webnovel

Ke Market

Setelah sampai rumah, aku langsung bergegas menuju ke kamar tanpa menoleh sedikitpun ke arah belakang. Karena aku rasa kak Tristan lagi gak mood.

Karena apa... Di perjalanan pulang tadi rasanya seperti aku di bonceng sama Zombie. Huhhhh mendingan aku rebahan dulu.

Aku menaruh tasku di ranjang dan kemudian membenamkan diri ke ranjang empukku.

Oh iya, karena papa dan mama gak ada di rumah, kadang aku sukanya masak sendiri, meskipun bibi juga memasakkan makanan untuk kami berdua, tapi ya begitulah aku sukanya ngemil mulu.

Rencananya sih siang ini aku mau pergi keluar untuk cari stok mie instan dan apapun itu yang berbau instan ha ha ha.

Sekalian Refreshing dari sikap dinginnya kak Tristan. Bikin sebel kalau ingat-ingat waktu jalan pulang tadi.. huhhhh.

Aku keluar dari kamar sambil menengok kanan kiri memastikan bahwa kak Tristan gak ada disini.

"Shhhh Bi.. Bi! Bi masak apa bi?" tanyaku pada bi Inah yang sedang kelihatan sibuk banget di dapur.

"Owh ini mas mau masak telur bumbu bali. Ada apa atuh mas?" tanyanya sambil mengiris bawang merah yang berada di atas meja.

"Nggak bi, aku cuma nanya aja. Habis ini mau keluar bentar ya bi!" ujarku sambil mengemil kacang yang berada di toples di atas meja.

"Keluar kemana to mas?" tanya bi Inah

"Keluar ke market bentar bi, beli makanan haha!"

"Padahal udah bibi masakin loh, masih beli aja di market, nanti kalau ibu tahu di marahi loh!" serunya dengan nada setengah bercanda.

"Aahh bibi kayak gak tahu Vino aja, ya biasalah bi. Ya kalau masalah mama, mama gak bakalan tahu kalau bibi gak lapor, hayo.. pasti bibi yang laporin kan!" candaku sambil mendekat ke arah bi inah dengan ekspresi mengintimidasi.

"Ndakk lo mas Vino, bibi itu orangnya gak ember tahu, mas Vino ini ada-ada aja!"

"Ya udah bi, Vino berangkat dulu ya.. eh Iya nanti kalau kak Tristan nyari, bilang kalau Vino keluar bentar, pinjam motornya juga hahah!" seruku sambil berbisik kepada bi Inah.

"Siap, mas Vino!"

Aku langsung bergegas menuju ke ruang tamu untuk mengambil kunci motor yang berada di gantungan sebelah jam dinding.

Untung gak di bawa masuk ke kamarnya sama kak Tristan jadi bisa aku bawa deh ni motor.  Rasanya kak Tristan lagi tidur siang, dari pulang sekolah tadi sampe sekarang belum ada juga kelihatan Batang hidungnya, padahal aku tungguin juga dari tadi.

Karena jaraknya agak jauh dikit dari market, jadi aku juga harus pakai helm. Sebenarnya aku gak suka pakai helm, karena kayak mengganggu aja di kepala. Namun demi keselamatan aku harus pakai.

Aku lebih nyaman menggunakan motor matic dari pada motor cowok. Matic mah enak tinggal di gas, dan gak berat, aduh kalau punyanya kak Tristan yang satunya Yamaha Vixion gak kuat aku, dari pada jatuh hahah.

Di rumah ada tiga motor, Vixion, Honda Beat, dan juga Satria F. Yang sering aku pakai cuma yang Beat Matic ini, karena juga enak pemakaiannya gak ribet. Semuanya itu motornya kak Tristan, pemberian dari papa buat dia, biasa dia suka koleksi motor. Ngomong-ngomong aku dan kak Tristan itu di pegangi Atm pribadi jadi kalau mau beli apa-apa ya tinggal gesek. Dan bukan hanya aku, bibi Inah aja dikasih sama papa, untuk kalau seumpama bi Inah butuh uang buat makanan sehari-hari.

Aku dan kak Tristan di jatah setiap minggunya, gak tahu juga jumlahnya berapa sekali transfer, pada intinya uang jarang kepake jadinya numpuk di ATM.

Aku parkirakan motor di depan market besar di kota ini.

Aku masuk dan mulai untuk belanja.

Aku mau beli apa aja ya, kok jadi bingung.

Okay aku akan ambil aneka ragam mie goreng dari yang original sampe yang paling pedes. Terus aku ambil nuggets aja biar langsung goreng, terus snack juga potato dan juga hapytos, terus rumput laut, terus minuman, apa lagi ya?...

Aku berkeliling menenteng ranjang yang penuh dengan makanan dan snack yang udah aku borong.

