Shabi mengambil ponselnya dilantai, berusaha untuk bersikap biasa meski bukan hal gampang.
Cewek itu lalu mengambil pesenannya, tapi ditahan oleh Guntur.
"Kenapa lo tinggalin gue?Apa salah gue?" Tanya Guntur to the points, sikapnya mulai terlihat biasa meskipun mimik mukanya masih sedikit syok.
Untung saja suasana kafe sedang tak terlalu ramai, jadi tak membuat Guntur merasa terbebani oleh antrian pembeli karena memang hanya Shabi yang tengah berada dalam barisan pembeli.
Shabi diam membisu,berusaha bersikap acuh kemudian mencoba mengambil dua cup minuman pesanannya yang berada dalam kantong genggaman cowok itu.
Tapi Guntur menahan kantong tersebut, tatapan matanya terlihat tajam.
Tanpa mereka sadari Athur tengah menyaksikan adegan drama diantara mereka berdua, karena tak tahan pria tampan ini sengaja batuk-batuk dengan volume cukup keras sehingga keduanya menyadari kehadiran pria itu.
"Kenapa kamu menahan pesanan kami?Sayang..ambil pesanan kita."
Sahut dengan nada tegas,Jelas sekali Athur terlihat sangat tidak suka situasi terjadi saat ini. pria tampan itu berjalan menghampiri Guntur, Mengambil plastik khusus berisi menu pesanan mereka.
Tak ada pilihan lain selain Guntur harus menyerahkan kantong berisi pesanan Shabi tersebut.
"Ayo pulang." Athur menggenggam jemari Shabi, mencium punggung tangan pacarnnya beberapa saat kemudian tersenyum.
Guntur merasa tak suka akan hal itu jika bukan karena statusnya sebagai mantan sudah dipastikan pria yang berani mencium punggung tangan Shabi pasti akan dihajar, persetan jika dia akan dipecat karena hanya dia boleh menyentuh Shabi.
Shabi dan Athur pergi menjauh keluar kafe, Athur bahkan sengaja merangkul pinggang Shabi erat agar Guntur tahu siapa pemilik cewek itu sekarang.
Tanpa mereka tahu Guntur menatap kepergian mereka dengan tatapan penuh marah, bahkan kedua tangannya meremas-remas serbet.
Di dalam mobil Athur tak bisa lagi bersikap cool, seperti di luar tadi.
Pria itu masih menatap ke depan jalan, melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.
Seolah ingin meluapkan emosi yang dirasakan.
"Gimana perasaan kamu ketemu mantan?udah 3 tahun harusnya perasaan cinta kamu udah hilang dong?"
Athur berbeda dengan Guntur yang cepat emosi mungkin karena faktor umur yang jauh lebih dewasa serta karakter, Guntur akan menuruti kemauan Shabi tapi tidak dengan Athur dia hanya akan mengabulkan permintaan Shabi jika mau.
Bahkan saat Shabi memberontak maka Athur akan mengurungnya berhari-hari dan memberikan makanan seadanya.
Semakin Shabi memberontak maka dia akan semakin mendapat hukuman lebih berat, Hukuman terberat yang pernah Shabi terima yaitu dibuang di tempat menjijikan dan sangat lembab dipenuhi tikus got, kecoa, kalelawar dan tak diberi makan hanya air mineral saja.
Athur menghukumnya karena tak mau melayani saat pria itu sedang mau, satu-satu syarat hukuman disudahi yaitu meminta maaf, berjanji akan selalu patuh.
Di hari keempat Shabi akhirnya menyerah dan berjanji akan melakukan sesuatu perjanjian jika tidak dia akan mendapat hukuman lebih berat.
"Cuma kaget nggak lebih." Seru Shabi jujur, pandangannya terus tertuju keluar jendela.
Athur menyeringai. "Kamu masih cinta sama bocah ingusan itu?"
Shabi bingung harus menjawab apa?
Athur buka tipe orang mudah dikelabuhi, apalagi pria itu akan mengetahui Shabi berkata jujur atau sebaliknya.
Makanya Shabi selalu berkata jujur agar Athur tak marah, tentu saja dengan gaya bahasanya sendiri.
"Nggak tahu, mungkin kalo kamu tadi ngasih waktu untuk aku lebih lama sama dia ya aku bisa tahu perasaan aku sekarang."
Tak ada raut marah apalagi kesal.
Pria itu masih fokus menyetir.
"Aku nggak peduli kamu masih cinta apa sebaliknya, Yang terpenting kamu udah jadi milik aku sekarang dan kita bakal menikah lalu punya anak. Cinta bukan hal yang aku butuhkan tapi komitmen, ngerti?"
