webnovel

Punya Uang Lebih Banyak Darimu

Tiba-tiba ponsel Cheng Xi berbunyi. Alih-alih mengurangi ketegangan diantara mereka, bunyi ponselnya justru membuat suasana semakin tegang.

Cheng Xi tidak menjawab panggilan itu. Ia merasa sulit mengabaikan tekanan dari Lu Chenzhou yang terus menatapnya tajam. "Apakah kamu memiliki keraguan terhadap dokter?"

"Keraguan? Apakah aku salah bila berkata aku tidak sakit?" Suara Lu Chenzhou penuh amarah dan penghinaan ketika menjawab. "Jika menyendiri merupakan penyakit, maka berapa banyak orang di dunia ini yang tidak dapat disembuhkan oleh penyakit ini?"

Jelas, ia cukup sadar diri dan sangat logis dengan keadaan dirinya. Cheng Xi mulai meragukan diagnosisnya sendiri.

Ia tidak ingin berdebat. Bagi seorang psikiater, mendengarkan pasien adalah kemampuan yang harus dimiliki. Ketika menjawab, ia sengaja berbicara sangat lembut dan hangat. Suaranya menyenangkan, menjadi setenang angin bulan Maret, membelai nyaman telinga seseorang.

"Apa kamu jijik saat melihat orang bersikap seperti itu padamu?"

"Apa kamu ingin diperlakukan berbeda, seperti monster?"

Cheng Xi menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang mengatakan bahwa seorang pasien yang memiliki sebuah penyakit mental disebut monster. Penyakit mental hanya sebuah penyakit. Sama seperti kita demam, batuk dan masuk angin, penyakit mental adalah hasil dari kerusakan fungsi tubuh kita. Sama sekali tidak berhubungan dengan usia, tingkat pendidikan, dan tentu saja tidak terkait dengan monster atau hal semacam itu."

Penjelasan seperti itu sangat lemah, Lu Chenzhou kembali ke wajah dinginnya. "Jika hanya seperti itu, mengapa kamu tidak mau menjadi kekasihku?"

"Tidak, bukan seperti itu. Aku…."

"Ayo pergi." Ia menyela dan segera berbalik, meninggalkan Cheng Xi yang terkesima.

Cheng Xi memutuskan untuk mengkutinya. "Ke mana?"

Ia tidak menjawab. Supir menghampiri, pria itu membukakan pintu dan menyuruhnya masuk.

Cheng Xi hanya berdiri, tidak beranjak.

"Kamu takut?" dia memiringkan kepala sedikit saat melihat Cheng Xi.

"Tidak. Tetapi kamu harus memberi tahu tujuan kita, sebagai rasa menghormati."

Lu Chenzhou menjawab singkat, "Kantorku. Mau ikut?"

Meskipun belum mengerti mengapa Lu Chenzhou ingin mereka berdua pergi ke kantornya, namun Cheng Xi mengikutinya masuk ke dalam mobil.

Pada titik ini, dia tidak bisa menolak dari tugasnya sebagai psikiater.

Selama mengemudi, Lu Chenzhou tidak berbicara satu kata pun. Di sisi lain, Cheng Xi menjawab panggilan yang masuk tadi; dari temannya.

Saat panggilan terhubung, dia langsung mendengar nada berlebihan dari suara temannya. "Oh, Dr Cheng, kamu terkenal! Segera buka WeChat!"

Dia menolak untuk menjelaskan, tidak punya pilihan Cheng Xi menutup telepon dan membuka WeChat yang dikatakannya tadi. Hal pertama yang dia lihat adalah sebuah gambar yang diunggah di obrolan grup departemen psikiatri. Diunggah orang yang tidak dikenalnya. Dia membuka dan membaca keterangannya: "Ini hanya terjadi di rumah sakit kita! Demi meringankan beban kerja pacarnya, seorang pria memesan semua slot janji temu pasien untuk beberapa hari ke depan."

Temannya yang mengirimkan gambar ini kemudian berkata, "Seseorang mengunggah gambar ini ke Weibo, dan menjadi tren disana."

Yang lainnya tertawa. "Hahaha, apakah wartawan akan datang untuk wawancara besok?"

"Hei, jangan bicara tentang esok. Sore ini saja, media telah menghubungi kita untuk mengkonfirmasi cerita itu."

"Apakah Dr Cheng benar-benar menjadi terkenal sekarang?"

"Hubungi dia; kita harus memintanya mentraktir kita makan."

Obrolan grup terus dibumbui. Cheng Xi melihat tombol gulir, merasa cemas.

"Tuan Chenzhou," katanya sambil memperlihatkan percakapan grup. "Terima kasih, aku terkenal sekarang."

Lu Chenzhou melirik ponselnya dan dengan tenang menjawab, "Sama-sama."

"…." Suara Cheng Xi begitu tulus saat berkata, "Sebenarnya, menjadi terkenal itu berat untukku."

Tetapi Lu Chenzhou hanya menjawab dengan satu kata. "Oh."