Nah aku mau ambil pengharum ruangan yang modelnya di gantung. Aku ambil yang warnanya Ungu aja, dan blueberry.

"Ehh maaf, bisa buat anda aja!" aku langsung melepaskan pengharum ruangan tersebut pada saat ternyata pada waktu aku ingin mengambilnya tanganku bersamaan pula dengan tangannya mengambil pengharum ruangan yang sama.

"Vino!"

Seketika aku langsung menoleh ke arah orang yang pas-pasan ngambil barang yang sama barusan.

"Bryant, kamu disini! tak kirain siapa. You can take it by the way!" (Kamu bisa ambil itu, gak papa) 

Aku langsung memberikan pengharum bermerk stela itu kepadanya. Gak nyangka aja ternyata malah Bryant, kirain siapa.

"Ahh thank you, it just my fave one!" (Terimakasih, ini karena satu-satunya favoritku!) balasnya sambil tersenyum.

"Yaya, I know, so I will take the strawberry one!" (Yaya, aku tahu, aku akan ambil yang stroberi saja)  Jawabku sambil mengambil stela yang berwarna merah.

"Kok bisa ketemu disini? Kamu tinggal di sekitar sini?" tanyaku padanya yang masih riuh memilih beberapa barang yang berada di depannya.

"Ahh yes, di dekat sini kok di pertigaan gang Patimura!" serunya.

"Loh, masak itu kan deket dengan komplek rumahku!" Jawabku kaget,

"Yahh aku tinggal di situ, kamu juga di situ?" tanyanya balik padaku sambil tersenyum ke arahku.

Anjir nih anak manis banget dah, aku jadi meleleh langsung di depannya.

"Haloo Vin!"

Aku langsung memalingkan wajahku, karena gak sadar aku baru saja melamun hanya melihat senyumnya.

Karena gue malu, akhirnya aku langsung mengalihkan pembicaraan dengannya, aku langsung mengajaknya untuk mengantri di kasir.

Setelah selesai semua dalam pembayaran aku dan Bryant keluar bersama dari market ke tempat parkiran motor.

"Kamu kesini pakai apa?" tanyaku pada Bryant yang masih sibuk mengutak-atik Hpnya.

"Ahh, Am with Grab!" jawabnya halus, namun dengan ekspresi binggung.

"Whats wrong?"(Ada apa?) tanyaku sambil mendekat ke arahnya.

"My bateray is low!" (Baterai Hp ku habis!) jawabnya melas.

"Hei,  we can go home together!" (Hei, kita bisa pulang bareng!) sambil aku menunjuk ke arah motor yang berada di samping ku.

"Are you sure?" (Apakah kamu yakin?)

"Yes ofcourse, come on!" (Ya, tentu,  ayo!)

Aku langsung meminta Bryant untuk naik, tapi dia tidak mau kalau aku yang mboncengin dia, dia mintanya kalau dia yang harus bonceng.

Ya percaya gak percaya aku percaya aja sama dia, huhhh semoga sampai tempat tujuan.

Namun pada saat motor sudah jalan dan kita sudah berada di jalan raya,  aku mulai tenang karena ternyata dia bisa naik motor.

Mungkin di Australia sana juga ada motor kali ya.

Sesudah sampai di komplek perumahanku, Bryant mengarahkan motornya belok ke kanan, ya aku tahu kita kan mau ke rumahnya Bryant dulu untuk mengantarnya pulang.

"This is my home!" berhenti, sambil beranjak dari motor.

"Masuk dulu Vin!" ajaknya sambil tersenyum lebar di hadapanku.

"Ahh gak usah Bryant, aku langsung pulang saja, keburu malam!" aku menolak secara halus padanya.

"Come on, sebentar aja, aku mau buatin minuman buat kamu,  sebagai tanda thank you karena telah mengantarkan aku pulang. Tenang saja di rumah cuma ada aku, My Mom and My Daddy masih di tempat imigrasi untuk mengurus keperluan!" jelasnya singkat.

Aduh nolak gak ya, tapi kalau di tolak kok akunya juga sungkan. Aku putuskan untuk mampir ke rumahnya Bryant.

"Ayo!" dia mengulurkan tangannya dan aku sambut dengan hangat, tanganku di pegang lembut olehnya dan dia membawaku untuk masuk ke dalam rumahnya...

Duh deg degan gini sih aku.  Tangan kiriku memegangi dadaku yang gemetaran gak jelas.  Sedangkan tangan kananku masih terikat dengannya yang sedang menuntunku menuju ke kediamannya yang sangat wow ini.

Rumahnya sangat bagus, taman yang menghiasi pekarangan rumahnya membuatku semakin betah melihatnya.

"Silahkan" dia membukakan pintu dan mempersilahkan aku untuk masuk duluan ke rumahnya.

.

.

.

次の章へ