webnovel

Penemuan Lucy

"Jangan pikirkan masalah aneh sayang. Mungkin itu hanya masuk angin atau benar-benar kelelahan."

Samael dengan sebisa mungkin menjawab dengan tenang sembari mengambil Lily dari pelukan Laelia.

Mendengar ini, semua orang disana juga menganggukkan kepalanya kecuali Agnes yang sedikit malu memikirkan bahwa dia adalah satu-satunya yang tahu kebenaran ini.

"Lalu bagaimana, kita akan segera menjenguknya sekarang?" tanya Samael kepada yang lain sambil menusuk kecil pipi tembem Lily.

Chelsea dan Lucy saling menatap satu sama lain, sampai akhirnya keduanya menatap Nirenga yang hanya mengangkat bahunya santai.

Melihat ketiganya tidak menemukan jawabannya, mereka malah menatap Samael yang hanya bisa menghembuskan nafasnya lelah.

"Ini masalah. Lia dan Atira tidak mungkin aku tinggal bukan? Salah satu dari kita harus kesana sebagai bentuk pertemanan kita kepada Kalika....Lucy, kaulah yang pergi."

"Ah, aku?" Lucy menunjuk dirinya sendiri, "Kenapa tidak Agnes saja? Dia sekretaris mu sekarang bukan?"

Memang benar, Agnes sudah keluar dari perusahaan Lucy karena Samael yang membawanya sebagai sekretaris pribadinya di perusahaannya sendiri.

Dan ketika Agnes mendengar dialah yang harus pergi, dia menggelengkan kepalanya: "Aku tidak mau pergi, pokoknya tidak mau."

"Ugh, aku lupa kau sepertinya agak trauma dengan sepupu Kalika, Wanda."

Lucy yang mengingat ini akhirnya hanya bisa menghela nafas lelah sambil mengelus pelipisnya.

Kemudian dia berkata setelah mendengus: "Kalau begitu aku akan pergi, kalian puas ?!"

Setelah mengatakan ini, Lucy berbalik dan pergi dengan langkah yang agak kasar menandakan ketidakpuasannya.

Masalahnya bukan karena Lucy tidak mau menjenguk Kalika, tapi dia masih mau bermain dengan Lily dan Aura yang baru lahir beberapa jam yang lalu!

....Nah, naluri keibuan seorang wanita adalah satu faktor, dan yang lain adalah karena Lucy tidak bisa meninggalkan hal-hal yang imut-imut ini.

Samael sendiri hanya menundukkan kepalanya melihat kepergian Lucy, dan dia tentunya akan pergi menjenguk Kalika. Secara dia masihlah wanita yang mengandung putrinya.

Tapi untuk sekarang, Samael harus menjaga di sisi Laelia yang baru saja lahiran....

----------

Beberapa puluh menit kemudian, kediaman Kalika.

Lucy yang membawa sekeranjang buah meletakkannya di sisi meja sebelum akhirnya dia duduk saat mengamati Kalika yang tiduran lemah di kasur empuk besar.

Dua pelayan sedang berbenah disana sebelum akhirnya keluar, dan akhirnya hanya ada dua gadis yang ada di ruangan luas itu.

"Hanya kau sendiri? Dimana Samael?" Kalika membuka matanya dan bertanya dengan lelah.

Lucy dengan tenang berkata: "Apakah kau tidak puas jika aku yang datang? Sungguh...dan saat seperti ini, kau masih mengingat Samael? Yang benar saja, dia sekarang sedang bersama istri dan putrinya yang baru lahir...Tidak mungkin dia akan kesini."

Jawaban langsung dan tajam ini memang sudah Kalika harapkan sejak lama.

Tapi melihatnya dengan matanya sendiri bahwa Samael tidak datang ke sisinya pada saat dia sakit, itu masih membuatnya sakit...

Dia bahkan merasa sedih. Jelas dia adalah wanitanya. Jelas dia juga membawa anak mereka di perutnya...Kenapa, kenapa, kenapa?

