webnovel

Drama Versi 2

Happy Reading

Siang ini setelah pulang sekolah Guntur disuruh menjemput Hebe di apartemennya, meski merasa aneh tapi tetap melakukan perintah sang bos tanpa protes seperti biasa.

Hebe tersenyum membayangkan apa yang terjadi saat dia berhasil menjalani strateginya, Guntur pasti akan jatuh dalam pelukannya jika semua berjalan sesuai rencana.

Pintu apartemen Hebe terbuka, Wanita itu memulai aksinya.

Guntur terlihat terkejut saat mendapatkan Hebe tergulai lemas diatas ranjang tanpa sehelai benangpun dengan ditutupi selimut serta keadaannya kelihatan berantakan.

Cowok itu baru saja akan menelpon pihak keamanan apartemen, tapi Hebe mencegah.

"Ada apa?" Tanya Guntur perhatian.

Hebe memasang raut muka berpura-pura depresi agar Guntur percaya , sehingga semua berjalan sesuai rencananya.

Hebe menangis terseduh. ""Tadi ada dua orang asing pake masker datang Kesini terus ngacam bakal bunuh aku kalo aku nggak serahin sejumlah uang. Ya udah aku terpaksa ngasih tapi mereka malah perkosa aku sebelum pergi."

Tangisannya sengaja diperkeras, memeluk Guntur.

"Jadi kamu kerampokan ceritanya?" tanya Guntur mengambil kesimpulan dari cerita sang bos.

Hebe menganguk, menghapus air matanya. "Iya, Nasib aku mang apes banget hari ini."

Bukan tersentuh Guntur malah keheranan.

"Kok bisa?Jelas aku tahu apartemen kamu keamanannya ketat nggak bakal semudah itu dimasuki orang asing." nada suara Guntur jelas terdengar curiga.

Bahkan cowok ganteng itu melepas pelukan Hebe, mengambil daleman plus gaun tidur wanita cantik itu lalu meminta Hebe memakai daleman dan gaun tidurnya sendiri.

Hebe merasa kesal karena ternyata Guntur tidak termakan kebohongannya sesuai perkiraannya semula, semua jadi berjalan diluar planing sekarang.

"Guntur, Aku minta tolong pakaiin dong soalnya aku lemes banget buat ngelakuin sendiri gara-gara dua penjahat itu bikin ku down banget." memasang raut memelas Hebe tetap menjalani step by step rencananya meski berjalan tak sesuai harapan.

"Kalo gitu mending kamu istirahat aja, kalo udah nggak lemes baru pake. Aku pergi."

Jelas sekali raut muka jengah Guntur atas kelakuan Hebe yang menurutnya selalu mengambil kesempatan, bukan Guntur tidak sadar selama bekerja jadi asisten wanita itu terus-menerus mencoba menggoda.

Tapi Guntur berusaha untuk tak ambil pusing tapi kali ini Hebe sudah keterlaluan.

Cowok itu bersiap untuk pergi, Hebe langsung mencegah.

Menyingkirkan selimut yang membalut tubuhnya, sengaja dalam kondisi naked wanita cantik ini memohon.

Berakting lemas, dengan mimik meyakinkan.

"Guntur hari ini kamu temenin aku di sini ya?Please."

Cowok itu memejamkan matanya lalu melepaskan jasnya,memakaikan Hebe jasnya.

Membuka mata, melempar pandangan kesal.

"Saya nggak bisa, ini bukan tugas saya bos. Permisi." dengan nada ketus juga sikap tegas Guntur menolak, terlihat jelas dia tengah menahan emosi.

Zeng.

Dan Guntur pun pergi

Hebe menjadi DOWN seketika merasa bahwa Guntur telah membencinya.

Dan menangis sedih tapi kali ini asli.

-

-

-

Shabi terkejut karena tumben siang begini Guntur sudah pulang.

Cowok itu terlihat sumpek.

Menyadari kondisi Guntur tengah bad mood, cewek ini sengaja tak bertanya apapun karena tahu saat ini yang dibutuhkan Guntur adalah kesendirian.

