webnovel

MAAF DAN PENJELASAN

🎀🎀🌼🎀🎀

🌼HAPPY READING🌼

🎀🎀    🌼     🎀🎀

Dengan deru nafas membara langkah kaki yang cepat, Alyssa membuka pintu ruang kelas dengan sekali sentak hingga menimbulkan bunyi yang keras, penghuni kelas seketika melihat ke arahnya dengan berbagai macam pandangan.

Alyssa melihat sekeliling dan menemukan orang-orang yang sedang Ia cari yaitu Leon, Ferdi, Gio dan Edgar. Dengan langkah lebar Alyssa menghampiri mereka.

Ke empat cowok itu menelan salivanya, tiba-tiba aura dingin terasa menusuk hingga tulang.

"Dimana Alvin?" tanya Alyssa menatap tajam satu persatu ke empat cowok di depannya.

Bukannya menjawab mereka justru malah saling pandangan dengan tatapan bingung, antara harus memberitahu atau berbohong.

"Gue enggak tahu." jawab Leon akhirnya.

"Jangan bercanda sama gue Leon!"

"Gue gak lagi bercanda, gue lagi makan nih." kata Leon seraya mengangkat cilok yang sedang di makannya. Alyssa semakin jengah.

"Mamahnya udah nanyain ke gue terus, karena Alvin belum pulang 2 hari. Kalian jangan bohong sama gue karena di ancem sama Alvin, biar gue bayar lebih besar dari dia."

"Whait, whait. Maksudnya apa nih? Lo...."

"Atau gue perlu umbar rahasia kalian disini biar temen-temen lo tahu?" ancam Alyssa. Ke empat cowok itu saling pandang dengan tatapan bingung.

"Emangnya rahasia apa yang lo tahu tentang kita?" tantang Gio. Alyssa menyunggingkan senyumnya lalu menyilangkan kedua tangannya di atas dada. Ia lantas membalikan tubuhnya menghadap para mahasiswa yang berada di ruang kelas itu mereka terlihat sedang menunggu dosen yang belum kunjung datang.

"Kalian fansnya cowok-cowok ini kan?" seluruh mahasiswi disana mengangguk dengan wajah sumringah, ada satu mahasiswa yang juga ikut mengangguk. Alyssa tak meragukan lagi ketenaran Alvin dkk.

"Kalian pengen tahu rahasia mereka ber empat?" sontak para mahasiswi itu mengangguk antusias. Alvin dkk nampak khawatir.

"Gue punya rahasia tentang celana dalam yang mereka pakai setiap hari senin sampai minggu!"

"WHAT?" Alvin dkk membulatkan matanya tak percaya mendengar perkataan Alyssa tentang pakaian aset pribadi mereka.

"Gue mulai dari yang pertama, emm." Alyssa menatap ke empat pria itu satu persatu mereka sudah terlihat khawatir dengan keringat yang mulai bercucuran di sekitar wajah mereka.

"Edgar!" para mahasiswi mulai bersorak gembira.

"Siapin catetan kalian!"

"Sampai sekarang dia masih suka pakai celana dalam bergambar hello kitty." Edgar melotot dengan wajah memerah malu, ke empat pria di sampingnya menatap pria itu dengan tak percaya.

"Hello kitty?" semua orang disana tertawa terkecuali Edgar yang menatap marah pada sang kakak.

"Lalu kedua...." Leon, Gio dan Ferdi seketika was-was. Mereka segera bertindak dengan menarik Alyssa keluar kelas meninggalkan para mahasiswi yang mendesah kecewa.

🌺🌺🌺

"Lo dah gila ya!" bentak Edgar.

"Gimana lo tahu pakaian aset pribadi adik lo sendiri? Jangan-jangan lo...." Alyssa langsung melotot dengan tuduhan yang akan di layangkan Ferdi untuknya.

"Itu hal mudah untuk gue ketahui." kata Alyssa.

"Terus gimana lo bisa tahu?"

"Kalian yakin pengen tau dari mana gue tahu?" ke empat cowok itu mengangguk kompak.

"Dari pacar kalian masing-masing." ke empat pria itu menganga tak percaya.

"Shit."

"OMG."

"Anjrit!"

"Hmm."

"Jadi dimana Alvin?" tanya Alyssa gereget.

"Kita gak akan kasih tahu."

"Oke kalau gitu gue...."

"Oke oke kita kasih tahu." Alyssa tersenyum penuh kemenangan.

