webnovel

negosiasi 2

Rayhan menuangkan minuman beralkohol kedalam gelas miliknya dan meneguknya dengan sekali tegukan, ia sudah sangat mabuk hingga pandangannya memudar tapi meskipun begitu ia masih dapat mengingat rasa sakit hatinya dengan sangat jelas, bagaimana ia diperlukan dengan rendah oleh orangtua Rose yang tidak menganggapnya.

Sudah lama sekali semenjak terakhir kali ia datang ke klub malam seperti saat ini, tidak ada tempat lain yang dapat Rayhan datangi selain tempat bising yang mampu membuat gendang telinganya merasa sakit dan orang-orang yang menari seolah tanpa beban di bawah sana sementara Rayhan berada di lantai dua, di sebuah sofa besar dengan banyak minuman beralkohol mengisi meja dihadapannya. Ada beberapa wanita penggoda yang mencoba mendekatinya tapi Rayhan mengabaikan mereka sehingga mereka menyerah dengan sendirinya dan memilih meninggalkan Rayhan sendirian.

Kini ponsel miliknya sudah tidak lagi berdering sudah cukup lama setelah terakhir kali ponselnya terdengar berdering karena panggilan telepon dari Rose.

"Apa kamu sudah menyerah? Kamu lebih menyukai pria berjas itu sekarang?" Tanya Rayhan, ia tertawa sambil memandangi wajah Rose dilayar ponselnya lalu kemudian kembali menangis pedih.

"Jangan menyerah, jangan tinggalkan aku juga." Isaknya sambil memeluk ponselnya.

"Apa kamu sudah gila?" Terdengar suara memekik dari seorang pria bertubuh sedikit gemuk dengan setelan jas rapih berwarna merah muda dan dasi berwarna kuning yang mengikat kerah kemejanya.

Rayhan menoleh, ia sudah menduga siapa pemilik suara cempreng itu.

"Pinky man, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Rayhan disisa kesadarannya.

"Begitukah caramu berbicara kepada bos mu?" Oceh pria itu, ia memang pemilik perusahaan entertainment dimana saat ini Rayhan bekerja sebagai seorang produser dan komposer musik.

"Apakah orang kaya selalu angkuh sepertimu?" Tanya Rayhan, ia tersenyum getir sebelum kembali meneguk minumannya kali ini langsung dari botolnya.

"Astaga! Kamu ingin mati mudah heuh? Mengapa kamu mabuk-mabukan seperti ini? Aku tahu kamu sudah tidak menjadi superstar lagi tapi kamu tetap menjadi incaran para pencari berita gosip diluar sana jadi jagalah sikapmu!" Oceh pria yang bernama Sammy itu.

"Aku tidak perduli dengan reputasi ku lagi. Walaupun aku bersikap baik selama ini tetap saja orang-orang selalu memandang rendah diriku karena aku hanya seorang anak panti asuhan." Ucapnya tersenyum getir.

"Tapi Rose akan kecewa jika melihatmu seperti ini?" Sammy mencoba membujuk Rayhan kembali dengan membawa nama Rose yang ia ketahui adalah pujaan hati Rayhan tapi Rayhan malah tertawa meremehkan sebelum kembali berbicara dengan berderai air mata.

"Aku hidup untuknya, aku sangat mencintainya, tapi dia akan menikahi pria lain, dunia ini sangat kejam kepadaku bukan? Dan semua itu hanya karena aku anak panti asuhan. Aku tidak pernah meminta kedua orangtuaku meninggal secara mendadak, aku tidak pernah ingin menjadi anak panti asuhan dan aku tidak pernah menginginkan ditinggalkan sendirian oleh kakak sialan ku, tapi dunia ini begitu kejam dan tidak adil padaku. Sekeras apapun usahaku, sebanyak apapun hartaku saat ini aku tetaplah menjadi manusia rendah di mata mereka."