-

-

-

"Papi mau ngomong empat mata sama kamu." Nathan tak tahan lagi dengan tingkah Brian yang sungguh berubah 180 derajat akhir-akhir ini.

Pria itu mengajak anaknya mengobrol dalam ruang kerjanya yang memang dirancang kedap suara.

Duduk diatas sofa, membuka kacamata bacanya.

"Sebenarnya kamu kenapa?kok jadi bersikap berubah ke papi gini?Apa salah papi?"

Pria itu berusaha untuk tetap bersikap tenang, dia hanya ingin ngobrol bukan bertengkar.

"Sejak kapan papi main serong dibelakang mami? Nggak nyangka sosok yang aku kagumi selama ini ternyata cuma bajingan!"

Nathan terlihat syok berat tak menyangka belangnya telah ketahuan oleh anaknya sendiri.

Pria itu berdiri dan menghampiri anaknya.

"Sejak awal pernikahan kami."

Dengan berat akhirnya Nathan mengakui perbuatannya dengan jujur, Gentleman.

Kini giliran Brian yang syok.

Cowok itu menonjok muka dan memukul perut ayahnya penuh emosi disertai tangisan pilu.

Brian berteriak, menendang kaki meja kerja ayahnya dan pergi.

-

-

-

Shabi baru saja selesai mengerjakan tugas PKN.

Guntur menghampirinya, memeluknya dari belakang.

Menenggelamkan wajahnya pada leher Shabi.

"Gue mau resign."

Cewek itu tersenyum lalu mengusap kepala Guntur. "Yaudah Resign aja."

"Kok nggak nanya alesannya?"

"Nggak perlu, Lagian gue senang kok lo resign. Gue nggak suka sama Hebe, kelihatan banget tuh tante naksir lo."

Guntur geli sendiri mendengar pengakuan pacarnya ini.

Mencium pipi Shabi sebelahnya.

"Jadi lo tahu dia naksir gue?kok tetap ngebiarin gue kerja sama dia. Ntar kalo gue diperkosa gimana?hehe."

"Ya, Lo lawan kalo telanjur horni ya lo nikmati." Dengan enteng Shabi melontarkan perkataan tersebut.

"Tapi setelan itu kalian berdua bakal MATI." sambung Shabi jengkel.

Membalikkan badan, Berpura-pura mencekek leher Guntur sambil memasang raut menakutkan.

Melepaskan tangannya lalu mengulurkan lidah.

Keduanya kembali tertawa.

"Kejam banget."

"Biarin."

"Tapi kan gue korban, Kenapa harus dibunuh juga?"

"Soalnya korbannya juga DOYAN DAN MAU aja diperkosa!"

Menjitak kepala Guntur.

Guntur membuka kaos lalu dengan jail mengarahkan keteknya ke hidung Shabi.

Keduanya sekarang malah kayak anak kecil yang saling kejar-kejaran.

-

-

-

Tekad Guntur sudah bulat untuk berhenti bekerja, dia memutuskan pagi ini menyerahkan surat resign

Jadi bulan ini bulan terakhirnya bekerja.

Jika berlama-lama bekerja bersama Hebe yang ada bahaya.

"Kamu nggak bisa resign sebelum bekerja selama setahun, itu tertulis dalam kontrak kerja." kata Hebe tegas.

"Saya nggak nemuin pasal itu." bantah Guntur.

Hebe memperlihatkan salinan kontrak kerja Guntur yang ada padanya.

Menujuk barisan pasal yang hurupnya kecil terletak tepat dibagian bawah ada tulisan kecil menyatakan bahwa minimal harus bekerja selama setahun baru resign kurang dari masa kontrak kerja maka akan kena denda sebanyak 100 juta rupiah.

Shit!!!

Bagaimana bisa dia tak secermat seperti ini?

Guntur memaki dirinya sendiri dalam hati atas kecerobohannya.

"Gimana masih mau berhenti?"tantang Hebe.

Gunturpun menggelengkan kepala.

Dan Hebe tersenyum bahagia.

