webnovel

Syok!

"Kenapa si kita gak pacaran aja? Daripada TTM-man gini?" Felicia cemberut,melinggarkan kedua tangannya pada leher Guntur.

"Karena gue lebih suka hubungan kita kayak gini."seperti biasa cowok itu mengatakan alasan yang sama berulang kali.

"Kalo elo merasa mulai gak nyaman atau keberatan, kita bisa udahan." sambung Guntur santai.

Jujur Felicia tidak betah harus menjalin hubungan TTM tapi tak mau lepas dari Guntur.

Selama ini dia menikmati hubungan ini tapi tidak salahkan kalo dia ingin status lebih serius, yaitu berpacaran.

Toh mereka berdua single.

"Gue masih mau sama elo, okey deh gue ikut elo aja. Tapi kenapa kita gak pernah gituan si? Mangnya elo gak mau ya?"

Ungkapan kejujuran Felicia membuat Guntur tertawa.

Cowok itu menyingkir dari atas Felicia, tiduran sambil mantap langit menjadikan kedua tangannya bantal.

"Emangnya elo mau?" tanya Guntur balik.

Tanpa malu Felicia menganggukkan kepala, "Maulah, Elo sendiri gimana? Gak mungkin elo gak tertarik kan?"

Jemari lentik Felicia mengelus dada cowok itu, tersenyum nakal.  "Kita lakuin itu yuk? Gue mau ngelakuin itu sama elo." bisik Felicia sambil mendesah.

"Gak.. gue gak mau ngelakuin itu, mending elo balik gih." tolak Guntur.

"Kok elo jadi ngusir gue?" muka Felicia tetlihat sangat BT.

"Terpaksa gue butuh istirahat soalnya selama lo masih di sini gue gak bisa istirahat."

Akhirnya dengan terpaksa Felicia mengikuti apa kata Guntur tentu dengan perasaan dongkol.

Setelah kepergian Felicia Guntur membuka ponselnya, untuk mengirim chat pada Shabi.

Memasukan passwords pada aplikasi chatnya, tersenyum saat melihat walpaper chatnya yaitu foto dia dan Shabi.

Iya cowok itu memasang background layar chat pada ponselnya dengan foto dirinya dan Shabi.

[Mine :

Makasi karena udah kasih gue vitamin jadi sekarang gue makin lebih baik, Sha. Gue senang elo datang ke sini, ingat jaga jarak sama cowok manapun termasuk sepupu gue itu karena gue gak suka pacar gue dekat2 sama cowok lain]

Cowok itu kembali menatap fotonya bersama Shabi.

Kembali tersenyum dan akhirnya tertidur.

-

-

-

Shabi tersenyum senang karena berhasil mendapatkan martabak telur enak tersebut, untung saja antriannya nggak terlalu panjang.

Jadi gak butuh waktu beli cemilan favoritnya.

Cewek itu terkejut mendapatkan Brian masih setia menunggu. "Kok elo masih di sini? " 

"Belum, nunggu elo soalnya. Yuk cabut." Brian memakai helm lalu menyalakan mesin motor.

"Kan gue udah bilang bakal balik sendiri, ngapain si lo nungguin?"

"Gue cuma gak bisa pergi begitu aja, Udah balik yuk."

Tak mau memperpanjang persoalan, cewek itu memutuskan ikut dengan Brian pulang ke kostannya.

-

-

-

Pagi ini Shabi memutuskan untuk ke perpustakaan, perpustakaan adalah tempat paling sangat jarang di datangi siswa-siswi, alhasil menjadi tempat favorit Shabi.

Hanya terdapat beberapa orang yang membaca juga membuat tugas di sekitar cewek itu.

Shabi memutuskan mengerjakan tugas sekolah pada meja pojok yang sepi.

"Kenapa chat gue gak dibalas?" ujar seseorang dan sudah dipastikan itu Guntur.

Cowok itu terlihat BT, Duduk disamping Shabi.

"Males." jawab shabi singkat, masih sibuk dengan laptopnya.

Mengerjakan tugas, tingkah Shabi cuek seperti biasa.

"Nanti pas balik sekolah, kita jalan yuk?" Guntur merangkul pinggang cewek imut itu, mencium sebelah pipi Shabi.

"Gak mau, gue mau langsung balik dan ngerjain tugas." tolak Shabi tanpa menoleh pada lawan bicaranya.

"Gak ada penolakan, pokoknya nanti siang elo tunggu gue di tempat biasa." suara Guntur mulai terdengar emosi.