Seperti biasa pria itu melontarkan kata-kata seenak hati.
Shabi mendengus, "Iya, aku ngerti."
Athur meminggirkan mobilnya lalu menghentikan mobil sportnya tesebut.
Menarik teguk leher Shabi kemudian melumat kasar bibir merah Shabi salah satu bagian tubuh yang paling disukai pria itu setelah lubang surgawi milik cewek itu.
Keduanya memejamkan keduan mata, ciuman mereka semakin liar dan Athur suka itu tapi tidak dengan Shabi.
Sejujurnya dia merasa tak nyaman tapi tak mampu protes..
Athur membuka gaun bagian atas cewek itu lalu mengeluarkan sebelah payudara milik Shabi, menghisap kuat lalu mengigit puting milik cewek cantik ikut itu dengan gemas, tersenyum nakal.
Memakaikan kembali gaun bagian atas Shabi.
Dan menyalahka mesin mobil, kembali melajukan mobilnya menuju rumah.
-
-
Brian tak kalah syok saat Guntur menceritakan kejadian itu pada sepupunya tersebut.
Berbagai pertanyaan dalam otaknya.
Sejak kapan Shabi berada di jepang?
Siapa pria yang bersamanya?
Terpenting mengapa cewek itu mendadak kabur?
Di apartemen sederhana mereka ,keduanya meminum sake bersama diatas balkon.
Memandang langit malam, menikmati udara sepoy-sepoy.
Hal ini selalu menjadi rutinitas kedua cowok itu saat malam hari.
"Gue rasa penyebab utama Shabi hilang ya pria yang ada sama dia sekarang." Kata Brian penuh keyakinan.
"Kok lo bisa berfikir gitu,si?" Guntur meminum sakenya dan meletakan gelas berisi sake disampingnya, masih memandang langit malam.
Brian menuangkan sake ke dalam gelasnya lalu meminumnya."Nggak tahu, gue punya keyakinan aja kayak gitu."
"Gue si nggak mau mengambil kesimpulan apapun sampai ada bukti. Jujur gue senang dapat fakta dia ada di Tokyo,Meskipun kecewa bukan dalam situasi yang enak."
"Tuhan sering kali mempertemukan kita pada seseorang dalam situasi tak terduga kan." Masih dengan sikap santai Brian mengeluarkan kalimat bijak.
Kedua cowok itu bersulang..
"Menurut lo apa dia masih cinta sama lo?
Pertanyaan sepupunya itu bukan hal sulit untuk Guntur, cowok genteng ini merangkul pundak Brian.
"Iya, karena gue bisa ngerasain hal itu saat menatap matanya tadi. Pandangan yang sama kayak dulu waktu kita masih bersama."
"Kok lo nggak benci dia si?jelas-jelas dia udah ninggalin lo begitu aja." Sambung Brian masih tak mengerti dengan sepupunya ini.
Guntur malah tertawa.
Brian semakin bingung dengan respon Guntur.
"Kata siapa gue nggak benci dia?Gue benci, marah dan kecewa bahkan sampai sekarang. Tapi rasa cinta yang gue punya buat dia juga masih ada sampai sekarang.Alhasil bikin gue makin kacau dan gue nggak bisa berbuat apapun untuk bisa mengatasi hal itu. Parahkan...hehehe."
Seketika mimik Guntur berubah jadi sedih, kembali menegak sake.
Brian bisa merasakan perasaan hancur yang tengah dirasakan Guntur saat ini, cowok itu tak bisa berbuat apapun selain menemani sepupunya minum sambil mengobrol.
-
-
-
Malam ini Athur terbang ke Paris dalam rangka bisnis selama dua hari, Dan Shabi merasa senang meskipun setiap satu jam sekali Athur akan melakukan VCall hanya untuk mengecek.
Shabi memutuskan untuk duduk memeluk kedua kakinya sambil menatap bintang di langit, dia membayangkan kembali saat-saat dulu bersama Guntur.
Dan saat dia mengingat kembali moment pertemuan mereka tadi hinggs tanpa sadar airmata cewek ini pun terjatuh.
Dia dapat merasakan perasaan marah,kesal dan benci cowok itu padanya dari kedua sorot matanya.
Guntur terlihat sangat rapuh juga syok, kesedihan tampak jelas dari muka cowok genteng itu.
Mungkin jika mereka tidak berada di muka umum mereka sudah bertengkar,
membentak satu sama lain hanya untuk mengeluapkan emosi.
Shabi menghapus air matanya.
"Gue kangen lo, Guntur."
Dan di tempat yang berbeda Guntur pun mengucapkan kalimat yang sama.
Tbc
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up! VOTE for me!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.