" Sakk...kittttt!" kata Angel sambil meneteskan airmata.
" Brengsek! Kemana dia?" teriak Revan yang panik akibat rintihan istrinya. Revan memakai celana dalamnya dan celana pendeknya, lalu membenarkan pakaian Angel.
" Damn it, Dom!" teriak Revan marah. Dia mengangkat tubuh Angel ala bridal style dengan sedikit berlari membawanya ke dalam kamar.
Beberapa saat kemudian terdengar ketukan pintu kamar Revan. Tok! Tok!
" Revan!" panggil Dominic. Revan berdiri dan membuka pintu kamarnya.
" Cepat!" kata Revan membuntuti Dominic.
" Pergilah! Kau membuatku gugup saja!" kata Dominic yang merasa tidak nyaman karena sikap Revan.
" Tidak!" tolak Revan.
" Aku tidak mau memeriksa istrimu kalo kamu tidak keluar!" ancam DSominic.
" Maaa...sssss! Saakkk...kiittttt!" rintih Angel.
" Sialllll! Awas lo kalo istri gue kenapa-kenapa!" ancam Revan lalu dia keluar dari kamarnya dan berdiri di depan pintu sesekali menempelkan telinganya ke pintu kamarnya.
" Arrgghhhh! Sial! Kamar gue kedap suara! Mana bisa gue denger!" kata Revan ambigu.
Setelah beberapa menit, Dominic membuka pintu kamar Revan dan langsung mendapatkan tabrakan dari tubuh besar Revan.
" Kenapa lama sekali?!" tanya Revan marah.
" Lo pikir gue buang air!" sergah Dominic cuek.
" Kamu nggak pa-pa, sayang?" tanya Revan melihat wajah istrinya yang sedikit pucat dan masih tertinggal raut kesakitan di situ.
" Kenapa dia?" tanya Revan dengan aura menakutkan.
" Dia mengalami kram perut dan itu bisa membahayakan anak kalian jika terlalu lama atau terlalu sering!" kata Dominic.
" Kram...perut?" ucap Revan membeo.
" Tahan nafsu lo pada istri lo! Apa lo mau lo kehilangan dia?" sindir Dominic.
" Apa? Lo..."
" Ini karena istri lo merasakan nikmat berkali-kali mengakibatkan otot rahimnya menegang dan menyebabkan kram!" jelas Dominic.
Revan menatap tajam istrinya dan Angel hanya tertunduk melihat wajah seram Revan.
" Jadi apa kami..."
" Tahan sampai trimester pertama!" kata Dominic tegas. Revan menatap Angel seakan mengatakan agar mendengar perkataan Dominic. Angel memalingkan wajahnya karena menyesali keinginannya yang sembrono.
" Apa aman bagi dia untuk bepergian keluar negeri?" tanya Revan.
" Setelah trimester pertama! Itupun pakailah jet pribadimu!" jawab Dominic.
" Tidurlah!" kata Revan datar, sesaat setelah Dominic meninggalkan mereka berdua. Revan duduk di sofa dan menghela nafas panjang.
" Maaf!" ucap Angel lirih, tapi telinga Revan masih dapat mendengarnya.
" Aku harap hal ini adalah yang terakhir kalinya! Utamakan kepentingan calon anak kita! Aku akan memenuhi semua keinginan dan hasratmu saat anak kita telah lahir dan kamu diperbolehkan untuk melakukannya!" tutur Revan.
" Iya!" jawab Angel. Revan menghembuskan nafasnya dan mendekati Angel lalu mengecup kening istrinya itu. Dia jongkok di depan wajah Angel.
" Kita masih memiliki banyak waktu, Ngel!" kata Revan.
" Hmm!" jawab Angel.
" Tidurlah!" kata Revan lagi. Angel memejamkan kedua matanya dan Revan berdiri menuju ke ruang kerjanya.
" Aku takut aku tidak memiliki banyak waktu, Revan!" ucap Angel ambigu, dia mengusap lembut perutnya.
" Kamu harus kuat, sayang! Temani papamu!" ucap Angel lagi.
Akhirnya Angel dan Revan pindah juga ke negara Y, walau perusahaan Revan di sana masih sangat sibuk. Revan menatap wajah Angel dan beralih ke perut istrinya yang sudah terlihat gendut.
" Apa kamu bahagia?" tanya Revan.
" Tentu saja! Aku adalah wanita paling bahagia di muka bumi ini!" jawab Angel.
" Oh, ya? Kenapa?' tanya Revan tersenyum melihat ekspresi istrinya yang bersinar-sinar.
" Aku sudah menikah dengan pria paling tampan dan kaya di dunia! Dan aku juga akan memiliki seorang anak yang pasti sangat tampan sepertimu!" kata Angel mengusap perutnya.
" Kalau dia perempuan?" tanya Revan.
" Dia pasti sangat cantik sepertiku!" jawab Angel.
