webnovel

PERPISAHAN 3

Pintu Terbuka...

Valen yang tadinya masih diatas ranjang, langsung terguling dan terjatuh ke arah samping karena ditendang oleh Joe.

Dalam hatinya "Valen maafkan aku...(>_<)"

Ibu Joe langsung masuk.

"Sayang ayo bangun dan segeralah mandi ini sudah jam berapa? Ayo cepat... Sini bunda buka jendela kamar kamu biar kamu itu cepet bangun."

Joe segera menghampiri bunda.

"Bunda... Bunda jangan ah biarin aja entar Joe buka sendiri, sekarang bunda keluar dan Joe akan segera turun oke... Udah Joe mau mandi dulu ." ucap Joe sambil mendorong ibunya keluar kamar.

Ibu Joe merasa bingung dengan tindakannya pagi ini, tapi itu tidak terlalu dipikirkan olehnya. Setelah itu Joe segera membangunkan valen yang walaupun telah terjatuh dari ranjang tapi tidak bangun sama sekali.

"Valen... Val... Kamu ngga papa kan?" tanya Joe.

Tetapi tak ada jawaban sama sekali.

"apakah dia pingsan? Apa kepalanya terbentur waktu jatuh tadi?.... Aduh gimana nih" dalam hati Joe.

Joe segera mendekat dan menggoyangkan badan Valen. Tapi tak ada jawaban sama sekali, Joe bingung tidak karuan waktu itu. Tanpa pikir panjang, yang ada dipikirkan Joe hanya memberi nafas buatan pada orang yang pingsan.

"benarkah tindakan itu bakal membangunkannya? Sudah lah aku coba saja..."

Ketika bibir Joe mulai mendekati bibir Valen, tiba-tiba valen terbangun dan segera menyambar bibir Joe dengan liar. Joe terkejut dan segera melepaskan ciuman Valen. Tapi valen tak memberinya ruang untuk meloloskan diri, dia segera membalikkan posisi untuk mengunci Joe.

"kau pura-pura ya? Kau tau betapa khawatirnya aku, kalau sampai bunda tau dan kau malah seperti ini. Dasar kau itu, Segeralah menyingkir dariku... Aku sesak val cepat per..."

Serangan bibir Valen menghentikannya bicara, ocehan tadi hanya terlihat semakin menggoda untuk valen. Joe hanya pasrah dan menikmati permainan Valen. Tak lupa lidah merekapun juga saling mengabsen rongga mulut masing-masing. Disitu valen merasa sangat bergairah sehingga dia kelepasan. Dia mencoba membuka celana Joe dan segera menyentuh daerah bokongnya. Seketika Joe langsung menangis.

"jangan.... Jangan kumohon... Lepaskan aku" ucap Joe sambil menangis.

"ma... Maafkan aku Joe... Aku tak bisa mengontrol diriku. Maaf..." Valen merasa bersalah.

Trauma yang dialami Joe masih terus saja membekas. Ingatan itu tak pernah hilang. Valen mengerti mengapa Joe seperti itu.

"Joe maafkan aku... A.. Aku tidak bermaksud. Aku tau kejadian itu akan jadi trauma yang sangat besar bagimu. Aku tak akan melakukannya lagi. Maafkan aku... Jangan menangis, tenanglah aku disini... Sekali lagi maafkan aku..." Valen langsung memeluk Joe.

Joe mencoba untuk tenang.

" aku juga minta maaf valen... Karena aku seperti ini"

"sssstttt... Tidak usah minta maaf, aku yang salah. Ingat kau harus siap bersekolah sekarang. Aku akan segera pergi oke... Dan jangan lupa nanti malam bersiaplah."

"Muuach".... Sebuah ciuman mendarat di kening Joe dan membuatnya semakin tenang. Joe hanya menganggukan kepala dan melihat valen menuruni tangga dari balkonnya. Dia melambaikan tangannya dan memberi isyarat cium jauh, valen yang melihatnya dari bawah segera menangkap ciuman itu dan segera meletakkan di dadanya (hatinya).

Entah mengapa hari ini adalah hari yang sangat panjang. Pelajaran seperti tiada habisnya.

"huuffttt lama sekali sih hari ini? Kenapa ngga cepet sore dan segera pulang gitu..." gerutu Joe dalam hati. Dia juga bersedih karena hari ini adalah hari terakhirnya bertemu dengan Valen.

