" Bagaimana kabar mamamu?" tanya pria itu.
" Baik, Om! Mama sudah meninggalkan papa!" kata Valen.
" Apa kamu ingin merayuku?" ucap Gabriel.
" Mana Valen berani merayu Om!" jawab Valen.
" Papa! Papa!" teriak seorang wanita dari dalam rumah. Gabriel dan Valen diam mendengar teriakan wanita itu.
" Papa, aku akan membawa Valentina pergi ke rumah Oma!" kata wanita itu.
" Apa Joe akan bersamamu?" tanya Gabriel.
" Iya, pa! Dia masih baru selesai mandi dan memakai baju!" jawab wanita itu.
" Apa kalian akan menginap?" tanya Gabriel.
" Iya, pa! Papa ada tamu?" tanya wanita itu lalu melihat ke arah Valen yang hanya terlihat rambutnya saja, karena sandaran kursi yang didudukinya lumayan tinggi.
" Iya!" jawab Gabriel sambil melihat ke Valen, Valen hanya diam saja tanpa bicara.
" Valmont! Ayo, sayang!" panggil wanita itu. Pengasuh Valentina menggendong anak majikannya dan membawa ke wanita itu.
" Papa! Ayo, sayang!" kata seorang pria.
" Joe! Hati-hati!" kata Gabriel.
" Kami pergi dulu, pa!" kata wanita itu. Lalu mereka pergi meninggalkan Gabriel dan Valen.
" Kamu pasti kaget kenapa nama anaknya Valmont! Itu karena dia sangat mencintaimu, son!" kata Gabriel.
" Maaf, Om!" kata Valen menundukkan kepalanya.
" Sudahlah! Aku juga tidak bisa memaksamu mencintai dia! Dia memang manja, egois dan nakal sekali waktu itu!" tutur Gabriel.
" Dia masih muda, Om!" kata Valen.
" Untung Joe bisa memahami dan mencintai dia dengan sabar!" kata Gabriel.
" Baguslah!" jawab Valen.
" Ceritakan tentang mamamu!" kata Gabriel.
" Selamat Pagi, Nyonya Muda! Tuan Joe! Tuan Muda!" sapa Pas.
" Pagi, Pas!" jawab wanita itu.
" Salam saya untuk Nyonya Besar!" kata Pasco.
" Iya, Pas!" jawab wanita itu. Lalu mereka bertiga masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan Pasco.
" Stop, Dave!" kata wanita itu saat mobil baru beberapa meter berjalan.
" Ada apa, sayang?" tanya Joe pada istrinya.
" Ben?" ucap wanita itu sambil mnegernyitkan dahinya lalu dia berpikir, dia melihat Ben yang berdiri di samping mobil sedang menelpon.
" Tamu itu?" ucap wanita itu lagi, lalu dengan cepat dia keluar dari dalam mobil dan berlari kembali ke rumah.
" Monica! Sayang!" teriak Joe, tapi Monica tidak menghiraukan dia.
" Kita kembali, Dave!" kata Joe yang heran melihat tingkah istrinya. Sementara Monica berlari masuk ke dalam rumahnya, Pasco yang melihat menjadi heran melihat tingkah majikannya. Monica berlari menuju ke teras belakang,
" Pa..."
Tapi dia tidak menemukan papanya disana, dia kemudian pergi ke ruang kerja papanya, tapi papanya juga tidak ada disana.
" Taman! Dia selalu kesana!" kata Monica ambigu. Dia berlari lagi ke teras belakang dan melepas sepatu high heelsnya.
" Monica!" panggil Joe, tapi Monica tidk menghiraukannya. Joe semakin penasaran melihat perilaku istrinya itu. Monica berlari ke Taman bunga anggrek yang ada di samping halaman belakang rumahnya. Dilihatnya Valen sedang berdiri bersama Gabriel, mereka sedang merangkai bunga anggrek karena itu kegiatan Gabriel saat senggang. Valen terkejut saat dilihatnya ada tangan melingkar dipinggangnya, dia menatap Gabriel lalu memutar tubuhnya.
" Monic!" ucap Valen pelan.
" Ini bener kamu!" ucap Monic menangkup wajah Valen dengan mata berkaca-kaca.
" Halo, little sister!" kata Valen dengan tersenyum.
" Aku bukan adikmu!" sahut Monica marah. Valen melepas tangan Monica dengan perlahan, tapi dengan cepat Monica memeluk pinggang Valen dengan sangat erat. Valen terpaksa menepuk-nepuk punggung Monica. Pada saat yang sama seorang pria sedang menatap mereka berdua dari kejauhan. Apakah dia pria yang sangat kau cintai, sayang? Hingga aku tidak pernah bisa masuk ke dalam hatimu? batin Joe yang melihat istrinya memeluk Valen. Joe berjalan mendekati mereka, Valen yang melihat langsung melepas pelukan Monica. Monica menatap Valen dengan pandangan nanar.