" Kamu ingin anak berapa?' tanya Revan. Deg! Angel tersentak mendengar pertanyaan Revan.
" Satu saja!" jawab Angel.
" Kenapa? Apa kamu tidak kasihan dia tidak punya teman bermain?" goda Revan.
" Tidak! Karena sepupunya banyak!" jawab Angel.
" Kamu akan kewalahan jika mereka bermain di rumah kita!" kata Revan lagi.
" Iya!" jawab Angel tersenyum. Tapi aku tidak akan bisa melihat itu semua, Mas! Aku cukup bahagia bisa mengandung dan melahirkan anak kita! batin Angel dengan mata berkaca-kaca.
" Jangan terlalu capek disana!" kata Revan.
" Iya!" jawab Angel memejamkan matanya menahan agar airmatanya tidak jatuh ke pipinya.
" Mama!" sapa Revan pada Tata.
" Rel!" jawab Tata.
" Mama sangat kangen sama kamu!" kata Tata.
" Varel juga, ma!" jawab Revan.
" Ma!" sapa Angel.
" Sayang!" jawab Tata tersenyum.
" Bagaimana calon cucu mama? Sehat?" tanya Tata lagi.
" Sehat, ma!" jawab Angel.
Mereka langsung menuju ke rumah Revan yang telah di bersihkan dan direnovasi oleh Revan. Angel sangat menyukai rumah yang sangat indah itu. Ada kolam ikan dan taman bunga di sekeliling rumah. Ada ayunan juga dibawah pohon besar yang sangat rindang.
" Kamu suka?" tanya Revan.
" Sangat suka, Mas! Trima kasih!" kata Angel meloncat memeluk suaminya.
" Astaga! Hati-hati, sayang!" ucap Revan terkejut.
" Aku kangen!" jawab Angel.
" Kamu nggak capek?" tanya Revan. Angel menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Satu ronde saja, ya!" kata Revan.
" Iya!" jawab Angel dengan terpaksa. Dia tidak mau lagi membahayakan nyawa calon anaknya.
Sudah sebulan Angel tinggal di situ, dia sering jalan-jalan di sekitar rumahnya dengan dikawal oleh beberapa anak buah Revan. Pagi itu Angel berniat berjalan-jalan ke taman yang ada di ujung jalan.
" Apa Nyonya tidak naik mobil saja?" tanya seorang anak buah Revan.
" Tidak, Son! Aku ingin jalan kaki!" jawab Angel. Saat mereka berjalan, dari kejauhan terlihat sebuah mobil berjalan sedikit kencang. Tiba-tiba sebuah bola plastik keluar dari pagar diikuti oleh seorang gadis kecil. Angel yang melihat bahaya di depan gadis itu, segera berlari dan menyambar tubuh gadis itu hingga terjatuh ke aspal. Bersamaan denga itu terdengar bunyi letusan dari bola yang terinjak ban mobil tersebut.
" Ninaaaaa!" teriak seseorang.
" Ya Tuhan!" kata wanita itu dengan paniknya dan memeluk anaknya yang menangis.
" Trima kasih! Trima kasih karena menyelamatan anak saya!" kata wanita itu. Angel terdiam menatap wanita itu. Cantik dan seksi! batin Angel.
" Apa anda tidak apa-apa?" tanya wanita itu.
" Tidak! Saya baik-baik saja!" jawab Angel.
Sejak saat itu mereka menjadi akrab dan sering bertemu di taman komplek perumahan itu.
Revan sedang ada janji dengan seorang kenalannya di sebuah Hotel, dia ingin membeli sebuah kantor untuk mendirikan perusahaan baru yang rencananya akan diwariskan untuk calon anaknya kelak.
" Selamat Pagi, Tuan Revan!" sapa kenalan Revan.
" Pagi Tuan Halim!" jawab Revan menjabat tangan Halim.
" Maaf saya terlambat!" kata Halim lagi.
" Tidak apa!" jawab Revan.
" Jadi bagaimana dengan kesepakatan kita?' tanya Jim.
" Sekretaris saya sudah ada di lokasi! Tuan tidak akan menyesal dengan tempat itu, karena sekretaris saya tidak pernah salah dalam menggambarkan keinginan klien kami!" tutur Halim.
" Baik! Kita kesana!" jawab Revan.
" Ini penawaran dari kami!" kata Halim.
" Baik! Saya pelajari dulu!" kata Revan.
" Saya hanya bisa mengantar saja, karena saya ada janji dengan klien lain!" kata Halim.
" Silahkan!" jawab Revan.
Mereka kemudian mendatangi sebuah gedung bertingkat yang telah selesai pembangunannya dan terlihat megah. Mereka masuk ke dalam gedung itu untuk menemui sekretaris Halim.
" Selamat Pagi!" sapa Halim pada seorang wanita yang sedang serius dengan dokumennya dan duduk di sofa lobby.
" Selamat Pagi...Pak!"