"valen, kenapa kamu harus pergi? Disaat aku mulai memberanikan diri, bertemu dengan banyak orang & berteman dengan mereka. Aku masih merasa takut, tapi entah mengapa kata-katamu waktu itu membuatku sangat tenang, membuatku merasa aman, dan juga meskipun kau tidak ada disini, aku merasa kau selalu ada didekatku." ucap Joe dalam hati sambil membayangkan valen. Dia tak sadar, sejak tadi guru memanggilnya beberapa kali karena dia tidak memperhatikan pelajaran.

" Joe.... Joe.... Joe!!!!" suara guru itu semakin tinggi.

Sontak membuat Joe terkejut dan segera membalas "i... Iya Bu..."

Kamu dari tadi tidak memperhatikan pelajaran, sini kedepan jawab pertanyaan di papan tulis.. Sekarang!!! " ucap guru itu dengan sedikit kesal.

Joe langsung maju dan mulai mengerjakan soal di papan tulis. Awalnya dia blank karena terkejut tadi. Dia berdiri agak lama di depan, dan akhirnya dia ingat semua pelajaran yang telah dia pelajari semalam, sebelum valen datang menemuinya. Dia langsung menulis jawaban itu dan hasilnyapun benar. Guru itu tidak menyangka bahwa dia bisa menjawabnya. Meski begitu, guru itu paham akan kepintaran & kecerdasan Joe dalam belajar. Disetiap ulangan dia hampir selalu dapat nilai 100.

Hari mulai menjelang sore. Rumah valen begitu ramai, karena keluarga, teman-teman, dan kolega papa valen berkumpul untuk sekedar merayakan perpisahan mereka. Ayah valen adalah orang yang sangat berpengaruh di perusahaan. Dia adalah direktur utama sekaligus pemilik perusahaan tersebut. Dan kini perusahaan tersebut telah berkembang sangat pesat hingga telah membuka cabang di berbagai negara. Gedung Pusat telah berpindah di negara A, sehingga membuat papa valen harus kesana juga. Acara tersebut berlangsung hingga malam. Valen menunggu waktu yang tepat untuk keluar diam diam, karena papanya tidak akan mengijinkannya keluar di acara yang penting ini. Valen menggunakan setelan jas warna abu, dipadu dengan kemeja warna hitam dan dasi kupu" berwarna merah. Itu membuatnya semakin tampan.

"bagaimana aku bisa keluar bila seperti ini? Papa tidak akan mengijinkanku karena banyak orang penting diluar." gumam valen.

Tiba tiba mama valen menghampiri dan bertanya "Valen sayang, kamu kenapa? Seperti banyak pikiran. Mama tau kamu pasti berat untuk melepas semua disini

Teman temanmu, sekolahmu, dan juga masa kecilmu. Tapi nanti di tempat kita yang baru, pasti kamu akan mendapatkan teman yang jauh lebih banyak."

"bukan itu ma, tapi valen..... Valen terlalu berat untuk meninggalkan satu orang. Dia yang membuat valen merasa nyaman dan juga bahagia apabila bersamanya. Padahal bisa dibilang kita baru saja kenal, dia teman sebangku valen. Valen juga pernah berjanji akan selalu menjaganya, tapi... "

" Valen, apa dia yang sering kamu ceritakan ke mama. Hmmm... Joe kan namanya? Mama selalu tertarik bila mendengar cerita tentangnya darimu. Kenapa kau tidak ajak dia kemari? Mama ingin bertemu dengannya."

"sebenarnya valen ingin, Tapi... Sepertinya valen tidak bisa membawanya kesini ma, Ibunya melarang valen untuk berteman dengannya lagi."ucap valen dan melanjutkan cerita mengapa dia tidak diperbolehkan menemui Joe lagi.

Setelah menceritakan semuanya, Valen bertanya kepada mamanya.

" Ma, boleh valen keluar menemui Joe untuk terakhir kalinya? Valen ingin minta ijin ke papa tapi, Valen terlalu takut ma."

"Sayang, pergilah... Temui temanmu, temui Joe. Mama akan bilang ke papa nanti, tenang saja oke sayang." sambil mengecup kening valen.

Valen segera memeluk mamanya dan segera bergegas keluar untuk menemui Joe.

"Joe, tunggulah aku datang."

