webnovel

Menutup Kepala Dengan Selimut

Upload Double sesuai permintaan...

______________________________________________

Saat matahari telah terbenam, terang berubah menjadi kegelapan, dan bulan purnama telah terlihat di langit malam. Resa si ulat kepompong itu kini tengah sibuk merayu Zhu Zheng agar ia bisa tidur bersamanya di lantai tiga.

"Kenapa tidak. Kita berdua sama-sama pria dan aku juga tidak akan tidur di tempat tidurmu, aku akan tidur di sofa sana." Tunjuk Resa ke arah sofa.

"Ayolah Tian..."

Bujukan demi bujukan yang di lakukan Resa pada Zhu Zheng dan pada akhirnya membuahkan hasil yang baik.

"Tidur bersamaku di tempat tidur." Kata Zhu Zheng memerintah.

"Apa tidak masalah?" Ucap Resa ragu-ragu.

"Jika itu masalah, mana mungkin aku mengundangmu naik ke tempat tidur bersamaku."

Resa, "..." Kenapa ucapannya sedikit terdengar ambigu?

Ulat kepompong sedang berpikir keras dan menimbang-nimbang, apakah tidak masalah tidur bersama Zhu Zheng di tempat tidur yang sama(?)Bagaimana dengan istrinya Anita.

Resa, "..." Oh ia Anita, kenapa satu hari ini dia dan anaknya tidak kelihatan? Di mana mereka? Oh aku sangat bodoh, ternyata Zhu Zheng sudah menikah dan memiliki istri dan anak. Kenapa aku bisa sampai melupakan hal sepenting ini!!

Zhu Zheng menatap bosan ke arah Resa yang sedari tadi berdiri diam dengan wajah berpikirnya tanpa mengatakan apa-apa.

Zhu Zheng, "..." Sangat lambat.

Setelah berpikir selama kurang lebih lima menit, Resa menatap Zhu Zheng dengan wajah datar,

"Aku akan kembali ke kamarku. Maaf sudah mengganggu tidurmu."

Mendengar perkataan Resa, kini membuat Zhu Zheng mengerutkan keningnya bingung. Zhu Zheng berpikir, bukannya tadi dia sangat ngotot ingin tidur sekamar denganku(?) Mengapa tiba-tiba jadi berubah pikiran(?)

"Tunggu... Apa kamu tidak suka tidur seranjang denganku? Kalau memang ia, bukannya beberapa menit yang lalu kamu tidak keberatan tidur dengan sesama pria?"

"Aku berubah pikiran." Resa mengatakan itu sambil berjalan ke arah pintu kamar.

Baannggg... (Menutup pintu dengan keras)

Zhu Zheng, "..."

Resa kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua dan membungkus dirinya dari kaki sampai kepala dengan selimut. Pikiran Resa sangat kacau, awalnya Resa merasa sangat bahagia bisa tinggal serumah dengan Zhu Zheng, bahkan terkadang Resa sampai memuji pria yang bernama RanRan karena bisa mewujudkan ke inginan kecilnya selama ini. Namun untuk sekarang Resa kembali mengutuk pria RanRan, karena telah menjadi orang ketiga dalam hubungan rumah tangga Zhu Zheng.

Tapi beberapa saat kemudian Resa kembali berpikir bahwa RanRan lebih baik darinya. RanRan dengan berani mengejar Zhu Zheng, bahkan berani melakukan hal-hal yang tidak senonoh hanya untuk mendapatkan perhatian Zhu Zheng, walaupun RanRan di tolak berkali-kali bahkan di pandang jijik oleh Zhu Zheng, tapi RanRan sama sekali tidak menyerah dan merasa putus asa, dan tetap berusaha mengejar Zhu Zheng.

Sedangkan dirinya, hanya di pandang jijik oleh Zhu Zheng saja, sudah merasa takut untuk mendekati Zhu Zheng kembali.

Jika di ingat kembali ekspresi dan wajah Zhu Zheng saat mengetahui dirinya menyukai Zhu Zheng. Bukankah ekspresi dan wajah itu juga di tunjukan pada pria yang bernama RanRan ini. Mungkin wajah itu lebih menakutkan di bandingkan dengannya (Resa).

.....

Saat matahari menyinari se isi bumi dan memancarkan seberkah cahaya indahnya memasuki sela-sela jendela kamar Resa, dan menjatukan titik cahaya silau tepat di depan wajah cantik ulat kepompong yang tertidur lelap seperti orang mati itu, merasa terganggu dengan cahaya yang jatuh tepat di wajahnya membuat Resa berguling kesamping dan menutup kepalanya dengan selimut agar cahaya terang itu tidak mengganggu tidurnya.

Saat Resa berguling ke samping untuk menghindari cahaya terang, tiba-tiba sebuah lengan yang kokoh melingkari pinggangnya dan menariknya kembali ke depan. Resa yang masih mengantuk berat seketika membuka matanya lebar-lebar seakan telah meminum kopi pahit yang membuat kantuk hilang seketika.

Sangat luar biasa.

Seluruh tubuh Resa menjadi kaku, selimut yang menutupi wajahnya semakin ia kencangkan.

"Tian..." Panggil Resa pelan, hanya untuk memastikan saja bahwa orang yang tengah memeluknya erat dan berbaring di depannya ini adalah Zhu Zheng.

"Jangan mengeratkan selimutnya, kamu akan sesak napas."

Mendengar itu adalah suara Zhu Zheng, Resa pun kembali melonggarkan selimutnya.

Merasa lucu dengan tingkah pria yang ada di dalam pelukannya sekarang, membuat Zhu Zheng ingin membawa pria ini langsung di bawah tubuhnya, dan membuatnya berteriak berhari-hari.

Zhu Zheng menarik selimut yang menutupi kepala ulat kepompong itu. Namun tanganya di cegat oleh Resa.

"Jangan membuka selimutnya."

"Kenapa?"

Tidak ada jawaban dari Resa, namun selimut yang menutupi kepala Resa kembali di eratkan.

"Turunkan selimutnya, nanti kamu bisa sesak napas."

"Tidak. Tidak akan sesak napas."

Di balik selimut.

Resa menatap selimut yang menutupi kepalanya saat ini.

Ini selimutnya. Selimut hitam kotak-kotak yang berada di kamar tidurnya. Dan semalam ia juga kembali ke kamar tidurnya yang berada di lantai dua.

Tapi kenapa Zhu Zheng berada di kamarnya(?) Pikir Resa.

Masih bingung dan berpikir bagaimana lika liku Zhu Zheng bisa berada di kamarnya, tanpa Resa sadari selimut yang menutupi kepalanya kini sudah di tarik turun oleh Zhu Zheng, dan menampilkan wajah cantik Resa yang sudah memerah. Entah karena gugup dan malu, atau kepanasan karena menutup kepalanya dengan selimut.

Zhu Zheng menatap Resa dalam diam.

Tangan Zhu Zheng tanpa sadar ter ulur ke depan dan membelai pipi halus Resa. Sedangkan orang yang di sentuh terkejut dan menatap ke arah Zhu Zheng.

Resa dan Zhu Zheng saling menatap dalam diam.

"Maafkan aku." Ucap Zhu Zheng tiba-tiba.

Entah meminta maaf karena masalah semalam yang tidak sengaja sampai membuat Resa marah.

Atau...

Zhu Zheng meminta maaf...

Karena hal lain...

Hanya Zhu Zheng dan Tuhan yang tahu apa yang ada di dalam hati Zhu Zheng saat ini.

.

.

.

Bersambung ...

Selasa, 23 – 06 – 2020

Pukul, 10.39 Wita.

次の章へ