webnovel

22 - Aku bisa membuatmu jadi wanitaku Part 4

Akhirnya latihan teater hari ini selesai, dan malam pun tiba. Takeru tiba di apartermennya.

Takeru sudah selesai mandi, handuk masih terletak tepat di atas kepalanya karena rambut yang masih basah, dia duduk di sofa panjang miliknya sambil membuka sekaleng bir premium yang dibelinya di supermarket tempo hari. Lalu dia meminumnya dengan cepat. Gluk! Gluk! Gluk!

Takeru : Uwaaa! Uenaaaak! Benar-benar enaknyaaa! HAHAHAHA... (puas)

Takeru merasa lega dan puas karena latihan hari ini berakhir dengan sukses dan sempurna. Ditambah lagi, dia berhasil membuat saingannya, Chihiro merasa kesal, tersudutkan dan kewalahan. Dia merasa senang sekali. Dia tertawa puas dengan keras.

Takeru : Yes! Ini benar-benar surga! Hehe.. Setelah ceramah kepada si pemula songong itu, enaknya ya minum-minum sampai puas seperti sekarang ini! (tersenyum puas) Jangan kira bermain denganku yang punya pengalaman selama 20 tahun ini akan gampang ya! Aku akan beritahu dan mengajarimu betapa kerasnya industri ini! Biar tahu rasa dulu karena sudah songong! HAHAHAHA...

Takeru benar-benar menikmatinya.

Takeru : Aah... (meminum kembali bir kalengnya)

Tiba-tiba dia terdiam sesaat dan memikirkan sesuatu, dia tiba-tiba teringat masa-masa sendiriannya yang sebelum bertemu dengan Shunta.

Takeru : (Sudah lama ya aku bisa santai sendirian dan pulang seperti ini tanpa diculik olehnya. Dulu sih aku merasa sudah biasa dengan keadaan seperti ini, dan itu terjadi sebelum dia klepek-klepek kepadaku, tapi kenapa sekarang rasanya sedikit aneh dengan keadaan yang tiba-tiba kembali menjadi lebih tenang dan damai seperti pertama kalinya sebelum mengenal dia)

Takeru melihat ke arah HP yang ada di atas meja.

Takeru : (Dia sekarang lagi apa ya? Kenapa dia tidak menghubungiku? Apa dia tidak merindukanku?)

Takeru menggeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil, lalu mengendus-endus mencium wangi shampo.

Takeru : (Baunya berbeda. Aku sudah terbiasa memakai shampo miliknya. Aku jadi tidak tenang) *pipi merona*

Takeru yang tadinya duduk dengan tegak, dengan sengaja merosotkan dirinya dengan kasar lalu menyandarkan kepalanya di atas sofa. Lalu Takeru memikirkan kembali kata-kata Shunta semalam yang mengajaknya tinggal bersama.

Takeru : (Hidup bersama, ya?) Chunta... Aku rindu...

Tiba-tiba HP yang di atas meja bergetar dan membuat Takeru tersentak kaget.

Takeru : Hiiii!!! (kaget) Apa sih?

Dia melihat HPnya bergetar menandakan telepon masuk dari seseorang. Sebuah nama yang sejak tadi dirindukan dan dipikirnya akhirnya muncul tertera di layar HPnya yang bernama "CHUNTA". Dia senang Shunta meneleponnya, senyuman lebar langsung terukir di raut wajahnya, dia langsung bangkit dengan semangat dan mengambil HPnya dari atas meja dan menjawab panggilan Shunta dengan cepat.

Shunta : Ah! Kerja bagus, Takeru-san! (semangat dan senang)

Takeru : Apa sih?

Shunta : Tidak. Aku pikir kamu sudah sampai apartermenmu, lalu mandi dan membiarkan rambutmu yang masih basah sembari minum sekaleng bir, jadi aku meneleponmu, sayang.

Takeru tersentak kaget dan sedikit panik karena Shunta bisa menebak semua yang dia lakukan dengan benar dan tepat langsung celingak dan celinguk melihat sekeliling dengan parno.

