Tanpa ku sadari, air mataku kembali mengalir cukup deras, kenapa sakit sekali ketika kak nur berbuat seperti itu padaku?
Aku duduk menatap layar laptopku yang mati, terus memikirkan apa yang harus aku lakukan sekarang?
besok sudah hari senin, hari pertamaku sekolah bagaimana aku menghadapi kak Nur jika nanti berpapasan.
*Toook...took...*
Aku menoleh ke arah pintu, sejenak aku menenangkan diri memastikan kalau pintu kamarku yang di ketuk.
Tapi selama aku berdiam, selama itu juga tak ada bunyi ketokan pintu lagi.
Jadi, aku memutuskan untuk membuka pintu untuk memastikan siapa yang datang atau di mana pintu yang di ketuk.
Mungkin saja di tempat tetangga yang penghuninya sedang mudik.
*Kreeeekkk*
"Gak ada orang." ujarku melihat sekitar kost ku.
'Apa aku hanya berhalusinasi atau....' gumamku.
Aku langsung berlari masuk tanpa menutup pintu, saking takutnya aku. Aku tidak memperdulikan pintuku yang tak tertutup.
Tiba-tiba lampu depan kamarku mati, membuatku semakin ketakutan karena pikiranku sudah jadi kacau.
"Ya allah, ada hantuuuu." ujarku mulai menarik selimut.
Angin berhembus sangat dingin, tiba-tiba rintik hujan pun turun membuat keadaan semakin horor dan menyeramkan.
"Kak Nur, aku takut." ujarku sambil membenamkan wajahku di dalam selimut.
"Kakak kemana, aku takut kak." ujarku.
Bayangan seseorang berada di hadapanku dan membuatku semakin takut.
Aku heran, kenapa malam ini aku sangat takut. Padahal sudah berapa tahun ini aku selalu nge-kost sendirian dan tak pernah ada rasa takut sedikit pun.
"Kakak....." ujarku.
Tiba-tiba....
Selimutku seperti ada yang menarik dan spontan aku memekik histeris.
"Kenapa? ada apa?" ujar kak Verra dengan tatapan aneh nya.
"Kakak!?"
Aku sangat kaget melihat keberadaanya sekarang, bagaimana bisa dia tau kost-an ku sekarang.
Padahal aku baru pindah dan tak pernah memberitahukan dimana kost-an ku yang baru.
"Kenapa kamu?" tanya kak Verra yang kini duduk di depanku dan membuat wajahnya dan wajahku berhadapan dan sangat dekat.
"Kakak."
"Iya, aku Verra. Kamu masih gak yakin?" tanya kak Verra yang kini mulai memelukku.
"Bagaimana kabar kakak?"
"Baik, seperti yang kamu lihat. Aku sehat dan sangat sehat." ujarnya mulai berdiri memperlihatkan kondisinya.
"Syukurlah." ujarku tersenyum kearahnya.
"Senyummu tak pernah berubah, tetap membuat kakak hanyut ke dalam hatimu." ujarnya sambil menarik kursi belajarku.
Aku hanya menatapnya tidak percaya, bukan kah dia bilang kalau minggu depan baru bisa ketemu itu pun belum di pastikan.
"Kakak tau dari mana kalau aku nge-kost disini."
"Dari seorang teman." ujarnya memalingkan wajah.
"Teman?" Aku pun beranjak dari posisiku dan mulai mendekat kak Verra dan memastikan dari mana dia bisa tau dan siapa teman yang dia maksud.
"Iya teman, Kenapa? gak boleh ya?" tanya kak Verra
"Kak Nur?" tanyaku.
"Nur? dia bukan teman, melainkan musuhku." ujar kak Verra.
"Jangan bicara begitu, gak baik." ujarku mengeluarkan air mineral cup dan meletakkannya di atas meja belajarku.
"Biasanya ada cola, kenapa sekarang gak ada." ujar kak Verra.
"Udah aku kurangin minumnya kak."
"Kenapa?" tanya kak Verra.
"Kata kak Nur, Cola itu gak baik buat kesehatan. Boleh minum tapi gak boleh setiap hari."
"Ohhh, dia sudah berani mengekangmu? Dulu saja aku gak ngekang kamu." ujar kak Verra mulai menancapkan sedotan di kemasan air mineral cup itu.
"Dia gak larang, cuma nasehatin."
"Sekarang wanitaku sudah membela orang lain ya." ujar kak Verra tersenyum pahit.