"Mohon kebijakan pembaca yang underage untuk kebijaksanaannya. Terima kasih."
.
.
Elena berjalan mendekati ranjang. Dan berdiri tak jauh dari Brian. Tingkahnya itu membuat Brian berdecak kesal.
"Apalagi yang kau tunggu? Lepaskan bathrobe-mu dan berbaring di atas ranjang."
Jantung Elena berdegup semakin kencang. Tangannya bahkan bergetar menarik simpul bathrobe di pinggangnya. Lalu meloloskan dari tubuhnya. Elena menunduk sangat dalam. Malu dengan keadaannya yang polos di depan Brian. Ini pertama kalinya ada seorang pria yang melihat tubuh polosnya. Bahkan Diego, kekasihnya tak pernah melihatny seperti ini.
Elena diam dan bergerak untuk naik ke atas ranjang lalu berbaring telentang. Wajahnya dialihkan ke arah kanan. Membuang jauh pandangannya dari arah Brian. Elena menunggu dengan cemas. Setiap detik terasa begitu lama bahkan waktu seperti tidak berjalan. Elena sangat ingin malam ini segera berakhir. Bisakan dia tidur saja dan berharap pagu datang lebih cepat. Karena Elena tak sanggup menghadapi malam ini. Malam pertama dimana Elena membiarkan pria asing menyentuh dan merenggut kesuciannya.
Brian bangkit berdiri melepaskan penutup tubuhnya dan ikut menaiki ranjang. Merangkak dan menopang tubuhnya di atas Elena. Matanya menatap wajah Elena yang tepat berada dibawah kuasanya. Wajah yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Sesungguhnya ini adalah hal mudah karena Elena memiliki wajah yang sama dengan istrinya. Tapi tidak. Brian sadar betul bahwa wanita yang ada di bawahnya bukanlah Elise. Dia wanita matre yang memanfaatkan kesusahan Elise. Wanita yang menyetujui hal gila ini hanya demi uang semata.
Brian mendengus dengan pandangan meremehkan. Merasa muak dengan tingkah Elena yang membuang wajahnya. Brian tak akan termakan dengan akting wanita itu. Akting seakan Elena adalah seorang gadis perawan. Bullshit! Tentu saja Brian tak akan percaya. Wanita seperti Elena pasti sudah sering tidur dengan berbagai pria di luaran sana.
Brian mengabaikan wajah Elena yang memerah. Dia harus melakukan semua ini dengan cepat. Dia tak ingin berlama-lama dengan Elena. Dia ingin menyelesaikan semua ini dan pulang. Brian rindu dengan istrinya dan ingin tidur sambil memeluk wanita itu.
"Jangan harap aku akan memberikanmu kenikmatan karena kita bukan bercinta tapi berhubungan sex. Dan aku akan melakukannya dengan cepat dan kasar. Aku ingin ini cepat berakhir agar aku bisa pulang cepat." Elena hanya mengangguk pasrah.
Tangan Brian terulur menyentuh payudara Elena. Pria itu tak ingin mencium atau membuat tanda di tubuh Elena.
Tubuh Elena tersentak kaget dengan sentuhan pertama Brian. Dia tak menyangka Brian akan langsung menyentuh payudaranya.
Brian mengabaikan reaksi kaget Elena dan mulai meremas payudara Elena. Dahinya mengerut merasakan payudara Elena yang sintal dan kencang. Seakan payudara itu belum pernah disentuh oleh siapapun. Lagi-lagi Brian mengusir pemikiran anehnya. Dia masih yakin jika Elena adalah jalang yang selalu menawarkan tubuhnya kepada pria manapun. Karena hanya wanita jalang yang mau disentuh oleh pria asing.
Brian menatap payudara Elena. Puting yang menegang dan berwarna merah muda menggodanya. Tekstur kenyal dan lembut menarik gairah Brian semakin tinggi. Membuat Brian tak sanggup menahan dirinya hanya dengan memandangnya.
Pria itu langsung melahap payudara Elena dengan rakus. Menjilat dan mengulum puting itu hingga Elena mengeluarkan desahan pertamanya. Tangan besar Brian yang menangkup dan meremas dadanya memberikan sensasi aneh pada tubuh Elena. Membakar dan membuat Elena merasakan hal aneh yang tak pernah dia alami sebelumnya Hasrat yang Elena sendiri tak mengerti.
Brian terus mengulum dan mencecap puting Elena. Berpindah ke dada kanan dan memperlakukannya secara adil. Brian mengabaikan niat awalnya yang tak ingin memberikan tanda di tubuh Elena. Dia mengulum dan menghisap dengan keras, menimbulkan bercak kemerahan di dada Elena.