...Karena hubungan kita adalah hubungan terlarang dan tidak mungkin membiarkan istri "sah" Samael tahu.

Kalika sedih, dan itu terlihat di matanya.

Lucy sendiri yang juga melihat ini bertanya, "Sungguh wanita yang keras kepala. Apakah di kehidupanmu yang sebelumnya, kau berhutang besar pada Samael sehingga kau sangat segitu jatuh cintanya kepada seorang pria beristri dan pria yang baru saja memiliki anak?"

"Lihat siapa yang bicara...Kau juga menyukai Samael. Jangan berbohong, aku yakin kau akan melajang karena cintamu pada pria yang kita suka."

Mendengar jawaban Kalika, Lucy cemberut: "Aku sejak awal memang tidak ingin menikah! Kebebasanku akan terambil setelah menikah."

"Tapi tetap saja kau masih mencintai Samael kan?"

"....Masih harus bertanya?"

"....."

Keduanya terdiam sejenak, lalu akhirnya mereka menghela nafas panjang lelah secara bersamaan pada saat berikutnya.

Keduanya menatap satu sama lain, dan akhirnya mereka tertawa dengan suasana kecut.

Sampai saat Lucy bertanya, "Nah Kalika, bisakah aku menanyakan, apakah kau benar-benar kelelahan?"

"Menurut pemeriksaan dokter, aku mengalami tekanan darah rendah...." Memikirkan ini, Kalika tanpa sadar mengelus perutnya dan dia merasa bersalah.

Tekanan darah rendah disaat sedang hamil. Bahkan dokter tadi dengan serius mengatai Kalika agar tetap menjaga kesehatannya!

Lagipula, jika salah sedikit pada si Ibu, itu pasti akan mempengaruhi kandungan di dalamnya....dan sebagai seorang dokter, ini adalah sesuatu yang tidak bisa dia tolelir !!!

Kehidupan apapun bagi seorang "Dokter Sejati" adalah yang terpenting.

.... Sayangnya sekarang, kebanyakan dokter hanyalah seekor anjing uang dibawah kuasa pemerintah yang bodoh.

Benar-benar masa yang memuakkan ketika memikirkan ada dokter yang hanya mencari uang dan reputasi!

"Tekanan darah rendah...." Lucy menatap wajah pucat Kalika dan mengangguk.

"Ya, itu tekanan darah rendah. Aku benar-benar kelelahan. Selain masalah kerjaan, ada juga masalah yang jauh lebih membuatku lelah...bahkan untuk berjalan saja."

"Ohhhh ..."

Kalika cemberut, "Apa itu "Ohhh..." saja? Apakah tidak ada kata-kata yang lain. Buat aku bahagia, aku sedang sakit tahu?"

"Huh! Peduli amat denganmu. Selama kau tidak mati, aku tidak akan menurunkan kewaspadaanku!"

Lucy melipat kedua tangannya di depan dadanya dan mengangkat kepalanya sombong, "Dan ingat, kita adalah musuh!"

".... Humph! Lebih baik Atira yang menjengukku, dia pandai merawat orang dan lembut. Tidak seperti gorila sepertimu."

"Siapa yang gorila!" Lucy menggertakkan giginya kesal.

Pada akhirnya hanya Kalika yang tertawa, dan Lucy tiba-tiba bertanya dengan kosong: "Nah, perhatikan saja tubuhmu Kalika. Jangan sampai itu mempengaruhi kandunganmu."

"....Apa?"

"Jangan mengelak. Perutmu membesar, muntahan tadi, kelelahan hanya karena berjalan, dan keinginan melihat Samael....Kalika, kau hamil anak Samael kan?"

"...."

Lucy mencibir dengan sakit di hatinya: "Jadi itu benar. Kalika, kau ternyata adalah orang ketiga, tidak...orang keempat dalam rumah tangga seseorang!"

次の章へ