Fanesa tidak pernah melewatkan satu kali kesempatan pun untuk mengganggu Robin.
malam pun tiba, mereka makan malam bersama.
Fanesa pergi ke kamar Aiyin dan mengetuk pintu kamar.
"Aiyin sayang, ayo kita makan bersama nak." panggil Fanesa dengan nada lembut.
Aiyin yang saat itu sedang belajar terkejut mendengar panggilan dari sang bibi. sementara Robin sedang berbaring sambil membaca sebuah buku.
"kau tunggulah disini dan jangan ke mana-mana," ucap Aiyin.
Aiyin pergi membuka pintu kamarnya dan melihat sang bibi sedang berdiri dengan senyuman manis di wajahnya.
"sayang, ayo kita makan bersama. Ajak pula suamimu, bibi akan menunggu di bawah." ucap manis Fanesa.
Aiyin pun hanya menganggukkan kepalanya. ia masih terkejut dengan perubahan bibi Fanesa saat itu.
Aiyin masuk kembali ke kamar.
"bibi meminta kita untuk makan bersama, bukannya aku ingin shoujon kepada bibi Fanesa, tapi kita harus berhati-hati." ucap Aiyin memberikan peringatan pada Robin.
"atau begini saja, kau tunggulah disini. aku akan kembali dan membawahkan mu makanan, perasaan ku tidak enak. sebaiknya kau tunggulah di sini,mengerti?" lanjut Aiyin yang merasa khawatir.
Robin pun mengangguk kepalanya. Aiyin segerah turun kebawah untuk makan malam bersama dengan bibi Fanesa.
Fanesa yang melihat hanya Aiyin sendirian yang datang,cukup kesal namun ia menahan emosinya.
"dimana pria itu? maksud bibi dimana suamimu? dia tidak ikut makan bersama kita?"tanya bibi Fanesa.
"Maaf bi, dia sedang tidak enak badan. jadi aku memintanya untuk istirahat,"
Aiyin dapat melihat meja makan penuh dengan berbagai makanan.
"bisakah kita berdua saja yang makan Bi?" tanya Aiyin yang masih berdiri di depan meja makan.
"Iya, biarkan suamimu Istirahat." ucap Fanesa. ia telah merencanakan sesuatu.
Aiyin mengambil nasi dan juga lauk serta sayur. Ia mulai makan dengan cepat agar bisa segera kembali ke kamar dan membawahkan Robin makanan.
"Coba sup ikan buatan bibi," ucap Fanesa sambil menyodorkan semangkuk sup kepada Aiyin. Ia yang tanpa curiga mengambil dan memakan sup ikan yang di berikan Fanesa.
"Bagaimana rasanya?"tanya Fanesa.
"Enak bi, bibi memang sangat pintar dalam me..," belum selesai Aiyin bicara, Ia merasa kepalanya pusing dan begitu berat. hingga akhirnya Aiyin pun pingsan karena obat bius yang di berikan oleh Fanesa.
"HM, dasar anak bodoh!!" ucap Fanesa menyeringai. Ia pun membawah makanan dan juga semangkuk sup ikan untuk Robin di kamarnya.
Fanesa masuk kedalam kamar tanpa mengetuk pintu kamar.
"Ah, maafkan aku. kau pasti terkejut," ucap Fanesa masuk sambil membawah makanan di tangannya.
"Kau pasti lapar, aku membawahkan makanan dan juga sup ikan untukmu. Aku jamin kau pasti suka," lanjut Fanesa dengan malu-malu.
(Apa yang sedang di rencanakan wanita ini?)batin Robin. Robin saat itu hanya dapat mengingat samar-samar tentang dirinya. Ia di pengaruhi obat yang di berikan oleh para penjahat itu. Hingga kadang ia bersikap lemah dan seperti orang bodoh,tapi kesadarannya akan kembali lagi tapi hanya sesaat saja.
Fanesa meletakkan makanan itu di atas meja, sementara Ia naik keatas tempat tidur untuk merayu Robin.
Robin masih diam saja,Ia ingin melihat seberapa jauh Fanesa berbuat hal keji pada suami ponakannya.
"Kau tidak perlu Takut, aku hanya ingin menghiburmu. anak kecil seperti Aiyin itu sangat membosankan, aku akan memuaskan mu malam ini." ucap Fanesa dengan nafas yang menggebu. Ia pun menyetuh wajah Robin.
"Kau sungguh tampan, kulit putih bersih mu ini membuatku tidak bisa berpaling darimu." lanjut Fanesa. Ia pun mulai menurunkan tangannya, ke bagian leher hingga dada Robin.
"Jadilah milikku, dan aku akan menjamin hidupmu." Ucap Fanesa yang semakin tidak bisa mengendalikan nafsunya.