Takeru : Begitu, ya?! Kau kok bisa tahu semuanya?! Ada kamera, ya? Atau alat penyadap suara? Cepat katakan! Dimana kau menaruhnya, huh?! (celingak-celinguk)

Shunta : Eh? (bingung)

Takeru : Ah, tidak. Tidak jadi. Jadi, apa?

Shunta : Tidak ada. Sayang, aku hanya ingin mendengar suaramu saja.

Takeru : . . . .

Shunta tersenyum senang. Dia berdiri diluar balkon teras di sebuah penginapan.

Takeru : Bodoh. Semalam kan kita baru bersama. Apa kau akan meneleponku setiap hari sampai kau kembali pulang?

Shunta : Haha.. (tertawa kecil) Aku sih inginnya begitu, tapi... (menundukkan kepala, merasa sedih dan lesu) Hanya mendengar suaramu saja, itu menyiksaku. Soalnya aku jadi tidak bisa menyentuhmu dan mencium baumu.

Takeru : Bodoh.

Shunta tiba-tiba teringat sesuatu dan mendapatkan ide germilang, menurutnya sih.

Shunta : Oh ya! Ayo kita-- (semangat)

Takeru yang sudah bisa menebak isi pikiran mesumnya Shunta langsung memotong perkataannya.

Takeru : Aku tutup teleponnya ya (mengancam)

Shunta : Ah, aku bayar 1000 yen-- (masih semangat)

Takeru : Tutup.

Shunta : Kalau begitu, seperti ini saja deh. Aku boleh kan mendengar suaramu lebih lama lagi, Takeru-san? (berbicara dengan lemah lembut)

Takeru : Ugh...

Shunta : Sayang?

Takeru terdiam dengan ucapan Shunta yang manis dan terkesan polos tapi memabukkan dirinya. Dia merasa malu dan juga senang. Hatinya berdebar-debar. Dia menjadi tidak bisa berkata apa-apa dan tanpa sadar menggigit bibir bagian bawahnya. Pipinya merona. Akan tetapi di dalam hatinya, dia memprotes, "Aku jadi sulit bicara kalau kau bicara seperti itu kan! Dasar dia ini"

Takeru : Ba-baiklah... Tapi aku akan menutup telepon kalau aku mengantuk, ya.

Shunta : Iya! (senang)

Takeru : Jadi kamu ingin membicarakan apa?

Shunta : Sayang, apa kamu rindu padaku?

Takeru : Ugh...

Shunta : Hehe... Aku tahu kamu pasti rindu padaku. Kamu juga pasti tadi memikirkanku, dan menunggu telepon dariku, kan?

Takeru : Ti-tidak! Si-siapa bilang?! Jangan over pede ya!

Shunta : Haha.. Apa benar begitu? Padahal aku sangat merindukanmu dan juga memikirkanmu, sayang.

Takeru : . . . . Hmm (senang) *pipi merona* Aku juga... (bergumam)

Shunta : Eh?

Takeru : Aah! Ti-tidak! (panik)

Shunta : Pfftt..

Takeru : Ugh... Diamlah... (malu)

Shunta : Baik! (tersenyum)

Sepanjang malam, Shunta terus menggoda Takeru dengan pertanyaan-pertanyaan manis dan polosnya. Kata-kata cinta yang dia dengar lewat telepon membuat hati Takeru merasa tenang dan nyaman. Meskipun Takeru selalu mengatain dia bodoh, akan tetapi Shunta tahu dan mengerti sebenarnya Takeru sangat senang dan merasa malu. Mereka pun menelepon sampai larut malam.

-Bersambung-

Author : So, readers. Gimana episode kali ini? :v

Senang gak, cerita di episode ini hanya Shunta dan Takeru tanpa si pengganggunya. Wkwkwk..

Jangan lupa komentar, like/favorite, rate 5 bintangnya ya. Author tunggu loh. Terima kasih. See you on the next episode. Bye...

次の章へ