webnovel

LUST

Sekelilingnya gelap dan merupakan alasan mengapa tidak ada yang dapat terlihat. Raine tidak tahu dimana dirinya sekarang.

Tapi, Raine tahu dia ada disana. Begitu dekat dengannya sampai dia dapat merasakan sapuan nafasnya yang hangat menjalari rahang hingga ke tulang belikatnya, mengirimkan rasa panas ke bagian bawah tubuhnya dan setelah itu, nafasnya mengusap dadanya membuat Raine terkesiap dan sebuah lenguhan terlontar dari bibirnya.

Dia membalasnya dengan sebuah geraman rendah.

Raine menutup matanya kembali seraya seluruh inderanya terfokus pada sentuhan itu. Kemudian, dia merasakan tangan yang kasar di pinggangnya dan menarik dirinya mendekat.

Tiba- tiba, rambut Raine telah tergelung diantara tangan pria itu seraya dia membalikkan kepala Raine hingga lehernya terlihat jelas.

Hidung pria itu menjelajahi cekungan diantara leher dan pundaknya. Menggigitnya.

Nafas Raine tercekat dengan siksaan ini. Tidak lama kemudian, dia didorong untuk berbaring di lantai seraya tangannya yang kasar memegang dadanya dan bibirnya menjelajahi leher Raine dengan liar.

Dia berada diatas Raine, dia sangat kasar padanya. Dan hal selanjutnya yang Raine rasakan adalah bibirnya yang bertaut dengannya. Ciuman ini terasa begitu intens dan posesif.

Detik berikutnya dia berbisik ke telinga Raine. "Milikku."

Seolah kegelapan telah menarik tubuhnya ke dalam lubang yang gelap, Raine terkejut dan kepalanya terasa berat. Dia bernafas dengan keras untuk mendapatkan udara kembali. Tubuhnya begitu kaku dan kebas.

Dan kesadaran kembali menerpanya.

Kejadian tadi hanyalah mimpi… tapi, terasa sangat nyata.

Ketika seseorang menyentuh pipinya, secara naluri, Raine mencoba untuk menjauh dari sentuhan itu, tapi pegangan pria itu padanya begitu erat.

Rasa takut mulai mencengkeram hati Raine ketika dia merasa seseorang bernafas di lehernya dan tangannya berada di sekeliling tubuh Raine, menahannya dengan kuat. Lalu suara itu terdengar��

"My love, ini aku…" Torak terus mengatakan hal yang sama ke telinga Raine. "Kamu aman. Ini aku. Aku disini."

Raine tidak menyadari pria yang tengah memeluknya hingga dia mendengar suara Torak, lalu ketika lampu meja dinyalakan dan wajahnya dapat terlihat dengan jelas, Raine berhenti mencoba melarikan diri darinya.

Ini adalah Torak yang berada disampingnya.

Segalanya baik- baik saja.

Itu hanya mimpi.

"Itu hanya mimpi buruk," Torak mengatakan hal itu lagi dan lagi sampi Raine menjadi lebih tenang.

Matanya yang indah menatap keseluruh ruangan. Dia tidak lagi berada di dalam ruang yang gelap itu. Dimana dia tidak dapat melihat apapun. Dia sekarang berada di kamar dan sang Lycan tengah menatapnya dengan khawatir.

Raine memeluk pinggangnya dengan sangat erat sambil membenamkan wajahnya di dada Torak.

Torak berkata kalau itu hanyalah mimpi buruk, tapi terasa begitu nyata bagi Raine.

==============

Ciuman itu.

Nafas itu.

Kenikmatan itu.

Dan sentuhan itu.

Raine dibawa kembali ke realita ketika seseorang menyentuh pundaknya, dia terkejut dan melihat pria yang ada disebelahnya dengan waspada.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, my love?" Torak mengusap pipi Raine yang pucat dengan jarinya. "Kamu terlihat terganggu, masih memikirkan tentang mimpi semalam? Kamu ingin menceritakannya padaku?"

Raine menggigit lidahnya, tidak mungkin dia akan menceritakan mengenai mimpi itu pada Torak. Dia kemudian mengalihkan matanya ke jejeran pohon- pohon pinus dibalik kaca jendela mobil.

Hari ini Torak membawanya ke kota lagi karena dia memiliki rapat yang harus di hadiri.

Alih- alih menjawab pertanyaan Torak, Raine menanyakan pertanyaan lain untuk mengalihkan perhatiannya dari pikiran- pikiran yang selalu mengingatkan akan mimpi tersebut.

[Siapa yang akan kita temui?] Raine mengetik di ipad miliknya dan menunjukkannya pada Torak.

"Reynold Magnus." Torak membuat jawabannya sangat singkat.

Cemberut, Raine menanyakan pertanyaan lain. [Apakah dia?] mungkin, ini adalah pertanyaan yang tepat.

Torak kemudian menarik Raine mendekat dan memeluknya seraya menjawab. "Pemimpin Naga."

次の章へ