Fanesa hendak mencium Robin, namun Robin menghentikannya, lalu mendorong bibi Fanesa Hingga jatuh dari atas kasur ke lantai.
Hat itu membuat Fanesa merintih kesakitan. Robin pun turun dari tempat tidur lalu berdiri di hadapan Fanesa dengan tatapan tajam.
Fanesa sangat kesal akan perbuatan Robin.
"Kau!! beraninya kau berperilaku kasar padaku!!" teriak kesal dan marah Fanesa. namun Robin tidak menghiraukannya dan pergi mencari Aiyin.
Ia melihat Aiyin yang terbaring di sofa.
( Wanita itu sungguh jahat!) batin Robin. Ia mengangkat Aiyin kepelukannya lalu membawah Aiyin kedalam kamar.
sementara Bibi Fanesa sedang berjalan perlahan keluar dari kamar mereka.
Robin membaringkan Aiyin di atas tempat tidur, Setelah itu Ia berjalan mendekat kearah bibi Fanesa. Fanesa sangat terkejut melihat Robin yang berdiri di belakangnya.
"A-apa yang hendak kau lakukan?" tanya bibi Fanesa yang mulai ketakutan. Robin pun menyeret Fanesa keluar dari kamar mereka dan sesampainya di depan pintu kamar Robin kembali mendorong Fanesa hingga jatuh ke lantai. lalu menutup pintu kamar mereka.
Fanesa sangat marah akan perlakuan kasar Robin padanya.
"Awas saja kau, aku akan membuat harimu menyedihkan!" gumam kesal Fanesa. Ia pun kembali ke kamarnya.
Robin menepuk-nepuk wajah Aiyin untuk menyadarkannya. untuk saat ini, Robin belum bisa bicara karena efek obat yang di berikan padanya.
'Semoga gadis ini baik-baik saja,' Robin Memakaikan selimut pada Aiyin.
Setelah Kejadian malam itu, Fanesa masih menjauhi Robin namun ia terus mengawasi Robin. Tapi Ia juga tidak menyerah dan akan terus Berusaha hingga bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
Beberapa hari kemudian setelah mereka menikah.
Mereka masih tinggal di rumah sang bibi untuk menyelesaikan ujian nasional Aiyin.
Setelah itu, Aiyin berjanji akan pergi dari rumah itu.
Aiyin pergi ke sekolah untuk menyelesaikan, ujian terakhirnya hari ini.
Aiyin merasa kasihan karena harus meninggalkan Robin di rumah bersama dengan bibi genitnya itu.
Tapi ia juga tidak bisa membawa Robin ke sekolah,nanti apa yang akan di lakukan oleh kepala sekolah jika tahu bahwa ia telah menikah.
" Aku akan ke sekolah,kau jangan keluar dari kamar."
Tulis Aiyin diselembar kertas lalu di berikan pada robin.
Robin pun mengaggukkan kepalanya.
"jika butuh sesuatu kau tinggal menulis di kertas ini, dan aku akan memberikannya." ucap Aiyin.
Aiyin berangkat ke sekolah menggunakan angkot,namun sebelum mendapatkan angkot ia harus berjalan sekitar 50 meter dari rumah menuju ke jalan raya.
Sesampainya di sekolah Aiyin bertemu dengan teman baiknya Ratih.
"Apakah kau siap untuk ujian terakhir hari ini?" tanya Ratih sambil menyenggol tangan Aiyin.
"Tentu saja," Ucap Aiyin dengan penuh semangat. walaupun seperti itu, ia masih sangat mengkhawatirkan Robin. bel masuk pun terdengar, Aiyin dan juga Ratih segerah masuk kedalam ruang kelas mengikuti ujian terakhir mereka.
Setelah menyelesaikan dua mata pelajaran untuk ujian hari itu, Aiyin langsung bergegas keluar dari ruang kelas. Ia bahkan tidak ikut bersama teman-teman merayakan hari terakhir ujian Nasional.
setelah keluar dari pintu gerbang sekolah, tanpa sengaja Aiyin jatuh hingga tanpa sangaja ia menarik celana salah satu murid laki-laki yang saat itu hendak masuk ke sekolah.
"Apa ini?" ucap Aiyin saat melihat potongan kain di tangannya. Ia pun melihat kearah atas dan ternyata itu celana anak laki-laki yang bisa di sebut sebagai preman sekolah.
"Mampuslah Aku," gumam Aiyin dengan raut wajah tidak karuan karena marah,merasa bersalah dan juga merasa sangat sial di hari itu. Padahal Ia harus segera pulang,tapi malah berurusan dengan preman sekolah.