Tubuh Elena terlalu menggiurkan untuk dia abaikan. Brian bahkan lupa akan kebenciannya pada Elena. Dengan kedua tangan yang terus meremas dada Elena. Brian mengecupi perut rata Elena. Menyusuri kulit itu dengan lidah basah nan hangat miliknya. Membanjiri tubuh Elena dengan salivanya. Bergerak turun semakin ke bawah.
Brian berhenti sebentar. Dia tengah merunduk tepat di depan tubuh tersensitif Elena. Dahinya mengerut dan matanya melebar dengan binar takjub. Dia tak pernah tau jika ada yang begitu menggemaskan seperti milik Elena. Bagaimana tidak? Milik Elena hanya ditumbuhi sedikit bulu. Terlihat halus dan sangat menggiurkan. Warna kemerahannya juga membuat Brian semakin sulit menelan salivanya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi. Brian menunduk dan menghirup aroma khas yang tubuh Elena keluarkan. Brian mengecup Elena. Menghantarkan sengatan yang menjalar ke seluruh tubuh Elena.
Gadis itu tak pernah merasakan perasaan seperti saat ini. Tubuhnya panas dan gelisah. Setiap sentuhan Brian sangat mempengaruhinya. Membangkitkan sebuah rasa yang tak pernah Elena alami.
Tubuh Elena tersentak kaget saat sesuatu yang sangat asing menyentuhnya. Hangat dan basah membelai tubuh sensitifnya. Membuat Elena semakin kencang mengeluarkan desahannya. Hasratnya semakin membara tak kala Brian mengulumnya. Elena menggeleng gelisah dan merapatkan kakinya. Mengunci kepala Brian yang ada disana agar terus menyentuhnya. Tangan Elena bahkan sudah meremas rambut lebat Brian.
Gairah Elena semakin naik. Tubuhnya sudah sangat basah dan siap. Ada keinginan asing yang mengusai tubuhnya. Elena ingin menuntaskan gairahnya. Elena ingin merasakan hal lebih.
Brian tak memperdulikan aksi Elena yang mengunci kepalanya. Dia terus asik mencecap tubuh Elena. Jemarinya bahkan sudah membelai, agar dia mendapatkan akses semakin bebas untuk mengulumnya.
Tak puas hanya dengan itu Brian menyusupkan satu jemarinya dalam tubuh Elena. Membuat jemari Elena menjambak rambut Brian kasar. Gadis itu tak tahan dengan sensasi yang Brian berikan pada tubuhnya.
Seakan tak perduli dengan kegelisahan Elena, Brian menggerakkan jarinya. Tubuh Elena semakin gemetar oleh hasrat yang membara. Saat Elena merasa semakin tinggi dan melayang, Brian berhenti.
Elena membuka matanya yang sejak tadi terpejam, menatap tak terima ke arah Brian. Namun Elena tak bisa mengeluarkan protesnya. Dia terlalu malu untuk mengatakan keinginannya.
Brian merangkak naik dan matanya terkunci dengan mata Elena. Brian terpana. Ini pertama kalinya melihat Elena dengan jarak sedekat ini. Dia tak pernah tau jika iris mata Elena begitu indah. Bahkan sangat indah dengan pancaran gairah yang terlihat sangat membara disana.
Elena juga terpana menatap mata Brian. Ini pertama kalinya dia melihat mata pria itu dari dekat. Dan tak ada sorot tajam dari mata itu. Hanya pancaran gairah yang terpancar dari mata hitam Brian. Iris mata paling hitam yang pernah Elena lihat.
Mereka berdua saling terseret dan terkunci dalam tatapan mata masing-masing masing. Hingga akhirnya Brian memutuskan tatapan itu dan langsung menunduk. Bukan saatnya dia untuk terpesona atau mengagumi indahnya mata Elena. Ada hal yang jauh lebih penting saat ini. Bahkan juniornya sejak tadi sudah menegang dan menginginkan kehangatan.
Brian mengenggam tubuhnya lalu membelai tubuh Elena sebentar sebelum dia mulai masuk. Lagi, kening Brian mengerut dalam. Dia kesulitan membimbing juniornya. Sangat sulit hanya untuk memasuki sedikit saja tubuh Elena.
Perlahan Brian mencoba lagi. Sedikit demi sedikit dia terus mendorong pinggulnya. Suara rintihan Elena tak Brian hiraukan. Dia masih konsentrasi pada penyatuan tubuh mereka. Sial, kenapa ini sulit sekali? Brian menggeram dalam saat tubuhnya di cengkram begitu erat. Membuat Brian ingin mengumpat saat merasakan kenikmatan yang tak pernah dia rasakan. Dan yang lebih gila junior Brian belum sepenuhnya tenggelam. Brian sama sekali tak tau jika perbuatannya membuat Elena mengernyit sakit.