya pada hari ulang tahunnya nanti.

.....................…

Audy sampai di rumahnya. Anthony hanya menurunkan dirinya tepat di depan pagar rumah tanpa perlu ikut masuk. Hal pertama yang menyambut kedatangannya adalah wajah Anas yang penuh senyum padanya di meja makan.

((Dasar pelacur!! Aku jijik banget padamu tau..))

"Eh??"

Audy menatap Kak Anas sekali lagi tapi wajah kakaknya itu tetap santai seperti biasa.

((Ih, lihat-lihat lagi!!! Apa sih yang dilihat Anthony dari si jalang ini!! Menyebalkan!!))

Audy menggeleng-gelengkan kepalanya. Berusaha untuk menghalau suara hati Kak Anas dari dalam pikirannya. "Kak, aku ke atas dulu ya?"

"Ok, Dy.."

((Mana ada yang tahu dia kemarin malam ke mana?? Siapa tahu baru pulang menghibur oom-oom..))

Audy menundukkan kepalanya dan pura-pura tidak mendengar suara-suara tersebut. Tapi begitu ia membuka pintu kamarnya, sesosok bayangan hitam langsung menyambut kedatangannya. Spontan, Audy langsung menjerit kaget sambil menutup kedua matanya.

"OMAMA��AMPUNNNN!!! ADA HANTUU!!! HANTUU!!!"

"Hantu apaan!! Ini aku… aku!! Hei, buka matamu lebar-lebar…" sungut Azalel jengkel.

"Oh .. kau. Bikin kaget saja…." balas Audy sambil menutup pintu kamar di belakangnya.

"Secara teknisnya, kau adalah adikku. Jadi sudah seharusnya kau memanggilku, Kakak. Kak Azalel terdengar lebih enak didengar…." kata Azalel dengan wajah narsisnya.

Audy memasang ekspresi jijik sambil mengeluarkan lidahnya. "Tidak mau!!"

"Ya sudah, tapi kau jadi kan pergi ke surga malam ini bersamaku dan Reuben?"

"Tidak mau!!!"

"Bagaimana kalau kupanggil Legion Hantu dari Neraka? Kau takut hantu kan? Jadi kita bisa langsung berangkat sekarang??" balas Azalel dengan nada memaksa.

"Tidak mau! Tidak mau! Tidak mau!!!" jawab Audy keras kepala.

"Memangnya kau takut hantu?"

Audy menganggukkan kepalanya.

"Memangnya kau tidak takut hantu, iblis dan sebangsanya?" tanya Audy balik dengan gaya menantang.

"Tidak, karena kami sejenis. Kau aneh juga. Sebagai sesama malaikat, harusnya kau tidak perlu takut pada model begituan…" kata Azalel sambil menghela nafas panjang.

"Tapi aku masih manusia sekarang!!!" balas Audy sengit.

"Yah, terserahmu lah. Tapi menunda-nunda waktu kepergianmu tidak akan membuatmu merasa lebih baik. Sekarang, katakan padaku, ingatanmu sewaktu kau lahir mulai terbangun bukan? Lalu kau juga mulai bisa melihat masa lalu seseorang dan merasakan semua emosi mereka bukan?"

Audy mengangguk.

"Biar kuberitahu ya? Manusia adalah makhluk paling aneh dan egois yang pernah kutahu. Kau tidak akan pernah bisa menebak isi hati mereka sepenuhnya. Ada orang-orang yang kau pikir mereka baik padamu, tapi ternyata di belakangnya, mereka menyimpan dendam dan berusaha menusukmu dari belakang…"

Audy terdiam setelah mendengar semua penjelasan Azalel. Ia baru mengalaminya sendiri dengan Kak Anas.

"Aku pergi dulu. Semakin cepat kau membuat keputusan, hasilnya akan semakin baik untukmu…"

PLOP! Azalel langsung menghilang. Meninggalkan Audy seorang diri di kamar tersebut.

...............…..

"Berikutnya apa, Aza?" tanya Reuben pada Azalel yang sedang duduk di sebelahnya. Mereka sedang berada di atas atap sebuah bangunan bertingkat. Ini adalah salah satu lokasi favorit mereka selama di bumi.

"Ia akan mulai bisa mendengar doa-doa yang dipanjatkan kepada Yang Diatas…."

"Berikutnya, ia mulai bisa melihat bentuk asli manusia tersebut sesuai dengan sikap hatinya. Hal-hal yang paling buruk dan baik bisa terjadi di depan matanya…"

Reuben menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Pantas tugas Penjaga Kolam Doa diberikan kepadanya. Kuharap ia bisa menahan semua tekanan mental yang berat ini.."

"Makanya ia kuajak pulang hari ini.."

.........................

Babak final…

Pagi itu, Bu Julia, Audy dan Anthony berangkat ke Jakarta dengan mengendarai mobil sekolah. Mereka sudah secara otomatis masuk ke babak final nasional dan akan bertanding di istana negara. Ada sekitar 25 sekolah dari seluruh pelosok negeri yang akan bertanding hari ini.

Di sepanjang perjalanan, Bu Julia terlihat gugup dan tegang karena ini pertama kalinya sekolah mereka berhasil menembus level provinsi setelah di tahun-tahun sebelumnya, sekolah mereka selalu gugur di babak penyisihan kedua. Audy dan Anthony tak kalah gugup. Diam-diam, Anthony lalu menggandeng tangan gadis itu sambil tersenyum untuk menenangkan hati Audy.

((Jangan takut. Semuanya akan baik-baik saja…))

Audy bisa mendengar suara hati Anthony di dalam pikirannya dan hal itu membuatnya tersenyum.

((( Tuhannn…. Jantungku deg-degan banget sekarang!! Moga – moga kami bisa memenangkan pertandingan ini, ya Tuhannnnnnn…. )))

Audy tertegun. Ia mulai bisa mendengar suara doa juga sekarang. Ia juga mulai melihat garis cahaya yang terbang menembus atap mobil dan menuju ke atas langit dari dalam kepala Bu Julia.

Belum habis rasa terkejutnya, mereka bertiga sudah sampai di istana negara.

.

Bagaimana jika kubilang kalau takdir kita berbeda?

Jika memang dari awal kita tak mungkin bersatu?

Mungkinkah hatimu akan memilih yang lain?

Ketika tiba saatnya aku akan pergi jauh?

次の章へ