webnovel

AKHIRNYA

" Aku mencintaimu!" bisik Revan.

" Aku lebih mencintaimu!" sahut Wina. Mereka saling peluk dan cium untuk beberapa lama.

" Kenapa kamu tidak hamil saat kita bersama? Padahal Angel saat ini sedang hamil!" kata Revan. Seketika Wina baerdiri dan bangun dari tidurnya saat Revan mengatakan itu.

" Sayang! Aku hanya bertanya!" ucap Revan terkejut melihat tingkah Wina. Tapi Wina tidak menghiraukannya, dia hanya berjalan masuk ke dalm kamar mandi tanpa sehelai benangpun.

" Dasar pria! Dimana-mana semua sama saja! Nggak peka sekali! Ngapain coba pake sebut-sebut nama wanita lain! Huh! Bikin kesel aja! Kalo saja kamu tahu Nina itu siapa!" gerutu Wina lalu membuka kran shower.

Tiba- tiba sebuah tangan meremas dadanya dari belakang.

" Ahhh!" desahan keluar dari bibir Wina.

" Aku sekarang yang bermain!" bisik Revan lalu merubah air shower menjadi hangat.

" Aku...mmmhhhh!"

Revan langsung melumat bibir Wina saat wanita itu akan protes. Dan Wina hanya bisa pasrah di bawah kungkungan Revan, dia tidak akan pernah menolak apapun yang dilakukan Revan padanya walau dia dalam keadaan marah, karena dia memang sangat suka dengan sentuhan pria tampan itu.

" Jangan marah lagi!" bisik Revan yang sudah mengeringkan rambut Wina.

" Aku mau kamu menceraikan dia!" kata Wina sambil memeluk Revan manja.

" Setelah lahiran, Ok!" kata Revan.

" Aku nggak mau kamu melihat wanita lain selain aku!" rengek Wina.

" Iya! Kamu boleh ikut kemanapun aku pergi!" jawab Revan mengecup kening Wina. Wina merasa seperti di awan mendengar jawaban demi jawaban dari bibir Revan.

" Aku akan pindah ke apartement setelah pulang dari sini dan mengajukan perceraian pada Will!" kata Wina.

" Aku akan membawamu ke penthhouse kita!" kata Revan.

" Aku tidak mau!" jawab Wina.

" Kenapa?" tanya Revan mengerutkan dahinya.

" Dia pasti pernah tidur disitu!" jawab Wina sinis.

" Hahaha! Apakah kamu sedang cemburu?" goda Revan.

" Sebel!" gerutu Wina melepaskan pelukan Revan, tapi dengan cepat Revan menariknya dan mengangkatnya hingga Wina harus menautkan kedua kakinya ke pinggang pria itu dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Revan agar tidak terjatuh.

" Itu milik kita! Nggak ada yang pernah kesana selain kita!" kata Revan menggigit telinga Wina.

" Sakit!" rengek Wina, lalu Revan melumat bibir yang membuatnya selalu gemas jika Wina telah memajukan hingga terlihat manyun.

" Maukah kamu menerima Nina?" tanya Wina.

" Tentu saja! Aku menyukainya! Dia sangat cantik seperti kamu dan entah kenapa dia mengingatkan aku pada Kak Reva saat dia kecil dulu!" tutur Revan. Karena dia adalah putrimu, bodoh! batin Wina.

" Trima kasih!" Jawab Wina mencium kening Revan dan memeluknya.

Mereka kembali pada hari itu setelah hampir seminggu lamanya berada disana melewati waktu yang di rencanakan. Dengan perasaan bahagia dan sedih mereka kembali, Nina juga sangat senang bisa bermain disana. Setelah beberapa jam, mereka sampai di sebuah dermaga kecil dan Jim telah menunggu disana.

" Jim!" sapa Wina. Revan yang melihat wajah Jim tahu jika pasti telah terjadi sesuatu.

" Bu Wina! Bos!" jawab Jim menganggukkan kepalanya.

" Bagus! Sejak kapan kamu mulai memiliki rahasia dengan papa?" tiba-tiba AValen telah berada di depan mereka.

" Om!" sapa Wina yang menggendong putrinya.

" Win!" jawab Valen lalu melihat Nina, hatinya sangat bahagia melihat gadis kecil itu. Gadis yang belum pernah dia akui sebagai cucunya karena kebodohan dua pasangan itu.

" Say helo sama..." Wina menggantungkan kalimatnya.

" Opa!" sahut Valen.

" Halo, Opa!" sapa Nina.

" Halo, sweety!" jawab Valen.

" Aku ingin bicara dengan Revan berdua!" kata Valen. Wina menatap nanar Revan, Revan hanya mengedipkan matanya sebagai tanda semua akan baik-baik saja. Wina dan semua orang berjalan masuk ke dalam mobil, kecuali Wina yang berdiri di pintu mobil.