🌱🌺🌺🌺🌺🌱

Alyssa bergeming, tubuhnya membeku di tempat saat melihat pemandangan didepannya.

"Ashh, pelan-pelan Bit."

"Ini udah pelan Al."

Alvin meringis karena tengah di obati oleh seorang wanita, luka di sekujur tubuhnya dan luka di wajah yang terlihat membiru.

Alvin setengah telanjang, pria itu memperlihatkan perut kotak-kotaknya pada wanita yang sedang mengobati wajahnya itu?

Hah? Alyssa mencibir dalam hati.

"Ehem." Leon berdehem.

Alvin dan wanita itu seketika menoleh, Alvin terlihat terkejut. Bukan karena melihat kedatangan ke empat sahabatnya namun karena keberadaan Alyssa disana.

"Alyssa?"

Alyssa berjalan mendekat dengan tatapan sulit di artikan, saat sampai di depan Alvin dan wanita itu. Alyssa langsung menarik lengan Alvin berniat membawa pria itu keluar.

Tapi Alvin meringis merasakan sakit pada perutnya yang terluka, wanita yang bernama Sabitha itu segera menghentikan aksi Alyssa.

"Bersikap baiklah, kau tidak lihat dia sedang terluka?" Alyssa menatap tak suka ke arah Sabitha.

"Memang siapa kamu melarang-larangku?"

Sabitha nampak terdiam

"Aku kekasihnya!" semua orang disana nampak terkejut dengan perkataan gadis itu yang cukup lantang.

Alyssa menatap Alvin yang malah menyengir tak jelas.

Jadi benar? Dia kekasihnya?

"Kenapa reaksimu seperti itu Alvin, katakan padaku apa itu benar?" Batin Alyssa berbicara.

Alyssa lantas melepaskan genggamannya dari tangan Alvin, lalu berangjak pergi dari sana dengan perasaan kecewa.

Alvin menatap kepergian Alyssa dengan senyuman yang tak bisa dideskripsikan lagi betapa bahagianya dia melihat Alyssa cemburu.

🌱🌺🌺🌺🌺🌱

Air mata Alyssa lolos, mungkin untuk saat ini Ia membiarkan air mata itu mengalir memperlihatkan bahwa dirinya memang tengah berduka. Berduka dengan keadaan yang tak kunjung berpihak padanya.

10 tahun Alyssa mencoba bertahan Ia mencoba untuk bangkit dan melupakan masa lalu, tapi saat semua itu mulai menghilang. Masa lalunya datang kembali meruntuhkan pertahanan Alyssa selama ini.

Menyakitinya lagi, membuat Alyssa kembali jatuh.

Kenapa takdir tak berpihak padanya, pada ke inginannya? Alyssa bertanya selama ini tapi tak pernah menemukan titik terang.

🌱🌺🌺🌺🌱

Siang berganti sore dan sore berganti malam.

Entah sudah ke berapa kali Edgar mengetuk pintu kamar kakaknya itu namun tak mendapat jawaban.

Edgar tahu jika Kakaknya itu tengah merajuk dan merenung dalam kesedihan.

"Kak, ada Alvin di bawah!"

Masih tak mendapat sahutan.

"Lagi di intograsi sama Ayah!"

Masih bergeming.

Edgar akhirnya menyerah Ia melangkah pergi dari depan kamar sang Kakak.

🌱🌺🌺🌺🌱

"Saya tidak menerima tamu lewat dari jam 10 malam." kata Nathan dengan suara baritonnya.

"Di jalan macet Om, jadi kemaleman sampenya." balas Alvin dengan cengiran.

"Mau apa kamu kesini?" tanya Nathan, tak mengubris alasan Alvin.

"Saya mau serius sama Alyssa Om." Nathan menatap Alvin dengan tatapan menyelidik, pria itu lantas menyentil lutut Alvin yang membuatnya meringis karena luka.

"Kenapa dengan wajahmu itu?" tanya Nathan.

"Kecelakaan Om, sebab rem blong." jawab Alvin pelan.

"Emangnya gak di cek dulu mobil kamu sebelum di pakai?" Alvin menggeleng pelan. "Lupa Om."

"Kamu, menjaga diri aja masih belum bener gimana mau jaga anak saya." sindir Nathan, tangannya tak tinggal diam untuk meraih toples berisikan kue ringan untuk di lahapnya.

Alvin diam.

