webnovel

Teman Terakhir (4)

Aku menutup mata todoroki dan mulai operasi. Kukeluarkan alat pembunuhan yang ku simpan..

Nafasku memburu. Ketika penyakit ini datang aku kehilangan perasaan, aku kehilangan emosi...dan kehilangan kewarasan...

_

_

_

Pertama aku bertemu todoroki saat itu. Aku kagum sekali saat todoroki sangat kuat dan keren.

Makanya aku berusaha mendekatinya, ingin mencari cara untuk seperti nya.

Todoroki sangat dingin, dia sama sekali tidak punya teman. Dan terlihat sangat risih bertemu denganku.

Aku selalu ada di dekatnya..

"De..deku?" todoroki mengusirku ketika aku hendak menyelamatkan nya dari maling yang menikam lambungnya.

Saat itu aku masih normal, dan aku memiliki keberanian.

Aku melindunginya, aku berdiri dan tersenyum padanya. "Kau harus kuat todoroki, ada aku!!!" seruku keras.

Todoroki terlihat terdiam dan berdiri. Aku berusaha menghentikannya tetapi ia malah tertawa.

Itu pertama kalinya todoroki tertawa

"Kau menarik deku" katanya.

Perasaan hangat itu..., kami berhasil mengalahkan maling itu dan menyembuhkan luka todoroki.

Tetapi masih berbekas sampai sekarang. Tanda itu adalah bukti persahabatan kami..

_

_

"To-do-ro-ki?" aku menatap dengan wajah merendah. Aku membuka bajunya dan mendapati sebuah tanda jahitan.

Aku tertawa dan mengelus jahitan itu dengan pisauku. Todoroki langsung berteriak.

"Hentikan deku, jangan itu!!" serunya. Teriakannya sangat indah..

Aku mengangkat pisauku sejauh mungkin lalu tersenyum .

Tak.., seruku melayangkan cepat pisau itu tepat di luka todoroki .

Todoroki berteriak kemudian wajahku seketika di penuhi darah yang sangat banyak.

Selotip itu mulai basah oleh air mata, todoroki menangis..ini sangat jarang.

Deg

Deg

Ini Membuatku semakin bergairah. Aku memegang kedua pipiku tersenyum sangat lebar..

Ini begitu menyenangkan...

Sangat menyenangkan..., hingga aku ingin menyiksanya lagi dan lagi..

_

_

Sudah pukul 4, semua anak sudah pulang. Aku mengelus keringat. Dan perlahan menatap todoroki.

Todoroki benar benar mengenaskan. Darahnya sangat banyak membasahi lantai.

Wajahnya berantakan, kakinya terpotong rapi dengan tulang putih terlihat dan daging yang masih panas berdenyut.

Aku mencabut pisau yang menancap di perutnya. Dan seketika menangis.

Betul, aku sadar lagi.. perasaan membahagiakan itu perlahan menyiksaku.

_

_

Aku menatap todoroki dan menusuk tanganku sendiri. berkali kali..

Aku merasa sangat bersalah. aku menyiksa tubuhku dan todoroki memegang tanganku.

Dia mengeleng dan tetap tersenyum. Aku terpaku...

"Bunuh aku..., aku ingin menyelamatkan mu deku . Seperti kau menyelamatkan ku dari kesepian..."

Deg

Mataku panas lagi, seluruh tubuhku gemetar. Aku sadar aku mulai ingin membunuh todoroki.

Aku memeluk todoroki lagi, dan mulai menancapkan pisau itu perlahan di punggungnya.

Sebelum..aku hilang kendali, sebelum aku membunuh tanpa perasaan...

Aku ingin memberitahu todoroki..,

"To...doroki.... maafkan aku..." aku berusaha menyusun kata kata sebelum aku tertawa kesenangan .

Todoroki tidak berteriak, dia hanya berusaha mengelus rambut ku. Tubuhnya sangat lemah.

Aku dengan tangan gemetar, aku membuka lambung itu. Aku sangat kejam...aku membuka perutnya perlahan..

Aku menatap wajah todoroki yang tampak pasrah. Dia berkali kali menangis dan mengerang kesakitan.

Dia berusaha menyelamatkan ku dari derita ini.., setelah ini...aku harus berhenti ..!!

Tapi.. melihat wajah todoroki aku malah tersenyum disaat ususnya keluar dan wajahnya yang kesakitan menatapku.

Aku mengeluarkan dengan perlahan dan menampakan senyum bahagiaku..

Ini menyenangkan, todoroki menatapku terakhir kalinya..

"Maafkan aku todoroki ini menyenangkan" seruku lagi , dan seketika tubuh todoroki mendingin.

_

_

Aku menjatuhkan usus todoroki dan mulai memegang kepalaku. Perasaan bersalah yang hebat.

Goncangan hati yang luar biasa, aku merasakan rasa kehilangan yang sangat besar.

Tetapi di samping itu pula aku sangat senang bisa membunuh todoroki.

Itu kenikmatan yang aneh...

Aku menatap todoroki. Senyumnya terlihat...dia terlihat sangat bahagia.

Kini aku sendiri...Tidak ada seorang pun disisiku.

Tidak ada seorang pun yang akan menemaniku..., Temanku satu satunya sudah tiada..

_

_

_

"Oleh tanganku sendiri..."

次の章へ