-

-

-

Brian dan Shabi latihan catwalk bersama mulai malam ini, keduanya sering terlibat cekcok.

Shabi merasa mereka harus begini sedangkan Brian merasa mereka seharusnya begini.

Selalu bentrok tapi akhirnya keduanya sepakat agar bisa bekerja sama dengan baik.

Shabi berjalan disamping Brian dengan anggun serta senyuman menawan, keduanya melakukan latihan dengan serius dan giat.

Sesekali keduanya saling memandang dan berpelukan.

Berputar dan berjalan.

Tapi meskipun mulai tampak selaras dalam latihan pasti ada saja dimana Shabi melakukan kesalahan.

"Auhh.. Ini ketiga kalinya kaki gue keinjek High Heels lo, Sha." protes Brian kesal, mengelus ujung sepatunya.

"Sorry deh, Gue benaran nggak sengaja lagian harusnya lo makluminlah secara ini kan kali pertama buat gue latihan kayak gini, Beda sama lo."

Setahun lalu Brian memang sempat masuk kursus modeling selama beberapa bulan tapi suatu hari dia mendapatkan pelecehan seksual oleh sesama model pria yang tak lain merupakan seniornya, Brian emosi dan terlibat baku hatam dengan seniornya tersebut.

Sejak itu cowok itu males jadi model, kalaupun hari ini dia comeback itu karena dia ingin mengambil kesempatan dekat dengan cewek cantik imut didepannya ini.

"Okey, Gue maklumi tapi lo harus pengertianlah lebih hati-hati kaki gue sakit gara-gara kena injek high heels lo."

"Iya, Gue bakal berusaha untuk nggak ijek lo deh."

IPhone Brian berbunyi dari Mami-nya.

*Iya, Mi.

*Kamu lagi sama siapa?

*Temen, BTW kok mami tahu lagi nggak sendirian?

*Coba kamu tengok kebelakang.

Brian terkejut karena mendapatkan Maminya tengah berdiri sambil menggendong adiknya perempuannya berumur 5 tahun, Breta.

Brian langsung mematikan sambungan telepon dan menghampiri maminya tersebut ,Shabi mengikuti dari belakang.

Memperkenalkan diri.

"Malem tante, Perkenalkan saya Shabi."

Jena tersenyum, mengulurkan tangannya.

Shabi mencium punggung tangan wanita cantik tersebut.

"Kamu beneran temennya anak tante?lebih dari temen juga nggak masalah kok."

Sikap Ibunya Brian jauh lebih ramah dibanding ibunya Guntur, bahkan tak ada sikap yang memandang rendah Shabi.

Dan Shabi merasa senang.

"Cuman teman, Tan." balas shabi dengan sikap santun lalu membalas senyuman Jena.

"Kakak gendong." rengek Breta pada Brian.

Brian menggendong adik tersayangnya itu, mencium bibir mungil bocah cantik tersebut.

"Kakak, Mau itu." Breta dengan mimik mengemaskan menunju ke kunciran rambut yang dikenakan Shabi.

"Nggak boleh, Punya orang itu kita beli aja ya." dengan gemas membelai rambut Breta.

Shabi melepaskan kunciran rambut kesayangan itu lalu memberikan pada Breta.

"Untuk kamu."

Breta mengambil kunciran itu, terlihat senang. "Makasi pacarannya kakak Brian."

Semua sempat terkejut atas ucapan Breta tadi.

Tapi tak ambil pusing.

"Kita makan yuk?papi nunggu dalam mobil. Sha kamu ikut ya, jangan nggak nanti tante sedih."

Shabi tersenyum, mengelus perutnya.

"Wah pas Tan, Kebetulan aku lagi laper."

Tbc

Ps : Ini Versi kedua (Good Guntur) setelah versi pertama(Bad Guntur)

Kalian lebih suka versi apa???? 😌😁

Jadi aku harus lanjutin veris ke 1 atau ke 2 enaknya???

Sengaja untuk kali ini bikin 2 versi, pengen tahu aja kalian lebih suka versi mana.

次の章へ