Tak ada respon dari Shabi...

Masih sibuk mengetik..

Guntur merasa jengkel tapi tak mau ribut di tempat umum.

"Elo lagi ngetik apa si? Serius banget."

Cowok itu menggeser laptop, mengecek tugas apa yang sedang dilakukan oleh pacarnya itu.

"Jadi elo lagi ngetik kesimpulan." lanjut Guntur.

Cowok itu mengambil secarik file berisi kesimpulan tugas Shabi yang masih tulis tangan, membacanya kemudian dengan menggeser laptop cewek itu.

Sekali baca cowok itu langsung ingat isi dalam file.

Memindahkan kesimpulan ke dalam Microsoft Word dengan gerakan jari cepat, bahkan dengan sempurna bisa menyalin catatan cewek itu tanpa cela.

Dan cowok itu pun menyelesaikan mengetik kesimpulan dalam waktu 5 menit.

Shabi butuh waktu sekitar 15 menit untuk menyelesaikannya.

"Ada yang lain?" Tanya Guntur santai.

Shabi terperangah..

Tak menyangka Guntur bisa cekatan seperti itu.

Shabi menggelengkan kepala.

Cowok itu mengembalikan laptop pada sang pemilik.

"malam ini jalan yuk?" Ajak Guntur untuk kali pertama setelah dua bulan mereka berpacaran.

"Lo kesambet ya?aneh banget." Cewek ini malah memilih bermain game Online, tampak asyik.

"Ngajak malming ke pacar sendiri kok aneh si?Pokoknya mulai sekarang kita malmingan ." seru Guntur nyantai.

"Malesss." jawab Shabi cepat tanpa menoleh pada cowok itu.

Bukan marah Guntur menanggapi tingkah cuek dan acuh pacarnya dengan tenang.

Iphone 11 pro cowok itu berbunyi.

*Iya, Fel

*Nanti malam kita mau jalan ke mana? Gue ada referensi tempat asyik nih.

*Gue gak bisa, Felicia. (jawab Guntur nyantai)

*Kok gitu si? Biasanya kita gak pernah absen malmingkan. Elo udah punya gebetan? (suara Felicia terdengar panik)

*Apaan si lo, gue gak suka ada orang kepo urusan gue dan elo tahu itu. (Guntur kesal)

Telpon terputus...

Guntur tak mengangkat lagi panggilan masuk dari Felicia.

"Kenapa gak malmingan sama Felicia aja?" Shabi menoleh pada Guntur memasang raut dingin.

Guntur membelai rambut Shabi, tersenyum lalu mencubit gemas pipi kanan cewek itu. "Karena pacar gue elo bukan dia."

Shabi memutar kedua bola matanya, "Sakit perut gue dengerin bacot lo."

Shabi mematikan laptop, memasukan ke dalam tas khusus.

Bersiap untuk pergi.

"Nanti malam jam 7 gue jemput, awas aja kalo belum siap-siap." cicit Guntur disertai raut mengancam.

"Gak janji." balas Shabi singkat.

Guntur menahan pergelangan tangan Shabi, melempar pandangan tajam.

"Elo gak bisa yak jadi pacar baik kayak cewek pada umumnya? Yang sekali aja gak bikin gue BT atau terang-terangan ngajak ribut?"

"Iya,gue gak bisa kalo gak suka putusin gue.. Clear."

"Gampang banget elo bilang putus? Elo pikir kita pacaran main2 doang yang kalo elo lagi BT atau udah nemuin cowok baru bisa main putusin gue seenaknya aja."

Untung suasana perpustakaan sekitar mereka sepi.

Dan meskipun dalam kondisi emosi Guntur dan Shabi masih bisa mengontrol suara agar tidak sampai perang urat saraf.

Bisa kacau kalau mereka perang urat.

"Terus elo sendiri boleh bertingkah seenaknya, Elo boleh cium bahkan ML sama cewek lain?!" Shabi terlihat emosi.

Guntur terkejut, "Maksud elo apa si?"

Tanpa sadar cowok itu suaranya gemetar.

Shabi menyerigai, melepaskan tangan Guntur dengan penuh emosi.

"Next time kalo mau ciuman sama Felicia, elo pastiin ga ada seorangpun yang tahu atau ngintip biar hubungan kalian tetap aman, ngerti." bisik Shabi.

Shabi tersenyum evil dan pergi begitu saja meninggalkan Guntur.

Tbc

次の章へ