Cerita Rayhan membuat Sammy semakin merasa kasihan pada Rayhan. Sammy adalah satu dari dua orang yang mengetahui tentang rahasia masa lalu Rayhan karena Sammy yang menemukan Rayhan saat itu tengah mengamen dipinggir jalan di usia yang masih sangat muda sedangkan satu orang yang lainnya adalah Rose selebihnya publik hanya tahu jika Rayhan adalah pria yang dibesarkan dipanti asuhan tanpa pernah ada pemberitaan jika Rayhan memiliki seorang kakak yang meninggalkannya.

"Kamu putus dengan Rose?"

"Dia dijodohkan, aku bisa apa sekarang?"

"Kamu putus asa dengan mudah. Bukannya kamu akan melamarnya ketika konser Rose diselenggarakan nanti bukan? Kedua orantua Rose tidak akan dapat menentang publik jadi jangan hancur sebelum berusaha."

****

Pagi akhirnya tiba, saat ini sudah jam setengah tujuh pagi dan Rose telah berpakaian rapih bersiap untuk mencari Rayhan, Rose sengaja bangun lebih awal karena ia tidak ingin bertemu dengan kedua orangtuanya apa lagi dengan pria menyebalkan bernama William itu.

Dengan tergesa Rose menuruni anak tangga, tapi karena melihat kondisi rumahnya masih sangat sepi jadi iapun akhirnya memperlambat langkahnya dan berjalan dengan sangat santai sampai akhirnya terdengar suara yang memanggilnya.

"Rose, mau kemana kamu sepagi ini?" Tanya Nisa menghampiri, dan kelihatannya dari baju yang dikenakan ibunya itu ia baru saja selesai lari pagi bersama dengan ayahnya dan si pria menyebalkan yaitu William. Ekspresi Rose seketika berubah menjadi merengut.

"Aku harus latihan." Jawab Rose malas seraya melanjutkan langkahnya.

"Sepagi ini?" Tanya Adam membuat langkah Rose kembali terhenti.

"Konserku hanya tinggal beberapa hari lagi ayah, jadi aku harus latihan lebih giat lagi." Jawab Rose, ia tidak bisa memasang wajah cemberut pada ayahnya jadi Rose menjelaskan dengan penuh senyuman.

"Aku menyukai seseorang yang pekerja keras juga memiliki senyum yang manis." Puji William, ayolah tidak ada yang mengajakmu berbicara disini! Pujian itu membuat Rose merasa mual seketika mengingat bagaimana menyebalkanya William semalam.

Tapi berbeda dengan Rose yang merasa tidak senang mendengar pujian dari William, kedua orangtua Rose malah tersenyum malu mendengarnya, di mata mereka William benar-benar telah jatuh cinta kepada Putri semata wayang mereka.

"Kalau begitu kenapa kamu tidak menemani Rose saja, kalian bisa sambil saling mengenal lebih dekat lagi." Usul Adam yang langsung membuat Rose membulatkan kedua matanya lebar-lebar sambil terus memaksakan senyumannya.

"Ayah, latihan ku akan memakan waktu yang sangat lama, William pasti merasa jenuh menungguku lagipula bukannya dia harus mencari rumah untuknya. Bukan begitu William?" Ucap Rose berkelit tidka lupa ia juga meminta pendapat William sambil berdoa semoga William mengiyakan ucapannya.

"Aku rasa akan menyenangkan menemanimu lagipula aku sudah menghubungi agen penjual rumah jadi aku memiliki cukup waktu untuk menemani calon istriku yang mempesona ini." Jawab William, ia bahkan tidak sungkan mengedipkan sebelah matanya kepada Rose di hadapan kedua orangtua Rose.

"Kalau begitu tunggulah sebentar lagipula kamu harus sarapan lebih dulu." Ucap Nisa sementara William telah bergegas kekamarnya untuk mengganti pakaiannya dan Rose hanya dapat pasrah mengikuti langkah ibunya yang menuntunnya menuju meja makan walaupun dengan langkah yang malas.

