webnovel

Kegundahan Kanaya

"Permisi Suster, Anda mengenal saya?"

"Iya nyonya, ada yang bisa kami bantu?"

"Saya dengar ada hak perwalian pasien atas nama suami saya. Saya butuh info mengenai pasien tersebut.'"

"Tetapi kami tidak berhak membocorkan informasi pribadi pasien."

"Bukankah Anda bilang , bahwa Anda mengenal saya?Apakah Anda tahu dengan ke keras kepalaan Anda ini , Anda akan terancam kehilangan pekerjaan?" Bentak Bu Asri terhadap salah satu perawat.

"Maaf Apa yang terjadi?" sela seorang dokter bertubuh jangkung.

"Anda Dokter Dimas?"

" Iya benar, jika saya tidak salah Anda adalah Ny. Andri? "

"Iya saya , Asri . Istri Bapak Andri."

"Ada yang bisa saya bantu Nyoya? Mari ikut saya ke ruangan ?"

"Baik, "

"Mari.."

Sesampainya di ruangan Dokter Dimas pun menjelaskan segala hal tentang perwalian pasien atas nama Bapak Andri. Ibu Asri pun terkejut dengan detail pasien, beserta hasil tes yang di keluarkan. Ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan putri lnya yang telah menghilang belasan tahun . Sejenak ia merenung setelah keluar dari ruangan Dokter Dimas. Ia sungguh terkejut tak percaya , bahwa gadis ini sungguh putri yang ia lahirkan.

Ia pun memantapkan hatinya untuk menuju ruangan yang dimaksud. Tangannya gemetar begitu meraih handle pintu tepat dimana gadis itu di rawat. Dengan ragu ia pin melangkahkan kakinya masuk. Sesampainya di dalam , ia menemukan seorang gadis sedang tertidur. Wajahnya nampak begitu pucat. Di tangannya masih terpasang infus .

Dengan gugup ia menghampiri gadis itu, mengelus lembut kepalanya lalu menciumnya. Air matanya perlahan menetes jatuh tepat di wajah gadis yang sedang tertidur itu.

"Anda siapa?" Sang gadis terbangun dan mencoba untuk bangkit dari tidurnya.

"Biar Bunda bantu sayang." ujarnya sambil tersedu.

"Bunda?" tanya sang gadis heran.

"Iya, ini ibu sayang. "

"Apa aku benar-benar bingung hingga tidak mengenali siapa pun?" ujar sang gadis ketus.

"Sayang.."

"Awalnya saya berfikir bahwa saya tidak sanggup mengingat apapun hingga saya mempercayai setiap perkataan orang yang saya temui. " ujarnya meninggi.

"Tetapi satelah saya benar-benar sadar, mana mungkin kalian memanggil saya dengan nama berbeda. Saya tidak di besarkan dalam keluarga kaya , dan saya tidak memiliki apapun. Bagaimana bisa orang seperti Anda memanfaatkan saya untuk hal-hal licik seperti ini."

"Sayang , maksud kamu apa nak?"

"Asal Anda tahu baru saja ada dua orang pria yang menemui saya setelah saya sadar dan meyakinkan saya adalah putri dan tunangannya. Memanggil saya dengan nama berbeda, dan membuat saya seolah-olah bingung akan identitas saya dan menggantinya sesuka hati mereka."

"Awalnya saya kira, memang saya yang belum sadar sepenuhnya hingga tidak menyadari diri saya. Hingga beberapa saat yang lalu, saya menemukan fakta bahwa pria itu yang menabrak saya dan berpura-pura tidak bersalah.Dan kini Anda!."

"Apa hubungan Anda dengan mereka hingga turut merekayasa kemalangan saya?"

"Diza!" bentak seorang pria dari balik pintu.

" Apa kamu sadar , berbicara dengan siapa?"

"Saya sangat sadar, hingga saya faham dimana tempat saya seharusnya berada."

"Apa maksud kamu? Ayah faham kamu masih belum sepenuhnya pulih, tapi tolong nak jangan berbicara seperti itu. "

"Saya memiliki hak untuk bersuara dan bukan hanya untuk mendengarkan omong kosong kalian. Saya sudah muak dengan segalanya ."

Kanaya yang geram pun melompat turun dari tempat tidurnya. Ia menarik paksa selang infus di tangannya , hingga menyebabkan luka yang cukup serius di punggung tangannya. Sementara itu, ia mencoba menarik perhatian orang-orang di ruangan itu dengan meraih sebuah pisau dapur yang terletak di atas nakas.

