webnovel

Duduklah Denganku Nona Cantik

Ming keluar dari kamar memesan makanan di mejanya. Dari jendela ia benar-benar melihat ada banyak sekali orang mencurigakan berjaga di luar. Ia pun merasa restoran itu juga dipenuhi para pemburu hadiah. Meski ia merasa takut, namun kemampuan aktingnya tidaklah buruk.

"Tuan pesanan Anda." Kata pelayan membawakan makanan.

Sembari menata, pelayan wanita itu seperti berusaha menyelidik. Sama seperti puluhan pasang mata disana.

"Ini banyak sekali, apa anda akan menghabiskannya seorang diri?" tanya pelayan itu.

"Hmmm?" gumam Ming. "Tentu tidak sendiri." Jawabnya agak keras. Perkataan Ming bisa didengar dua tiga meja di seklilingnya.

"Ada Tuan dan Nyonya juga. Kami bertiga akan memakan makanan ini. Tapi, sepertinya ini akan lama sekali. Aku juga mulai bosan."

"Begitukah?" kata pelayan berparas cantik itu.

"Yah, sepertinya mereka masih mendiskusikan sesuatu dan tidak ingin aku dengar. Makanya aku pergi ke sini dan memesan makanan dulu. Ini sangat membosankan." Kata Ming lagi. "Apa kau mau menemaniku?"

Pelayan di depannya tersenyum. Ia dibayar untuk membuat Ming bicara oleh beberapa pelanggan. Tentu ia tidak akan melewatkan kesempatan sebagus ini.

"Boleh, tapi aku tidak bisa lama Tuan"

Ming terlihat senang. Ia berdiri dan menarik kursi seperti laki-laki sejati untuk pelayan itu.

"Namaku, Huo." Kata Ming berbohong menggunakan nama mendiang Jenderal Huo. Hanya nama itu yang terlintas dibenaknya.

"Saya Lian." Kata wanita itu.

"Nama yang bagus. Mari temani aku makan."

Ming yang menyamar dengan nama Huo menuangkan minuman dan mengambilkan makanan kepada Lian. Mereka terlihat cocok satu sama lain. Sambil makan, wanita itu terus berbincang untuk mendapatkan informasi dari Huo yang sebenarnya adalah Ming.

"Tuan sepeti apa majikanmu itu?" tanya Lian. "Aku penasaran sekali. Apa ia orang yang baik?" tanya Lian dengan sangat manis.

"Seperti apa?" kata Huo yang sebenarnya Ming sambil berfikir. "Ya kurasa, sama seperti Tuan & Nyonya pada kebanyakan orang. Mereka cantik dan tampan. Juga baik hati."

"Mengapa kau bilang mereka baik hati? Apa kau adalah pelayannya?"

Ming yang adalah Huo memasukkan makanan dengan santai.

"Aku adalah pengawal pribadi mereka. Aku sudah mengikuti Nyonya sejak ia masih sangat muda. Ia baik dan suka menolong."

Lian tertawa dengan sangat menggoda.

"Boleh aku tahu apa pekerjaan mereka?"

Ming yang menyamar menjadi Huo melirik wanita cantik di depannya.

"Jika Tuan tidak ingin memberitahuku tidak masalah, sungguh."kata pelayan yang mulai menyadari Huo, merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang ia ajukan.

"Nyonya adalah seorang penari dan Tuan adalah seorang …." Huo yang adalah Ming menghentikan kata-katanya. Ia menatap ke arah seorang pria yang datang dengan seorang pelayanan yang bergelantungan di lengan pria itu. Lian yang melihat reaksi Huo, secara spontan mengikuti, ke mana arah mata Huo pergi.

"Apa dia Tuan anda?" tanya Lian. Huo yang sebenarnya Ming memberi kode agar diam.

"Oh, di sini kau rupanya." Kata Pria itu. Huo yang adalah Ming berdiri. "Tuan?" tanya Huo dengan heran.

Huo terlihat sangat kaget dengan kelakuan Tuannya yang membeawa wanita genit bersamanya.

"Kau sudah pesan banyak makanan ya? Ya sudahlah. Kau makan saja dengan Nyonya. Dia masi tidur di kamar. Aku akan pergi jalan-jalan sebentar dengan nona ini." Kata orang di depannya.

"Tapi Tuan…" kata Huo.

