webnovel

One Night (21+)

One Night

- The Corrs -

Untuk satu malam..

Ini begitu nyata..

bahwa aku memberikannya padamu..

========

Mae menjerit kaget, tak mengira wine itu jatuh menodai jas putih Vince. Ia tau jas itu pasti sangat mahal. Dan noda wine adalah mimpi buruk untuk sebuah jas mahal.

Gerakan Mae justru menggoyahkan gelas mereka berdua dan akhirnya setengah gelas wine milik Vince pun berpindah ke dada Mae.

"Astaga!" Mae terpana. "Oh, gaunku! Untung saja ini berwarna merah. Oh, Vince, kau harus lekas lepas jasmu! Akan buruk jika tidak segera dicuci!"

Vince pun sigap melepas jas dan juga kemeja biru langit yang ikut terkena wine. Segera saja otot dada dan perut sixpack-nya terpampang.

Mae menahan napas sejenak. Vince menangkap itu dari sudut matanya.

"Sayang sekali jika wine terbuang sia-sia, bukan?" Vince menatap tajam ke Mae yang masih panik akan jas Vince.

Tapp!

Tangan Vince menangkap satu tangan Mae, kemudian ia tiba-tiba merunduk dan menjilati leher dan area dada Mae.

"Vi-nnhh..." Mae mengerang meski kaget, namun ia tidak melawan. "Apa... Apa yang sedang kau... lakukan?" Mae menatap sendu ke mata elang Vince.

"Menyesap wine milikku." Kemudian Vince melanjutkan kegiatannya. Menjilati leher dan sekitar dada Mae yang terekspos akibat belahan rendah gaunnya.

"Anghh... Vinnnhh..."

Mae merasa pandangan dia berputar. Oh, sepertinya otaknya yang berputar akibat jilatan piawai Vince dengan lidah penggodanya.

Sebenarnya Vince bertaruh dalam hal ini. 70:30 dia menang dan Mae akan takluk pada kemauannya.

Semenjak Vince menyebutkan bahwa ayahnya berdarah Asia, dia langsung menangkap sinar mata dari Mae. Dari situ Vince yakin Mae bukan lah perawan ataupun gadis lugu.

Bullshit soal itu.

Itulah kenapa Vince berani mengajak Mae keluar dari pesta dan berhasil mengarahkan Mae ke apartemen gadis itu sendiri.

Pengalaman Vince berbicara. Jika gadis itu memaksa datang ke hotel Vince, maka bisa dipastikan ia jenis gadis yang akan merepotkan bila mereka usai bercinta.

Vince tak mau direpotkan.

Makanya begitu Mae bersedia mengajak Vince ke apartemennya, maka ini sebuah sinyal bahwa Vince bisa aman-aman saja bersama Mae.

Yeah, rupanya Mae tidak sepolos kelihatannya. Vince nyaris saja tertipu jika tidak menangkap tatapan Mae sejak awal.

Oleh karena itu Vince berani memainkan trik wine tadi untuk lebih menguji taruhannya. Dan ia benar-benar menang!

Jikalau Mae berlagak suci dan memberontak melawan, Vince hanya tinggal melangkah pergi dan kembali mencari mangsa lainnya. Tak perlu repot-repot berpikir pusing.

Nyatanya, Mae sangat merespon.

'Dasar kucing licik ini...' batin Vince sambil menyeringai sembari lidahnya meliuk hingga ke belahan dada paling bawah milik Mae.

"Mae, bukankah lebih baik ini dilepas saja untuk memudahkan aku mencari sisa-sisa wine di sini?" Suara serak dan dalam milik Vince seolah bergema bagai lonceng Surga di telinga Mae.

"Hu-um." Mae mengangguk pasrah dengan mata berkabut menatap Vince.

Dalam satu menit, gaun merah itu sudah lenyap dari tubuh Mae dan teronggok mengenaskan di lantai, sama seperti jas dan kemeja Vince.

"Vince, jasmu..." Suara Mae bagai tertelan ketika mulut Vince mengurung puting kanan Mae.

"Ermmghhh... Biarkan." Vince melanjutkan dengan mengulum lembut puting kiri Mae, membuat gadis itu merasakan denyut nikmat di setiap hisapan mulut Vince.

Mae semakin yakin Vince memang datang dari latar belakang yang tidak sederhana. Terbukti dia tidak memperdulikan jas mahalnya dibandingkan tubuh Mae.

