webnovel

Seikat Bunga

Seorang wanita cantik dengan wajah eropa bermalas-malasan di sofa empuk. Rambutnya terlihat berantakan bahkan kumal. Putung-putung rokok bertebaran di lantai. Ia pun hanya memakai lingerie dan terus meneguk sebotil minuman keras. Jika diperhatia saksama, ini tentunya bukan botol pertama. Ada banyak botol di meja. Satu, dua lebih dari lima. Anehnya, ia tak mabuk sama sekali.

Dalam suasana hati yang kacau, ia terus mengganti siaran televisi di depannya dengan wajah sangat bosan. Pikirannya sangat sekacau tampilannya saat ini. Ia terlihat sangat berantakan. Putus asa, bak gelandangan.

Setalh menganti-ganti beberapa menit, perhatinyaan tiba-tiba tertunju pada sebuah tayangan di televisi. Ia melihat konferesni pers yang dengan nama yang tidak asing. Immanuel. Nyonya Immanuel. Sebuah nama yang dulu melekat padanya.

"Apakah wanita itu, istri baru Hemel Immanuel?" tanyanya dalam hati.

Ia segera duduk dengan benar, memperbesar volume acara dan memperhatikan setiap detail dengan saksama. Ia tak ingin melewatkan detil apapun juga.

"Selamat Nyonya Immanuel" ,kata para journalis mengakhiri berita mereka.

Penasaran, wanita itu bangkit dan segera menelepon.

"Apa Hemel, telah mendafatarkan pernikahanya?" tanyanya pada seseorang ditelepon. Menunggu beberapa saat ia pun mendapat jawaban yang dinanti.

"Bagus, kita tak boleh biarkan ini terjadi. Aku tak mau wanita busuk itu mendapatkan semua hakku."

Meyadari apa yang telah terjadi, wanita itu segera bangkit. ia membuka lemari. Mengambil beberpahelai pakaian, memutuskan untuk membersihkan dirinya. Merapikan rambut dan tampilannya sebisa mungkin. Ia terlihat sangat berantakan saat itu. Ia harus mendapatkan tampilan terbaiknya secapat yang ia bisa.

Setelah merias wajah dan menata rambut, ia kembali menghubungi seseorang.

"John? Kau masih ingin hidup mewah dengan uang denda dari Vina bukan?"

tanya wanita itu.

Tak berapa lama, senyum menghiasai bibirnya. Pertama, karena ia sadar ia mendapatkan seorang patner. Kedua, karena ia sadar, betapa mewanan wajahnya di kaca. Dengan tampilannya, siapaun akan agum padanya.

"Temuai aku segera."

Puas dengan hasil yang ia capai saat ini, ia segera pergi dan bergegas meninggalkan rumah menuju ke suatu tempat. Ia mengenakan kacamata hitam untuk menutupi wajahnya. Ia mmacu mobil secapat yang ia bisa. Di mobil, ia terus membayangkan sesuatu yang menyennagkan berhubungan dengan semua rencana di kepalanya.

`~Lux Hemel Immanuel, jika aku tak bisa dapatkan semua uangmu. Maka aku bukanlah Georgia Snails~

Ini semua harus berhasi. Jika tidak, maka aku akan membunuhnya. Dan wanita bernama Covina Ven itu bersamaan. Ha ha ha dasar wanita bodoh. Tidakkah kau tau, bahwa aku akan membuat Hemel menyerahkan semua hartanyanya padaku. tepat hari ini. Hari dimana kalian menikah.

Terus tersenyum tanpa henti, tiba-tiba saja wanita itu tertarik untuk berhenti dan membeli seikat bunga. Ia memilih mawar merah dengan harga yang tak murah. Setelah dibungkus dengan rapi, kasir memberitahukan harganya. Bukan harga yang murah sama sekali.namn, suasana hati Georgia yang sedang baik membuatnya sangat bermurah hati hari ini.

"Ambil kembalianya."

Setelalah membeli bunga, ia segera meletakknya di bagian belakang. Alasan mengapa ia tak keberatan memberikan kembalian kepada pejualnya adalah, karena ia yakin, ini akan menjadi bunga kematian seseorang hari itu.

Kembali berkendara ke tujuan, wanita ini menghentikan mobilnya tepat disamping seorang pria muda.

"Nona Georgia?"

Sapa seseorang dipingir jalan saat Georgia menurunkan jendela mobil. Ia adalah pria muda dengan perawakan yang bagus.

"Kau yang bernama John? Masuklah. Kita bicara sambil jalan"

Tanpa banyak bertanya lagi, John segera membuaka pintu dan duduk di samping wanita yang baru saja dikenalnya.

Ia menoleh kebelakang dan melihat seikat bunga mawar merah. Hatinya gusar dan muali mengira Georgia menjebaknya.

"Kita tidak sedang berkencan bukan?" tanya John saat melihat bunga itu.

Wanita di kursi pengemudi tersenyum sinis.

~Pria bodoh~

"Aku akan meletakkan bunga itu di atas peti seseorang hari ini. Dan satu lagi, aku tak tertarik denganmu. Seleraku tak serendah Kau John."

"Oh, maafkan saya. Nona Georgia Snail. Saya tak bermaksud membuat anda tersinggung."

Georgia tersenyum sinis, dan terus mengemudi. Sepangjang perjalanan, ia mengatakan beberapa hal penting mengenai rencana.

John, yang anak kemarin sore merasa sangat kagum secara tiba-tiba terhadap wanita di sampingnya. Ia tak hanya cantik, namun memiliki ide cemerlang melebihi dirinya.

Dengan ide darinya, bisa dipastikan ia kan memenangkan persidangan. Hidup bergelimang harta akan segera dimulai.

"Jadi, apa kau tertarik dengan tawaranku John?"

次の章へ