Tidak ada yang berani mencegahnya. Ia pun berlari ke luar ruangan menuju halaman rumah sakit . Ia berlari ke sembarang arah , berusaha menjauh sejauh-jauhnya dari rumah sakit itu. Hujan mengguyur cukup deras, jalanan cukup licin kala itu.

Ia menatap ke belakang dan menatap sejenak terhadap orang-orang yang berusaha mengejarnya. Ia pun berlalu , berlari menjauh dan menyeberangi jalan raya tanpa menoleh. Hingga akhirnya,

"Aaaaaa.."ia berteriak, ada sebuah mobil yang nyaris menabraknya. Untungnya sang pengemudi langsung banting setir dan menginjak remnya. Pengemudi itu pun langsung turun dan menghampiri Kanaya.

"Kamu baik-baik saja."

Pengemudi itu ternyata Azka, ia meraih Kanaya yang nampak gemetaran. Kanaya pun langsung jatuh terhuyung tepat di pelukan Azka. Ia pingsan, darah segar masih mengalir di sekitaran pergelangannya.

Azka yang panik pun langsung meraihnya ke dalam gendongan dan membawanya ke dalam mobil. Mereka kembali ke Rumah Sakit tepat pada waktunya. Untungnya ia tidak kehilangan begitu banyak darah hingga kondisinya masih cukup stabil. Ia hanya terserang demam, karena kehujanan selama beberapa saat.

Ia tertidur selama hampir lima belas jam dengan Azka di sisinya. Azka terus menggenggam tangan gadis itu hingga tersadar . Di dalam matanya terdapat kesedihan yang amat mendalam. Ada perasaan bersalah yang merundunganya. Hatinya terasa begitu sakit .

Ia begitu lelah, hingga akhirnya tertidur. Tangannya masih menggenggam tangan gadis itu beberapa lama. Hingga akhirnya sentuhan hangat seseorang membangunkannya. Gadis itu terbangun, ia menangis . Namun tubuhnya begitu lemah untuk bangkit dari tidurnya. Azka pun membantunya untuk duduk, dan menyandarkannya di sisi tempat tidur.

"Kenapa? Kenapa kalian membohongi saya?" isaknya.

"Apa yang kamu ketahui?"

"Ada seseorang yang memberi tahu saya, bahwa saya bukan Diza . Saya adalah Kanaya . Saya tidak bisa mengingat apapun dan siapapun . Saya sungguh tidak tahu harus memercayai siapa."

"Apa saja yang sudah kamu dengar?"

" Bahwa kamu adalah orang yang menyebabkan saya seperti ini. Bahwa saya bukanlah Diza. Bahwa kamu membohongi saya demi menyelamatkan dirimu dari polisi. Apa itu benar? Apa yang harus saya percaya?"

Isakannya makin kuat. Ia mencengkeram erat tangan Azka berharap penjelasan. Namun tubuhnya begitu lemah hingga ia kembali terhuyung. Azka pun menahan tubuhnya dan meraihnya ke dalam pelukan . Ia mengusap lembut kepala gadis itu.

" Percayai yang ingin kamu percayai. Saya akan dukung apapun keputusanmu. Bahkan jika akhirnya kita harus saling membenci. "

Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap Azka dalam.

"Tetapi seandainya nanti kamu membenci saya. Tolong jangan benci saya karena saya mencintaimu, jangan benci saya jika saya ingin membantumu. Saya akan menjauh dan tidak menampakkan diri. Bahkan saya rela dihukum demi kejahatan yang kamu percaya saya telah lakukan. "

Mereka terdiam untuk beberapa saat. Suasana nampak begitu hening, hanya tersisa suara isakan dari Kanaya. Ia mencoba berfikir dengan begitu keras, air matanya sungguh tak trbendung. Tatapannya terhadap Azka sungguh dalam. Setelah hening beberapa saat, ia pun memantapkan diri dan mengambil keputusan.

" Bagaimana jika saya mempercayai kamu?"

"Cukup lakukan satu hal. Jangan pernah pergi dari sisiku , dan terus tersenyum untukku. Aku takkan memintamu mencintaiku atau berbuat baik kepadaku. Cukup aku yang melakukannya. Cukup aku yang terluka untukmu . Cukup aku yang menangis untukmu. Kumohon hapus air matamu ." ujarnya sambil menghapus air mata Kanaya.

次の章へ