webnovel

Bab 4 - Mengobati Kepala Desa

Meskipun dia tidak pernah benar-benar mengatakan obat apa yang dia miliki.

"(Aku memang mengatakan obat, tetapi itu hanya antasida dan sedikit obat penghilang rasa sakit yang diresepkan dokter kepadaku sebelumnya, oh dan beberapa Hemaviton-plus,".

Mengingat obat apa yang dia miliki di dalam tas, membuat suasana hati Tama menjadi suram.

Dalam kasus terburuk, jika penyakit kepala itu ternyata merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, obat yang dibawanya tidak dapat berbuat apa-apa, dan karena ia bukan profesional medis yang terlatih seperti dokter ataupun perawat, Tama yakin ia tidak dapat memberikan diagnosis yang tepat.

Dia berpikir bahwa mungkin ada beberapa dari penduduk desa yang kakinya sakit karena terlalu banyak bekerja di ladang, dan dia punya obat penghilang rasa sakit sehingga dia bisa memberikannya kepada mereka, tetapi itu terlalu naif baginya.

"Aku tidak tahu apakah obat yang kumiliki akan efektif atau tidak, tetapi bagaimanapun, bolehkah aku melihat kondisi kepala desa untuk saat ini?"

"Ya silahkan!"

Melihat Nadin membungkuk padanya dengan penuh semangat, Tama berdoa "tolong biarlah sakit punggung atau kekurangan gizi", dan dia memasuki kediaman, dipandu oleh Nadin.

"Ayah, pria ini punya obat!!!! mulai sekarang semuanya akan baik-baik saja!"

"Kepala! Semuanya akan baik-baik saja! "

"Uu …. , saya … dicine …? "

"(…. hee ….)"

Dia masuk dan saat dia melihat ayah Nadin, Tama berpikir bahwa dia seharusnya membawa beberapa hadiah belasungkawa ketika melihat kondisi kepala desa.

"Bagaimana kabarnya, tuan Tama,!??? apakah Ayah bisa disembuhkan??!!"

Sambil masih memegang tangan ayahnya, dia menatap Tama dengan mata yang berkaca-kaca berharap jawaban yang baik.

"Apakah ada rumah duka di dekat sini?", Tama berpikir hal yang tak terkatakan, tetapi untuk saat ini dia duduk di samping ayah Nadin dan melihat kondisinya.

"Waduh,!!!! itu demam yang mengerikan, matanya juga tenggelam dan tidak fokus, dan dia juga menggigil di seluruh, dia …. baiklah! Dia bisa disembuhkan,!!!"

Bahkan dilihat dengan mata yang tidak terlatih kondisinya jelas mengerikan, dan Tama hendak memberikan pemikiran jujurnya, tetapi saat dia melihat air mata akan tumpah dari mata Nadin, dia segera mengubah kata-katanya.

Meskipun dia langsung berpikir "aww, sial!" Sesudahnya.

"Sangat!? … Saya sangat senang tuan, terimakasih banyak tuan,".

"A...h, tidak, daripada menyembuhkan, aku akan mengatakan dia akan segera dibebaskan dari penderitaannya …"

Mencengkeram tangan Tama, Nadin yang berlinang air mata mengucapkan terima kasih berulang kali. Tama mulai merasakan keringat dingin menetes keluar.

Pukulan terakhir untuk Tama datang dari Alpin.

"Benarkah itu! jika benar maka saya akan melaporkan ini ke penduduk desa lainnya, ini merupakan kabar bahagia buat mereka,!!! KEPALA DESA AKAN SEMBUH,!!!!"

Ketika dia mengatakan itu, dia mengabaikan Tama yang mencoba menghentikannya dalam kebingungan dan berlari keluar dari kediaman.

"Ayah, minumlah ini dan kamu akan baik-baik saja. Tunggu dan minum "

Nadin menopang ayahnya yang mengerang kesakitan, dan meminum obat yang didapatnya dari Tama (sebuah antasida dan pil penawar sakit antipiretik) dan air ke mulutnya.

Ayahnya sempat terbatuk, namun entah bagaimana ayahnya bisa berhasil menelan obat yang diminumkan oleh Nadin.

Setelah meminum obat maag dan antipiretik, Tama lalu memberikan sebuah minuman energi (Hemaviton-plus) yang dia bawa.

"ini juga,!! ini adalah minuman bergizi, minum ini juga".

Tama sangat bingung ketika melihat Nadin yang memberi ayahnya Hemaviton-plus untuk diminum, dia tidak tahu apakah itu bisa membantunya atau malah membuatnya lebih parah. Dia lantas berdoa,

"semoga minuman itu bermanfaat dan membuatnya enakkan,".

Tama sempat berfikir bahwa tidak mungkin seseorang yang berada di ambang kematian disembuhkan hanya dengan obat itu.

Dia memberinya Hemaviton-plus sebagai hiburan, tetapi alih-alih memulihkan semangat juangnya untuk hidup, ia tampaknya akan menuju tidur untuk selamanya.

Setelah memberi ayahnya obat dan Hemaviton-plus dan membiarkan dia beristirahat lagi, Nadin lalu bertanya pada Tama.

"Tuan Tama, kalau boleh tahu, kapan Ayah akan sehat kembali?!!?"

Tama lantas menjawabnya dengan asalan, itu dia lakukan untuk menenangkan hati Nadin agar tidak gelisah lagi.

"Ah—, itu benar saya pikir, paling lambat dia akan dibebaskan dari rasa sakitnya besok atau lusa, saya pikir".