"Sudahlah, Nyonya baru saja tidur. Kurasa ia tak akan mencariku. Jika ia mencariku. Katakan, aku sedang ada urusan bisnis sebentar. Jangan bilang aku sedang bersama wanita ini. Aku bisa dibunuhnya nanti. Apa kau mengerti?"

"Ayo.." kata pria itu menggandeng wanita berbaju pelayan yang membawa kipas.

"Tuan Tungu!" kata Huo yang sebenarnya adalah Ming.

"Ada apa lagi? Jangan mempersulitku. Nyonya mu itu, cepat atau lambat ia akan bangun."

"Anda tidak akan lupa membayar semua makanan ini kan?" kata Huo menunjukkan meja penuh makanan.

"Ya, sudah lah. Baiklah. Asal kau tutup Mulut. Minta tagihannya. Aku akan membayarnya."

Mendengar Hal itu, Huo segera meminta Lian menghitung biaya makanannya.

"Apa? Sebanyak ini?" tanya pria itu. "Dan apa ini, kau meminta tips buat wanita itu?"

"Tuan" kata Huo yang adalah Ming. "Jika Tuan tidak bersedia, sebenarnya itu bukan masalah besar bagi kami. Aku akan meminta Nyonya membayarnya."

"Dasar Licik!" kata pria itu. "Ini ambillah! In bahkan cukup untuk membayar kamar yang aku sewa! Tapi ingat tutup mulutmu. Jangan biarkan Nyonya tahu!"

"Tentu Tuan, dengan senang hati." Maka Ming yang sedang berpura-pura menajdi Huo kembali duduk dan Tuannya itu pergi bersama pelayan.

"Ini" kata Ming yang adalah Huo."Ini banyak sekali!"

"Oh, kau kan sudah menemanikau. Dan sekalian saja, ini biaya penginapan Nyonya. Lihat, masih banyak sisa."

"Kau memang pandai memeras Tuan" puji Lian sambil tertawa kecil.

"Hah, tidak biasa Tuan pergi dengan gadis cantik. Apa kau tau siap dia? Dia memakai pakaian yang sama denganmu. Apa dia pelayan di sini?"

Lian berfikir sambil kembali makan.

"Ku rasa, ia adalah Ho Ling Tien, dia dulu bekerja di istana. Dia memang sangat cantik." Kata Lian.

"Cantik? Aku bahkan tidak melihat wajahnya. Ia terus saja menutupi wajahnya dengan kipas. Bagaimana kau tahu itu adalah dia, dan dia sangat cantik?"

Lian menuangkan minuman.

"Kakak Tien memakai anting yang sangat indah. Apa kau tidak melihatnya. Anting merah yang mencolok, juga cara ia menata rambut selalu sama. Selain itu di tanganya ada gelang giok kuning."

"Oh begitu!"

"Apa kau kesal?" tanya Lian. "Aku?"

"Benar" kata Lian.

"Aku tidak kesal Nona. Hanya saja, kalau Nyonya ku bangun dan mencarinya, aku tak tahu harus berkata apa. Aku ini tak pandai berbohong."

Ming bangkit berdiri. Ia melihat ke luar jendela.

"Ada pengemis tua di sana?"

Lian menengok ke jendela.

"Oh, itu. Dia memang seorang pengemis miskin. Setiap hari ia berada di sana berharap, tamu hotel memberinya sedikit uang."

Huo yang adalah Ming mengamati mejanya yang penuh makanan.

"Bisa kau bungus ini untuk nya?"

Ia tertegun.

"Tuan, kau tidak akan makan lagi? Bukankah Nyonya anda belum bangun?"

"Nyonya benci makanan dingin. Aku akan pesan lagi, cepat bungkuskan. Aku akan memberikannya padanya."

"Baik" kata lian berdiri. "Ini hari keberuntungan orang itu. Pasti ia senang sekali, terlebih ia memiliki anak cacat. Mereka bisa makan hari ini."

Tak lama, makananku di bungkus. Ming yang adalah Huo segera pergi memberikan makanan itu pada si nenek Tua. Lian mengawasi dari lantai dua.

"benar-benar pelayan yang polos." Kata seseorang. "Ini, upahmu Nona cantik!" kata seorang pria. Merasa tugasnya selesai, Lian kembali bekerja melayani yang lain. Sementara Huo yang sebenarnya Ming, menuntun pengemis tua itu sambil melarikan diri.

次の章へ