webnovel

CHAPTER 10

tiga hari berlalu, sejak kejadian itu Freya tidak pernah Sudi berhubungan dengan pria bernama Revan. tidak pernah lagi membalas ratusan chat yang dia kirim. apalagi menjawab setiap panggilan telpon darinya.

bagi Freya, penghianatan itu sudah tidak bisa dimaafkan. dan kini kisah cintanya telah hancur.

Freya sedang memasukkan beberapa barangnya ke dalam koper saat suara ringtone smartphone nya berbunyi. dengan malas diambilnya benda pipih berwarna putih itu dari nakas samping tempat tidurnya.

Ah, lagi lagi telpon dari Revan. tapi kali ini sepertinya Freya harus mengangkatnya sekalian mengucapkan selamat tinggal karena Freya memutuskan ikut bersama James dan Shofi untuk tinggal di Dublin.

" Hallo." jawab Freya malas.

" syukurlah, akhirnya kamu menjawab panggilan ku, Fre. bisakah kita bertemu ?! "

pinta Revan dari sebrang sana.

mendengar suara itu membuat perasaan Freya meleleh. tak bisa dipungkiri ada kerinduan dihati terdalamnya. namun harus terkalahkan oleh rasa sakit hati yang teramat pilu.

bagaimana tidak, disaat dirinya masih kecewa dan sakit hati dengan cibiran kedua orangtuanya Revan, ini malah bersenang-senang dengan wanita jalang seperti Sandra.

" hallo sayang, apa kamu masih mendengar ku? "

ucap Revan membuyarkan lamunannya.

" Ya "

" jadi bisa kah besok kita bertemu ? hari ini aku masih di Kalimantan karena ada sedikit masalah pekerjaan. tapi besok sore aku usahakan sudah di Bandung."

" tidak perlu. besok aku akan berangkat."

" kemana? kamu sudah mulai bekerja, sayang ? "

" Dublin."

" apa sayang, Dublin? "

nada Revan sepertinya terkejut.

" iya, Revan. aku akan tinggal di Dublin. jadi kamu tidak perlu menemui ku lagi. "

" berapa lama kamu akan liburan disana? "

" selamanya. " jawab Freya.

" no... no... kamu jangan bercanda dong, sayang."

terdengar Revan semakin panik.

" cukup Revan. hubungan kita telah berakhir. jadi kamu jangan memberatkan ku."

" Fre, ku mohon... tetaplah disini. tunggu aku... "

lirihnya.

" maaf, Revan. "

TUTT...TUTT...TUTT... Freya pun terpaksa mengakhiri sambungan telponnya karena sudah tak kuasa menahan air mata yang mulai mengalir deras ke pipinya.

Freya pun akhirnya menangis meraung-raung dikamarnya. hingga merasa lelah akhirnya Freya tertidur diatas bantal yang telah basah bekas air matanya.

***

pintu kamar Freya terbuka, James datang menghampiri Freya masih tertidur. tapi James bisa melihat dalam tidurnya yang nampak tenang, ada kesedihan dan rasa kecewa dalam diri putrinya itu.

James membelai lembut rambut Freya dan mengecup keningnya. Freya menyadari dan terbangun.

" are you okay ?"

tanya James sambil tersenyum.

Freya menggeliat sejenak lalu meregang kan otot-otot nya.

" of course am fine. "

balas Freya membalas senyuman nya.

" ada yang bisa papa bantu mengemasi semua barangmu ?"

tanya James sambil mengedarkan pandangannya ke arah koper yang tadi belum selesai dikemas karena ada telpon dari Revan.

" no, thanks. aku bisa atasi semuanya. "

" oke, papa keluar dulu. "

James mengecup pucuk kepala Freya lalu beranjak pergi keluar kamarnya.

Freya pun melanjutkan acara kemas mengemasi barang-barang nya. ketika hendak membereskan alat makeup depan cermin meja riasnya, dalam cermin terlihat pantulan kalung pemberian Revan yang masih melingkar di leher jenjang Freya.

dipegangnya liontin bertahtakan berlian itu lalu dikecupnya dengan lembut.

perlahan-lahan Freya membuka pengait kalung itu lalu membuka laci nakas dan menyimpannya disana. biarlah benda kenangan ini akan tetap terkenang disini.

Namun ketika hendak menutup laci nakasnya, pandangan Freya tertuju pada benda lain didalamnya. gelang karet berwarna hitam bertuliskan 'Mark'.

Ah, Freya jadi teringat pemilik gelang itu. anak laki-laki itu menolong Freya saat terjatuh dari kolam taman ketika pulang sekolah. saat itu Freya belum bisa berenang. ketika Freya sadar dan hendak mengucapkan terimakasih, bocah lelaki itu pergi begitu saja tanpa jejak. hanya gelang ini yang ditemukan freya tersangkut diresleting tas sekolahnya yang telah basah kuyup beserta isinya.

Freya mengambil gelang karet itu lalu dimasukannya ke dalam tas kecil berisi peralatan makeup yang hendak ia bawa terbang ke Dublin.

次の章へ