Cheng Xi memandangnya, mengambil kembali ponselnya, dan kemudian sengaja diam selama sisa perjalanan. Ia belum lama mengenal pria ini, tetapi dia mengerti satu hal: ketika ia hanya menjawab dengan satu kata, itu berarti ia kehilangan minat untuk mengobrol, akan sia-sia memaksanya.

Benar, Lu Chenzhou membawanya ke kantornya. Lokasi kantornya dekat dengan Hotel Donglai—hotel dimana Cheng Xi pernah menghabiskan satu malam disana.

Pagi setelah kejadian malam itu, Cheng Xi melihat dengan jelas rupa dari Donglai—sebuah blok besar, dengan lampu disepanjang dindingnya yang menerangi setengah dari langit. Dengan sungai indah dibelakangnya, hotel itu seindah kastil dari negeri dongeng.

Tidak seperti keindahan hotelnya, kantor Lu Chenzhou didekorasi cukup sederhana dalam warna hitam dan putih, perabotannya sangat praktis dengan hiasan seperlunya. Kesan pertama Cheng Xi adalah bahwa segala sesuatunya ditata sangat tepat. Semua benda tampak seperti pasukan yang tertib, diatur dengan ketinggian dan posisi yang mempesona. Suasana kantor begitu rapi dan tidak seperti pernah ada pekerja yang bekerja di sini.

Setelah duduk dimejanya, Lu Chenzhou langsung mengambil telepon mejanya, "Hubungi pengacara Du."

Sebelum Cheng Xi bisa menebak tujuannya memanggil pengacara ke sini, pengacara tiba.

Lu Chenzhou menunjuk ke arah Cheng Xi dengan dagunya saat berkata, "Buatkan sebuah kontrak untuk kami, dan harus menyatakan bahwa Nona Cheng Xi akan menjadi pacarku. Kami akan tetap mandiri secara finansial. Jika hubungan ini berlangsung selama setahun, aku akan memberinya…"

Setelah mengatakan ini, ia berbalik dan bertanya pada Cheng Xi, "Berapa jumlah yang masuk akal untuk diberikan padamu?"

"…."

Cheng Xi berkedip dan dengan bercanda menjawab, "Seratus juta yuan?"

Lu Chenzhou berpikir sesaat dan dengan serius berkata, "Kamu tidak bernilai sebanyak itu."

"…."

Profesionalitasnya mengatakan satu-satunya jawaban yang tepat adalah, "Apapun yang membuatmu bahagia,"

Lu Chenzhou mengangguk, dan memberi tahu pengacaranya sejumlah uang yang beberapa kali lebih tinggi dari gaji Cheng Xi saat ini. Sebenarnya tidak terlalu jauh dari penghasilan bermain mahyong dalam satu malam.

Pengacara itu tampak tidak tertarik dengan permintaan anehnya, menggenggam pena dengan erat sebelum akhirnya bereaksi saat melihat Lu Chengzhou mulai tidak sabar. Setelah tenang ia mencatat usul Lu Chenzhou dan bertanya, "Apakah ada hak dan tanggung jawab yang sesuai?"

Lu Chenzhou mendiktekan, "Satu pihak boleh mengusulkan pernikahan, dan pihak lain harus setia. Ia berbalik ke Cheng Xi lagi, "Apakah tampak bermasalah bagimu?"

"…. Bisakah aku membuat perubahan pada kontrak?"

Lu Chenzhou sudah berbalik kembali pada pengacaranya sebelum dia selesai bicara, "Ini saja."

"…."

Pengacara memandang simpatik padanya. "Hanya ini?"

Lu Chenzhou menjawab dengan sebuah anggukan, "Ya."

Pengacara itu mengangguk, meninggalkan sebuah draf kontak. Lu Chenzhou kemudian menjelaskan sistem pembayaran untuk Cheng Xi, tetapi informasi itu menyebar ke orang lain. Ini pertama kalinya ia menemukan hal yang sedang dilakukan Lu Chenzhou.

Kenyataannya, dia agak penasaran. "Mengapa kamu menginginkan kontrak seperti itu?"

Lu Chenzhou memandangnya, tatapannya tenang. "Karena aku suka mempermudah semua hal. Dengan cara ini akan jelas terlihat keuntungan dan kerugiannya jika kita menjalin hubungan, bila tidak cocok kita akan berpisah. Bukankah itu bagus?"

Sistemisasi dan degradasi emosi dalam sebuah kontrak adalah metode pertahanan diri yang sering digunakan orang untuk menghadapi trauma emosional. Cheng Xi mencatat keanehan ini dalam hatinya kemudian bertanya, "Lalu, mengapa bukan aku saja yang memberikanmu uang?"

Nada suara Lu Chenzhou seolah-olah menyatakan ada bintang dan bulan di langit malam. "Karena aku punya uang lebih banyak darimu."

Itu…. Fakta yang tidak dapat disangkal.

次の章へ