Nadin merasa lega setelah menerima balasan Tama, meskipun sebenarnya itu merupakan jawaban yang asalan.

Nadin lantas mengucapkan terimakasih dan menawarkan tempat tinggal untuk Tama,

"Syukurlah .... Umm, tuan Tama, sudahkah kamu memutuskan di mana kamu akan tidur malam ini,?!?? jika belum, aku berharap kamu bisa tinggal dirumah kami, itu juga merupakan ucapan terimakasih atas obat yang telah kamu berikan untuk ayah,!!".

Mendengar hal itu membuat Tama dipenuhi dengan perasaan bersalah untuk Nadin yang mengekspresikan keyakinannya yang paling dalam padanya, sehingga dia memutuskan untuk mengizinkan Tama tinggal dirumahnya.

Jika ayahnya mati dan tidak tertolong, dia akan tunduk padanya dan menggunakan semua asetnya untuk menebus kebaikan Tama.

Mereka berdua lalu menuju sebuah ruangan yang disiapkan untuk Tama,

"Maaf, ini sangat kotor, tapi bagaimana dengan itu?"

"... tolong", dia bergumam lemah pada Nadin yang membuat rekomendasi padanya.

"... Ini berubah menjadi sesuatu yang besar".

Di sudut kamar berlantai kayu ukuran 8 tikar bambu, Tama menghabiskan dua jam berada di ruangan itu.

Melihat dari kondisi kepala desa sebelumnya, mungkin malam ini atau besok dia akan berada di ranjang kematiannya.

Ketika itu terjadi, apakah Nadin akan memaafkannya atau tidak.

Setelah mengatakan "dia akan sembuh", dan setelah dia mati setelah itu, dia tidak akan mengeluh bahkan, jika terburuk, dia datang untuk menikamnya.

"Tuan Tama,!!!!!"

Saat itu, Tama sedang menghabiskan 20 menit lagi berguling-guling di lantai, sedang membayangkan apa yang terjadi, namun tiba-tiba Nadin dengan cepat bergegas masuk ke dalam ruangan Tama.

Tama lalu melompat secara refleks, dan dengan kekuatan besar membungkuk dengan kepala di lantai.

"Ayah telah sembuh,!!!! Itu benar-benar obat yang luar biasa, terima kasih banyak tuan Tama,!! "

"Aku sangat minta maa …. eh!!?"

Mendengar berita tak terduga itu, membuat Tama mengangkat kepalanya dan matanya bertemu dengan Nadin yang sedang menatapnya, dia penasaran apa yang sedang Tama lakukan dengan posisi membungkuk sambil mengucapkan sesuatu.

"Umm, apa maksudmu dengan menyembuhkan ayahmu, apa yang terjadi sebenarnya,?"

"Ya, dia sudah bangun dan sekarang sedang menyiapkan makan malam. Setelah merasa sangat kesakitan, dia bisa kembali dalam kesehatan penuh dengan begitu cepat, itu benar-benar obat yang luar biasa!!"

Mendengar jawaban Nadin, membuat Tama menjadi sangat terkejut, dia tidak menyangka hal itu akan terjadi

Apa yang diberikan Tama kepada kepala desa hanyalah beberapa obat penghilang rasa sakit antipiretik, antasida, dan kemudian beberapa minuman energi Hemaviton-plus.

Seharusnya dia tidak kembali dalam kesehatan penuh begitu cepat, atau bahkan bisa sembuh.

"Kamu pasti sudah bercanda...."

"Eh?".

"Ah, tidak, tidak apa-apa".

Tama lalu mengoreksi kata-katanya dengan bingung pada Nadin yang menatapnya dengan tatapan kosong.

Dia sama sekali tidak tahu bagaimana kepala desa bisa kembali sehat begitu cepat, malah dia tidak bisa mempercayainya.

"Umm, untuk berjaga-jaga, apakah kamu akan membiarkan aku melihat kondisi ayahmu?"

"Tentu saja boleh, Ayah juga berkata dia ingin mengucapkan terima kasih selama makan malam nanti, ini adalah waktu yang tepat, sepertinya masakannya hampir segera selesai, jadi mari kita pergi ke ruang tamu".

Tama mengikuti di belakang Nadin yang tersenyum senang sambil memiringkan kepalanya dengan ragu.

Ketika Tama dan Nadin tiba di ruang tamu, kepala desa yang sebelumnya mengalami kesulitan bernapas kini berada di tengah-tengah membuat semacam sup di perapian di tengah ruangan.

"Ooh, jadi kamu yang bernama Tuan Tama,.. terima kasih banyak telah memberikan obat berharga Anda, di sini sini, silakan duduk ".

"Ah, terima kasih …. "

Tubuhnya kurus seperti tongkat, tetapi kulitnya tampak sehat.

"Aku benar-benar minta maaf karena tidak menyapamu dengan benar sebelumnya, nama saya Baron, kepala desa ini, disini, makan malam sudah siap. Silakan makan tuan Tama,"

Terima kasih banyak,.. ummm, bagaimana perasaan anda sekarang,?"

Sambil menerima mangkuk kayu berisi sup dan sendok kayu, Tama bertanya kepada kepala desa, dan dia menjawab sambil tersenyum."

"hanya sekali aku minum obat dari tuan Tama, dan aku tak tahu akan seperti ini,.. ini adalah pertama kalinya saya menggunakan obat-obatan, tetapi saya tidak pernah berpikir ini akan luar biasa ... bagaimana cara saya dapat berterima kasih kepada Anda tuan Tama,"

次の章へ