Bughhh! Bughh! Valen memukul wajah dan perut putranya dengan hati yang perih. Wina terkejut melihat semua itu lalu berniat akan mendekati mereka berdua.

" Diam disana, Win!" teriak Valen.

" Tapi, Om..."

" Diam atau aku akan benar-benar memisahkan kalian berdua!" ancam Valen. Kaki Wina luruh ke tanah, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Valen.

" Tidak! Jangan! Please, Om! Aku bisa mati!" kata Wina dengan airmata yang telah mengalir di kedua pipi mulusnya.

" Arrgghhhhhh! Kalian memang benar-benar bisa membuat papa menjadi gila!" teriak Valen.

" Mommy!" teriak Nina keluar dari mobil dan memeluk Wina, sepertinya Nina melihat Wina yang sedang menangis.

" Mommy kenapa nangis?" tanya Nina dengan menangis juga.

" Sini, sayang! Mommymu tidak apa-apa! Hanya sedang kelilipan!" ucap Valen mengambil Nina dari Wina.

" Benarkah, Opa?" tanya Nina lucu.

" Iya! Bukan begitu mommy?" tanya Valen menatap Wina.

" Iya, sayang!" jawab Wina.

" Kenapa mommy duduk di tanah?" tanya Nina dengan nada lucunya. Valen menghapus airmata Nina dan mencium pipi cucunya itu.

" Mommy tadi hanya sedang capek makanya duduk disana!" jawab Valen lagi.

" Opa ganteng deh!" kata Nina memuji.

" Hahahaha! Kamu memang benar-benar seorang Abiseka!" tawa Valen.

" Apa maksud papa seorang Abiseka?" tanya Revan terkejut.

" Lihat papa bodohmu itu! Benar-benar tidak berguna! Apa Nina mau jalan-jalan sama Opa?" kata Valen lalu membawa Nina pergi.

" Mau, Opa!" jawab Nina.

" Pa! Papa!" panggil Revan, tapi Valen tidak menghiraukannya.

" Win! Apa maksud papa..."

" Apa dia...?"

" Nina adalah..."

" Om benar ternyata! Kamu benar-benar bodoh!" kata Wina kesal.

" Ayolah, sayang! Aku ingin penjelasan!" kata Revan menyusul Wina yang masuk ke dalam mobil.

" Kau bilang kau kaya, tapi mencari tahu tentang putrimu saja kamu tidak bisa!" gerutu Wina.

" Apa? Nina...maksudmu Nina...dia putri kita?" tanya Revan terkejut.

" Apa masih ragu?" tanya Wina kesal.

" Nina? Vanina? Kamu benar-benar memberikan nama itu pada putri kita?" ucap Revan dengan mata nanar. Dia sangat bahagia mengetahui berita itu sekaligus merasa perih dihatinya karena Wina pasti merasa sendiri selama kehamilannya. Revan memeluk erat Wina dan mencium pipi wanita itu.

" Maaf sudah mengatakan hal itu tadi! Kamu pasti merasa sedih dan marah!" kata Revan menyesal.

" Tentu saja! Aku lebih dulu memiliki anak daripada dia!" kata Wina marah.

" Iya! Terima kasih sudah membawa Nina hadir ke dunia walau tanpa aku!" bisik Revan.

" Kamu pikir aku akan menggugurkannya? Tidak akan pernah terjadi! Dia hasil cinta kita dan aku sangat bersyukur saat aku tahu hamil Nina! Aku pikir meskipun aku tidak mendapatkan kamu, tapi ada Nina bersamaku!" tutur Wina sedih.

" Itu tidak akan terulang lagi! Kalian adalah segalanya buatku!" kata Revan.

" Apa ini sakit?" tanya Wina menyentuh bibir Revan yang sedikit sobek.

" Sedikit! Tapi akan cepet sembuh jika obatnya ada!" ucap Revan.

" Dimana kotaknya?" tanya Wina.

" Obatnya hanya ini!" ucap Revan langsung mencium bibir Wina dengan sangat lembut.

" Trima kasih telah menjaga Nina dan membesarkannya dengan baik!" bisik Revan melepaskan ciumannya dan menempelkan dahinya ke dahi Wina. Wina memejamkan matanya lalu setetes airmata jatuh membasahi pipinya.

" Aku pasti melakukannya karena dia adalah dari kamu!" jawab Wina.

Mereka berhenti di depan rumah Wina dan Revan terkejut saat tahu jika rumah Wina berada satu blok dengan rumahnya.

" Kamu...tinggal disini?" tanya Revan.

" Iya! Kenapa?" tanya Revan.

" Sejak kapan?" tanya Revan.

" Setahun setelah menikah dengan Will!" jawab Wina.

" Astaga! Aku juga pindah kesini, Win!" kata Revan membuat Wina menatap tajam pria dihadapannya itu.

次の章へ