Matahari masih diam saja disana , bumi masih saja berputar pada porosnya. Tetapi rasanya berbeda. Dunia tidak berubah, hanya hidupku yang tak lagi sama.
Hujan dari langit yang sama tapi rasanya berbeda. Hari ini ku, jalan hidupku. Saat ini ku mulai dari 0 dan jauh dari semua yang ku miliki. Menjadi mahasiswa baru di kampus yang baru di kota yang baru. SENDIRIAN.
Surakarta Sadiningrat apaan tuh? Posisinya dimana? Aman gak? Hal itu yang selalu ada di benakku sebulan ini. Aku akan meninggalkan kota kelahiranku, kota yang telah menjagaku dan memberikan kehidupan untukku. GRESIK BERHIAS IMAN. Ha...ha...ha... itu sloganya. Kota dengan seribu pabrik. Kota dengan lalu lintas padat. Kota tanpa mall dan bioskop (sekaranh sudah ada...). Tapi aku sangat mencintai kota ini. Hampir 15 tahun ini aku tidak pernah meninggalkan kota ini (kecuali mudik dan picnic). Disini aku mendapatkan sahabat dan cinta.
" kring... kring...." dering hpku mengganggu mimpi indahku. " halo , Asalamuallaikum." Ucapku lirih sambil berusaha mengumpulkan kepingan nyawa yg masih tercecer. "perawan jam segini baru bangun"kata – kata itu membuatku langung tunein. "nggeh ma" jawabku pasrah. "ayo siap-siap berangkat nanti telat. Kamu ini kebiasaan. Tau gitu mama gak kasih kamu ijin kuliah jauh."seperti biasa mamaku. Ya orang tua selalu mengkhawatirkan anaknya."nggeh ma. Fiya mau mandi dulu."tungkas ku sebelum semuanya semakin panjang. "huft...ternyata masih sama seperti dirumah" gumamku. Kulirik jam dinding diatas pintu kamarku, "Astagfirullah mama ini masih jam 4."batinku. Terlalu pagi. Oke lah, ku ambil handuk di sandaran kursi. Mumpung masih pagi aku mau cari sarapan sekalian.
Kemeja putih, rok putih,jas hijau toska membalut tubuhku." Siap " ucapku sambil memandang cermin datar yang menampakkan sosok maya dan tegak didepanku. Jam di pergelangan tangan kananku sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi.
Semburat jinga dilangit. Sang surya malu untuk memancarkan gelombang cahaya terefleksi oleh buliran es yang membentuk awan di litosfer. Aku segera berangkat. Ada upacara penyambutan mahasiswa baru jam 8 aku harus berangkat pagi karena kostku cukup jauh.
Aku harus segera berangkat. Ada upacara penyambutan mahasiswa baru jam 8. Aku harus berangkat pagi karena kostku cukup jauh. Tanpa motor sendiri aku harus berjalan dari depan kampus UTP AUB melewati jembatan anak kali Bengawan Solo. Jika beruntung saat langit cerah aku dapat melihat gunung Merapi di sebelah barat dan gunung lawu di sebelah timur. Kuasa Tuhan yang sangat indah. Aku harus berjalan sampai belakang pasar mebel ngemplak untuk dapat sampai dijalan raya. Memang tidak jauh tetapi lumayan untuk olah raga pagi. Bus Karunia Mulia menjadi pilihanku untuk bisa sampai di kampus tercinta UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA alias UNS bukan UNIVERSITAS NEGERI SOLO ya. Itu perlu di catat. orang banyak yang salah menyebutkan.
Bus sudah datang sebelum naik aku selalu membiasakan untuk bertanya sama kondekturnya "UNS pak?" tanyaku sebelum masuk "nggeh mbak monggo."sahut sang kondektur. Taklama aku pun melocat masuk. "ati-ati mbak"tambah sang kondektur. Aku hanya bisa tersenyum. Maklumlah aku jarang sekali naik bus kota karena di gresik tidak ada bus kota yang ada angkot. "crik...crik...crik" sang kondektur mulai berjalan dari depan tanda waktunya untuk bayar. Akhirnya sang kondektur datang menghampiriku "uns berapa pak"tanyaku. "sekawan ewu mbak."tungkas sang kondektur. Reflek tanganku bergerak menghitung "setunggal, kaleh, tigo, sekawan"gumamku sambil menekuk jari. "empat ribu mbak"sahut sang kondektur lagi."mboten ngertos boso mbak"lanjut sang kondektur sambil tersenyum aku hanya bisa tersenyum sambil memberikan uangku. Malu , ya iya lah. Aku memang orang jawa tapi hanya bisa NGGEH-MBOTEN question, kalo nggak nggeh ya mboten.