Setelah makan malam, Joe segera bergegas ke kamar. Dia sedikit khawatir bagaimana nanti bila ibunya terbangun dan mencarinya. Joe sesekali melihat pintu kamar bundanya untuk mengecek apa Ibunya sudah tidur. Dan Jam pun sudah menunjukkan pukul 10. Joe menunggu valen begitu lama. Tapi dia tak kunjung datang juga. Hingga suara lemparan kerikil terdengar di jendelanya. Valen sudah berdiri di depan jendelanya dengan setelan jas yang dia pakai waktu di acara rumahnya. Joe seketika terpesona akan penampilan valen malam itu (°¬°). Tatapannya tidak berhenti melihat valen yang sudah terlalu lama diluar, karena Joe tidak segera membukakan jendelanya.

"Joe....joe cepat buka jendelanya. Lah dia malah diam saja dari tadi. Joe....joe....nih anak kenapa ya? Aku coba dorong aja deh jendelanya siapa tau tidak terkunci."

Jendela terbuka..

Valen masuk dan Joe tetap melihatnya sampai dia tidak berkedip. Valen hanya tersenyum melihat tingkah lucu dan menggemaskan Joe. Dia langsung memeluk dan mencium keningnya. Joepun langsung tersadar.

"A... Apa yang kau lakukan? Bagaimana kau bisa masuk dan kapan kau berada disini juga?" Joe bingung setelah sadar dari hayalannya setelah melihat valen tadi.

"hhhh... Kau menggemaskan sekali sih. Yang harusnya bertanya itu aku, kau itu kenapa dari tadi tidak membukakan jendela. Aku tau apa yang kau pikirkan saat melihatku, kau pasti membayangkan kita melakukan...." valen menggoda Joe.

"apa sih otak mesum ishhh..." muka Joe semakin imut saat dia kesal.

"ayo sekarang kita keluar" kata Valen.

"sebentar... Sebentar ahh, kau bilang padaku kau punya ide, kalau seandainya bunda nanti bangun dan ke kamarku, bagaimana?"

"Tunggu dan lihatlah."

Valen langsung mengambil guling dan diletakkan dimana Joe biasa tidur, lalu ditutup dengan selimut.

"Beres... (>v<)"

Joe, "... (-_-)"

"sudahlah, ayo segera pergi. Waktu kita terbuang percuma tau." Valen segera memegang tangan Joe dan mengajaknya turun dari balkon.

"tapi, Valen aku terlalu takut turun dari atas sini." ucap Joe.

"Ayo, aku akan menjagamu dari bawah."

"Baiklah... " Joe turun dengan perlahan dan tepat di anak tangga terakhir dia terjatuh menimpa Valen. Mereka saling bertatapan, hingga saat valen langsung mencium bibirnya, Joe merasa malu dan segera bangkit. Canggungpun tak terhindarkan saat mereka berjalan menyusuri jalanan yang sepi.

Joe membuka suara terlebih dahulu, "Hmmm Valen, kita sebenarnya mau kemana?"

"kita akan ke bukit yang pernah kita kunjungi waktu itu."

"hmmm... tidakkah ini terlalu jauh bila kita jalan kaki?" ucap Joe sambil memiringkan kepalanya. Itu membuatnya terlihat sangat imut.

"iya aku tau kok, kita tidak akan berjalan kaki, lihat kedepan."

"itu bukannya motor kamu ya? Kenapa tidak parkir didekat rumah? Huuuh ngeselin bikin capek tau."

"hhhhh ini yang aku ingin lihat, wajah kesalmu itu, terlihat sangat lucu..." Valen mencubit pipi Joe karena menggemaskan.

Valen menambahkan, "aku sengaja parkir motor disini karena tidak mau kalau bunda sampai tau."

"hmmm baiklah..."

Mereka akhirnya naik motor bersama.

Malam itu entah mengapa jalanan begitu sepi, sehingga membuat Joe merasa bila dunia hanya ada mereka berdua. Terdengar alay, tapi inilah yang dirasakan Joe saat itu.

"Valen..."

"Hmm... Ada apa?"

"Aku sangat mencintaimu... ❤️" bisik Joe dan Tangannya semakin erat memeluk Valen.

"Aku juga mencintaimu Joe"

Merekapun melanjutkan perjalanan mereka.

.

.

.

Guys mohon untuk tetap memberi saran & kritikannya ya... Komentar dari kalian sangat berharga banget... (>v<)

LOVE YOU ALL❤️

tunggu up selanjutnya ya...

次の章へ