" Kamu pasti Joe! Suami Monica!" kata Valen. Seketika Monica tersadar jika ada Joe dibelakangnya.
" Saya Valen!" kata Valen lagi dengan tangan terulur ke depan.
" Saya Joe!" jawab Joe menyambut uluran tangan Valen.
" Kenapa kembali?" tanya Gabriel yang memecah suasana yang terlihat sedikit tegang.
" Monica terlupa sesuatu, jadi kita balik untuk mengambil!" jawab Joe, walau dia merasa cemburu dan sakit hatinya melihat aksi Monica yang berlari kesana-kesini seperti orang gila.
" Kapan kamu datang?" tanya Monica seakan tidak memperdulikan kehadiran suaminya.
" Baru tadi pagi!" jawab Valen merasa tidak enak dengan Joe.
" Apakah kau akan lama?" tanya Monica dengan memegang lengan Valen.
" Mungkin! Monica! Suamimu menunggumu!" ucap Valen.
" Kita nggak jadi ke rumah Oma, Joe!" kata Monica.
" Tapi sayang...!"
" Kita sedang kedatangan tamu dari jauh! Kita harus menjamunya dengan baik!" kata Monica tanpa melihat suaminya tersebut. Matanya tidak lepas dari wajah Valen, dia sangat merindukan pria itu, pria yang telah berani menolaknya, walau dia siap memberikan seluruh hidupnya untuk Valen. Pria yang berani menolak putri dari Gabriel Velasco. Karena itulah Gabriel sangat menyayangi Valen, karena Valen tidak takut padanya. Dan alasan lain adalah karena Valen putra dari Maharani Nayaka, wanita yang dicintai Gabriel sebelum dia bertemu mama Monica. Saat itu mama Valen akan menikah dengan papa Valen dan mereka bertemu saat mama Valen akan membeli sebuah jas untuk papa Valen sebagai hadiah.
" Sayang! Kita tinggalkan dulu Valen dengan papa! Mungkin ada yang akan mereka bicarakan!" kata Joe.
" Tidak!" jawab Monica.
" Monica! Joe benar! Ada yang papa sama Valen mau bicarakan! Gimana jika kamu siapkan makan siang untuk kita?" rayu papanya.
" Baiklah! Kamu masih suka gurami asam manis?" tanya Monica.
" Masih!" jawab Valen.
" Aku akan memasakkannya untukmu!" kata Monica lalu mengecup pipi Valen dengan cepat tanpa Valen sadari. Joe yang melihat tingkah istrinya hanya terdiam dengan wajah kecut. Lalu Monica disusul dengan Joe berjalan meninggalkan mereka berdua.
" Aku nggak enak sama Joe, Om!" kata Gabriel.
" Sudahlah! Mau bagaimana lagi? Kamu tahu sifat Monica!" kata papa monica.
" Iya, Om!" jawab Valen.
" Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Gabriel.
" Aku minta Om memberikan klarifikasi tentang kebohongan Black Eagle!" kata Valen.
" Hmm! Jika hanya itu aku bisa lakukan, tapi apa alasan aku membantumu memberikan klarifikasi itu? Mereka akan berpikir jika kamu menyuapku untuk melakukan itu, son!" kata Gabriel.
" Jadi apa yang harus aku lakukan, Om?" tanya Valen.
" Biar aku selidiki dulu siapa di balik dia!" kata Gabriel, lalu dia menelpon seseorang.
" Halo, Sean!"
- " Bos?" -
" Kamu tahu berita tentang anak laki-lakiku?"
- " Iya, Bos!" -
" Selidiki semua! Aku tunggu dalam besok pagi!"
- " Siap, Bos!" -
Gabriel mematikan panggilannya dan memasukkan ponselnya ke dalam kantong celananya.
" Kita tunggu hasilnya besok pagi! Lebih baik kamu pergi ke kantormu untuk mengurus kekacauan disana!" kata Gabriel lagi.
" Iya, Om! Aku pergi!" kata Valen.
" Jangan lupa makan siang disini, atau dia akan mencarimu!" kata Gabriel mengingatkan Valen.
" Iya!" jawab Valen, kemudian dia melangkahkan kakinya keluar dari rumah Gabriel dan pergi menuju ke mobilnya.
" Kemana, Bos?" tanya Ben setelah mereka keluar dari rumah Gabriel.
" Ke kantor, Ben! Kita harus memperbaiki kekacauan di sana!" kata Valen.