Sepuluh menit berlalu kondektur berteriak "UNS ...UNS...UNS". "mbak sudah sampe"tambah sang kondektur. "Yo mas suwun yo"boso suroboyonya keluar. Turun dari bus memandang lurus kedepan terpampang gapura besar melengkung dengan tulisan timbul UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. Warnanya seperti baja ditempa, coklat keemasan layaknya pintu keraton. Dikanan kiri gerbang terbuat batu alam berwarna hitam menyerupai batu candi diatasnya ada tulisan dengan aksara jawa yang aku tidak tau artinya. "keren" batinku. Kulangkahkan kaki memasuki gerbang batu di depan terhampar barisan pohon rindang yang membuat hati tenang
"Selamat datang bagi mahasiswa baru. Dimohon untuk berkumpul di lapangan rektorat."suara dari kejauhan "Dimohon MABA untuk menempati sesuai Fakultas masing-masing." Lanjut suara itu. Kulihat banyak orang berlarian mereka sama seperti aku lengkap dengan keplek nama, "ayo mengko telat" ucap salah seorang dari mereka sambil berlari meninggalkanku. Sontak aku kaget dan ikut berlari.
Kupandangi halaman berumput hijau rapi yang kini mulai dikelilingi para pemimpi masa depan. Bingung lelah tersirat jelas di wajah lugu mereka. Belum ada Idealisme dan belum ada Aroganisme. Kami semua sama, melalui pintu yang sama, dengan jalan kami masing-masih menuju pintu yang sama. Semoga kami juga bisa berhasil bersama sama. MAHASISWA.
Ucapan selamat datang dan atraksi dari MENWA membuka lembaran baruku dengan status MAHASISWA. Kedengaranya keren tapi aku masih belum tau apa yang spesial.
" Fakultas Mipa silahkan ikuti saya." Terdengar suara dari sebelah kanan barisan kami. Dengan papan kayu bertulisan MIPA seorang pemuda dengan celana jins dan jas almamater terus berteriak. Selain dia ada dari Fakultas lain melakukan hal yang sama. Menyadari aku MIPA aku bergerak mengikuti pemuda itu. Ternyata banyak MABA lain yang mengikutinya.
Kampus ini bersih, asri, hijau. Kami berjalan dalam barisan. Walaupun tidak rapi kami cukup tertib. Sambil terus mengikuti pemuda tadi aku melihat ke sekitar. Wah ada danau. Lalu ada tangga tinggi. "Apa itu?" tanyaku dalam hati."Kita akan berjalan menuju Fakultas Mipa." Ucapnya sambil menunjuk ke depan."yang tadi kita gunakan untuk upacara adalah Gedung Rektorat. Sekarang di sebelah kanan kita adalah Fakultas Pertanian. Di utaranya danau pertanian." Jelasnya. "Hati- hati jangan kesini kalo malam ya." Tambahnya. "emang kenapa kak?'sahut seorang dari kami."Nanti ada-ada" jawabnya. "Ada apa kak?" tanya yang lain." Pokoknya hih." Kami pun semua tertawa. Ada tangga menjulang tinggi membelah bukit. " itu bukit Kendil, tempatnya Nyi Rewel." Ucap salah seorang kakak tingkat yang dari tadi di sampingku menjaga barisan kami. "Nyi rewel itu siapa?" tanyaku penasaran.dipun bercerita." Katanya dulu UNS itu didirikan diatas makam.Cuma makam Nyi Rewel yang gak mau diutak-atik. gak bisa dirusak. Sampai sekarang." Lanjutnya menunjuk kearah bukit. "Aku sendiri sampai sekarang masih belum tau makam itu dimana." Dia terus bercerita sampai suara pemuda pemimpin rombongan kami tak ku dengar lagi." Katanya ada yang pernah liat waktu mereka lagi ada di bukit kendil atau di Argo Budaya" Seorang kakak panitia menghampirinya kami ." Hei Ar jangan ngobrol aja." tungkasnya. Kami tertegun memandanginya, Malu, Lalu kami saling pandang, spontan aku menunduk setelah Mata kami saling bertemu. Kami melanjutkan perjalanan sampai ke Fakultas MIPA dengan diam. Melewati bukit kendil kami disuguhi pemandangan pohon sono yang berbaris rapi melindungi kami dari sengatan matahari. Laboratorium Pusat MIPA, gerbang kedokteran PUSKOM kami lalui begitu saja. Kakak tingkat bernama Ar (yang aku tidak tau artinya) mulai berjalan kedepan meninggalkan barisanku dia memipin didepan. Suaranya lantang. Sesekali aku merasa dia memandangku tapi mungkin hanya perasaanku saja. Gedung fakultas kami seperti diatas bukit. Dalam barisan kami mulai menapaki jalan berpaving yang cukup menanjak. Gedung pertama yang kami lihat adalah gedung B. Ada papan nama Jurusan Fisika disana " itu tempatku belajar nanti" ucapku dalam hati. Tiga hari berlalu ternyata ospek tidak seseram bayanganku,
FISIKA here I come. let's start the party.