"Kamu pembalap kan?" Alvin mengangguk. "Iya Om."

"Sayangnya saya gak suka pembalap." Alvin menatapnya.

"Kalau gitu saya akan berhenti." ucap Alvin dengan wajah serius.

"Lalu kamu mau kasih makan apa anak saya?"

"Nasi, Om." Nathan terkekeh.

"Kamu sudah punya pekerjaan tetap?" Alvin mengangguk.

"Balap, Om."

"Katanya mau berhenti, gimana sih kamu ini labil sekali." Alvin menggaruk kepalanya yang tak gatal, jujur Ia sedikit bingung.

"Maksud saya__"

"Sudahlah mending kamu pulang saja, saya belum mau menerima lamaran dari siapapun. Terlebih jika orang itu yang membuat anak saya menangis."

"Maafkan saya Om." ucap Alvin menyesal dengan wajah menunduk.

Nathan menghela nafas, menaruh toples di tempat semula lalu bangkit hendak pergi ke kamar dimana sang istri tengah menunggunya.

"Urus calon suamimu tuh Alyssa." kata Nathan, kepada Alyssa yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berada saat itu.

Alyssa yang ketahuan menguping menjadi salah tingkah sendiri terlebih Ayahnya memanggil Alvin calon suaminya.

"Makasih Om restunya." kata Alvin sebelum Nathan benar-benar beranjak dari tempat itu.

Alvin kemudian beralih menatap Alyssa yang terlihat gundah.

"Kemarilah." ujar Alvin.

Alyssa menurut, gadis itu duduk di sofa sebrang Alvin.

"Duduk di sampingku Alyssa." Alyssa menatap Alvin. "Ayahmu sudah merestui hubungan kita." jelasnya.

"Meski begitu, bukan berarti aku mau denganmu." ucap Alyssa.

"Kau masih marah masalah kemarin?" Alyssa diam. "Kau cemburu."

"Tidak!" bantah Alyssa.

"Kau tak pintar berbohong." Alvin bangkit lalu mendudukan diri di samping sang kekasih. Alyssa sedikit menjauh memberi jarak antara mereka. Alvin kembali mendekat kali ini langsung mengenggam kedua tangan Alyssa hingga membuat wanita itu menatapnya.

"Maafkan aku, Sabitha hanya teman." melihat Alyssa yang masih diam, Alvin meraih dagu gadis itu untuk melihat keseriusannya.

"Hanya kamu." Alvin menjeda. "Hanya kamu yang mampu buat aku gak bisa berpaling meskipun sudah 10 tahun berlalu."

Alyssa memejamkan matanya ketika Alvin mulai mendekatkan wajahnya. Benda kenyal dan lembut itu mendarat di bibirnya, Alvin memagut bibirnya dengan lembut dan penuh hati-hati.

Alyssa terlena. Ada yang hampa saat Alvin memutuskan ciuman itu.

Alyssa memandang wajah Alvin yang tampan namun saat ini penuh lebab. Alyssa menyentuh rahang kokoh Alvin dengan tangan lembutnya.

"Aku kecelakaan saat balap." kata Alvin menjawab pertanyaan dari tatapan Alyssa.

"Aku takut Mamah khawatir jadi aku menginap di rumah Leon." lanjut Alvin.

"Sabitha adik Leon, dia yang merawatku selama aku menginap disana." tambah Alvin, pria itu berusaha menjelaskan meskipun Alyssa tak meminta. Alvin tak ingin membuat gadisnya salah paham.

"Kenapa gak bilang padaku?" Alvin tersenyum menyentuh tangan Alyssa di pipinya lalu mencium telapak tangan gadis itu.

"Aku tak mau membuatmu khawatir." Alyssa berdecak.

"Mulai sekarang kamu harus selalu jujur padaku."

"Kenapa?" tanya Alvin ingin menggoda Alyssa.

"Kenapa juga mesti bertanya, bukannya kamu sudah mendapat restu dari Ayah."

"Lalu?" Alyssa jengkel.

"Karena aku calon istrimu jadi kamu harus jujur." Alvin tersenyum penuh kemenangan akhirnya berhasil membuat Alyssa mengatakan hal itu. Sedangkan Alyssa mencubit puting Alvin dari balik baju pria itu yang malah membuat mereka tertawa.

Alvin mengangkat tubuh Alyssa hingga di atas pangkuannya lalu melayangkan ciuman di bibir manis Alyssa.

次の章へ