Tidak perlu menunggu lama, William telah selesai mengganti pakaiannya yang sebelumnya mengenakan pakaian olahraga dan kini telah berganti mengenakan celana jeans hitam serta jaket kulit berwarna coklat dengan kaos oblong berwarna hitam juga sepatu sneaker berwarna putih, terlihat jelas jika William memakai pakaian bermerek yang harganya selangit dan tentunya rambutnya yang tertata rapih seperti biasanya yang membuatnya tampak terlihat tampan memesona.

Rose menoleh kearah William yang saat ini berdiri tepat disebelahnya yang duduk di kursi meja makan, dan lihatlah sepertinya pria menyebalkan ini sengaja memilih jaket berwarna coklat muda yang senada dengan warna gaun yang Rose kenakan saat ini membuat Rose ingin sekali mengganti pakaiannya detik ini juga.

"Kalian terlihat serasi." Puji Nisa dibalas dengan senyuman lembut William tapi Rose menanggapinya dengan memutar kedua bola matanya.

"Sudahlah kita bawa mobil masing-masing." Ucap Rose pelan karena ia hanya ingin William yang dapat mendengar ucapannya sebelum beranjak bangun dna bergegas pergi.

"Kamu tidak mau sarapan nak?" Tanya Adam kembali menghentikan langkahnya Rose.

"Aku sedang diet." Jawab Rose sebelum kembali melanjutkan langkahnya tapi kemudian langkahnya kembali terhenti ketika seseorang mencekal pergelangan tangannya tanpa perlu menoleh, Rose sudah tahu siapa menahannya.

"Aku masih belum terbiasa menyetir dengan posisi kemudi dinegara ini." Ucap William yang sebenarnya hanya berbohong.

"Loh kan ada supir." Nisa angkat suara sementara Rose sudah dapat menebak kejadian apa selanjutnya yang akan menimpanya.

"Apa aku boleh meminta sopir kalian membawa mobilku? Aku masih harus belajar beradaptasi terutama aku sangat gugup jika berada didekat Rosie." Ucap William, gugup katanya? Tapi ia malah menggengam tangan Rose tanpa tahu malu bahkan ketika Rose mencoba melepaskan tangannya yang pada akhirnya ia hanya dapat pasrah.

"Rose memiliki sopir pribadi, kalian dapat pergi bersama menggunakan mobil Rose." Ucap Adam memberi solusi, sebuah solusi yang tidak pernah ingin di dengar oleh Rose.

"Aku tidak bisa pergi semobil dengannya, aku tidak mau akan ada rumor yang beredar dengan hubungan diantara kami berdua." Jels Rose menolak.

"Rumor?" William bertanya seolah tidak mengerti tapi ia malah melepaskan pergelangan tangan Rose agar dapat merengkuhnya.

"Tapi kita akan segera menikah Rosie ku sayang, mengapa harus sembunyi-sembunyi. Kamu seharusnya bangga memiliki calon suami tampan sepertiku, bukan begitu ayah, ibu?" Ucap William.

Oh demi semesta alam, William bukan hanya menyebalkan tapi ia bahkan narsis dan apalagi sekarang? Ayah? Ibu? Dasar pria tidak tahu malu! Jika suara hati dapat terdengar maka umpatan lah yang akan terdengar dengan jelas dari dalam hati Rose saat ini.

Kini Rose mendadak bingung, ia harus menemui Rayhan dan jika William ikut bersamanya maka Rayhan akan semakin salah paham padanya tapi ia tidak dapat menentang kedua orangtuanya.

Sialnya dia selalu menjadi gadis yang penurut selama ini dan William mengetahui itu dengan baik.

"Dasar menyusahkan!" Bisik Rose sinis sebelum melepaskan rengkuhan William pada bahunya dan melangkah pergi meninggalkan William yang mengikutinya dari belakang.

次の章へ