"Haanghh~" Mae melenguh begitu tangan Vince meremas salah satu pantatnya.

Dengan satu gerakan, Vince merebahkan tubuh mungil nan sintal Mae ke meja terdekat, lalu ia menuangkan sedikit wine di tubuh mulus itu kemudian kembali menjilati dari leher hingga ke perut Mae.

Tangan piawai Vince melorotkan G-string merah Mae tanpa si gadis sadari.

Vince mengusap area intim Mae dan tersenyum senang karena area itu sudah tercukur bersih. Vince menyukai gadis yang rajin mencukur rambut pubisnya. Itu membuat napsu Vince bisa kian membara.

Usapan erotis Vince terus membelai daerah intim Mae yang mulus tanpa rambut pubis. Sesekali jarinya menggelitik di klitoris gadis itu.

Mae mengerang tanpa malu-malu. Bahkan ia melebarkan kedua pahanya agar jamahan Vince semakin mendalam dan memuaskan dia pula.

Puas berkelana di tubuh atas Mae menggunakan lidah dan mulutnya, Vince mengambil gelas anggur dan tuangkan sedikit wine pada area intim Mae.

Langsung saja Vince sesap rakus area itu.

"Anghh! Vinnnhh! Oouwhh~" Mae makin menggila menyaksikan Vince rakus melomoti klitorisnya dan lidahnya terus bergerilya di segala lekuk intimnya, seolah mencari tetesan wine hingga paling akhir.

Mae melihat aksi Vince meski ia harus tegakkan sedikit kepalanya dengan susah payah, namun itu sebanding dengan apa yang dia lihat. Birahinya kian naik ketika pandangan mereka saling bertemu saat Vince masih terus menggeletarkan lidahnya di daerah sensitif milik Mae.

Mae kalah. Dia mengalihkan pandangannya dan melempar kepalanya ke belakang sembari rebah ke meja. Ia tak sanggup menatap mata tajam Vince yang seakan merobek jiwanya. Siap memangsa hati Mae mentah-mentah.

"Arrghh!" jerit Mae saat dua jemari besar dan panjang Vince langsung menerobos masuk ke liang senggamanya dan masih tetap menjejakkan lidah pada klitorisnya.

Ini yang disukai wanita.

Vince sangat paham. Ia tau titik paling lemah seorang wanita yang telah mengenal seks. Jarang sekali ada wanita yang bisa menolak distimulasi di kedua bagian itu secara bersamaan.

Lihat, Mae sudah makin nyaring mengerang manja dan sesekali merintih erotis sambil tubuhnya mulai gelisah. Vince bisa memastikan Mae kian terbakar birahi.

Dia memang womanizer ulung.

Suara Mae kian menguasai ruangan ketika kocokan jari Vince pada liang basahnya makin intens dan cepat. Bahkan ia tak sadar Vince sudah tidak meliukkan lidahnya lagi pada klitorisnya.

Mae pejamkan mata kuat-kuat seraya terus mengerang keras ketika permainan jari Vince makin beringas di lubang kewanitaannya, mengocok agresif tanpa ragu-ragu dan menghasilkan bunyi kecipak sensual yang membuktikan tempat itu mulai basah kuyup.

Tubuh Mae kian menegang dengan pantat naik dan turun secara refleks seiring dengan kocokan hardcore Vince meski Mae sudah meraung-raung.

G-Spot Mae terus saja ditabrak ujung jari Vince yang gencar menyerang tanpa lelah, memberikan agresi penaklukan.

Jeritan Mae mengalun indah dan fantastis ketika ia menyerah dan cairannya berhamburan dengan jemari Vince terus memompa.

Vince mengangkat alisnya, senang. Tak banyak wanita yang bisa orgasme hingga menyembur tak terkendali seperti Mae.

Tubuh Mae kejang-kejang seirama cairan bening dia keluar kemana-mana membasahi sekitar, membuat Vince takjub.

Mata Mae basah dengan wajah kuyu. Gadis itu benar-benar orgasme tinggi. Saat Vince sudah mencabut dua jarinya, Mae masih kejang-kejang kecil sambil tergolek tak berdaya di atas meja.

Clakk!

Bunyi gesper terdengar dan tak lama juga ada bunyi resleting diturunkan.

Mae menoleh ke Vince yang menyeringai. Ia susah payah bangkit dari meja dibantu Vince.

Lalu Vince membuat gadis itu berlutut di depannya. "Do your very best, my sweet kitty..."

次の章へ