webnovel

Itu kamu?

Typo bertebaran.

Part belum di perbaiki.

Happy reading.

***

Suara keyboard itu masih terdengar. Mata Ellina sama sekali tak teralihkan. Ia sendiri bahkan tak menyadari, sejak kapan ia bisa meretas sebaik ini. Yang ia ingat dari kehidupan lalu adalah, komputer seperti hidupnya. Lalu semua ia tinggalkan sejak perjodohan bodoh dan bertemu pria yang bahkan sama sekali tak menatapnya.

Dia membunuhku! Tanpa melihat tangisan atau rasa sakit yang kurasakan!

Tanpa henti, Ellina tetap melanjutkan aktivitasnya. Beberapa akun muncul dan mencoba melawannya. Mempertahankan  sistem mereka agar tetap stabil dan mencoba menyerang Ellina kembali. Ia tersenyum, sangat dingin. Meski tak ada yang melihatnya, namun orang-orang di belakangnya telah menjerit kagum saat melihat kemampuannya.

Mencoba memperbaiki? Kenapa? Bukankah kau menghancurkanku? Aku akan melakukan hal yang sama! Agar kau tahu, apa itu derita!

Tangan Ellina semakin bergerak cepat. Matanya menatap layar laptop yang terus menampilkan angka dan kode-kode rahasia. Semua mata tertegun. Mereka dengan jelas melihat, bagaimana gadis  cantik yang terlihat lembut itu menjadi sangat mengerikan saat meretas. Menghancurkan, bahkan membagikan semua informasi penting perusahaan Reegan pada dunia luar layaknya sampah yang tak pantas di pungut.

Ernest menahan napasnya dan menggeleng. Ini lebih dari yang ia harapkan. Ia tak tahu, bahwa gadis di depannya akan sejenius ini. Mampu meretas bahkan melawan dan menghancurkan lawan dengan sangat mudah. Ia bergidik ngeri, jika itu adalah perusahaannya yang tengah diretas, maka ia akan menjadi sangat gila karena memahami bahwa nilai saham perusahaannya akan anjlok semenit kemudian.

Zacheo terpaku. Ia tak bisa mengikuti pergerakan tangan Ellina yang sangat cepat. Namun matanya mengunci layar laptop dengan informasi inti yang terus saja keluar. Ia sangat yakin, saat ini jaringan keamanan dan selancar di perusahaan Reegan benar-benar hancur hingga taj bisa di selamatkan. Mengingat informasi penting itu terus saja di bobol, ia mendadak mundur dan menatap wajah Ernest.

"Tuan, apakah ini akan baik-baik saja?"

Ernest tak menanggapi. Ekor matanya masih menatap hal yang Ellina lakukan.

"Lihat, aku juga bisa menghancurkanmu dengan sangat cepat!" desis Ellina penuh penekanan.

Hal itu membuat semua mata mengerutkan keningnya.

"Nona," panggil Zacheo lembut.

"Aku tak meninggalkan jejak. Tentu, mereka hanya tahu id ku tanpa bisa meraih informasi pribadiku," jawab Ellina sangat cepat. Secepat tangannya menekan tombol Enter,  dan ....

Ding!

Semua mata tertegun saat bunyi itu terdengar dari laptop Ellina.

"Hancur sudah," seru semua orang takjub dengan sedikit emosi yang meluap.

Ellina tersenyum sinis. Menarik tangannya dari atas keyboard dan memutar kursinya ke belakang. Menatap kerumunan yang memandangnya takjup.

"Tuan Muda, bagaimana? Aku tak hanya mengacaukan tapi membuatnya lebih mudah untukmu." Ellina menatap Ernest yang masih terkagum. "Sebentar lagi,  kalian akan sangat sibuk dengan tawaran kerja sama yang akan datang."

Wajah Ernest terlihat cerah. "Nice," ucapnya bangga. Bibirnya tersenyum puas.  Ah,  ini benar-benar permataku. Hanya dalam hitungan menit dia bisa menaikkan sahamku dengan sangat mudah. 

Zacheo yang mendengar itu terlihat kelu. Bagaimana ia akan menjelaskan jika keluarga E. V. dan Reegan bertemu nanti. Matanya menatap hasil akhir yang Ellina lakukan. Itu benar-benar hancur. Hancur hingga tak tertolong. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?

"Lalu," mata Ellina menyapu wajah Ethan. Bibirnya tersenyum mengejek. "Bagaimana? Pria sejati tak akan mengingkari janjinya kan?"

Ethan tak dapat berkata-kata. Ia sungguh masih terkejut dengan semua hal yang ia lihat. Ia adalah peretas terbaik di kota ini. Tapi sejak setahun lalu namanya tergeser dengan sangat mudah. Dia adalah wanita cantik di depannya. Sebelum akhirnya keberadaannya menghilang dan dunia peretasan masih menantikan aksinya.

Hari ini dia berhadapan langsung. Wanita di depannya sangat cantik dan anggun.  Kulitnya seputih salju dengan mata berbinar. Ia tersenyum menyadari kekalahannya. Dengan anggukan penuh ia berkata. "Kau dapat memerintahkan apapun padaku."

Mendengar itu Ellina mengangguk. "Aku membutuhkan mu untuk memperkuat program dari perangkat lunak yang akan kita ciptakan. Buat itu sangat ringan hingga semua handphone dapat menginstalnya tanpa masalah."

Ethan berbinar. Ia tak menyangka bahwa akan bekerja langsung di bawah perintah peretas terbaik yang pernah ia lihat. "Bagaimana kemanan, sistem back up dan yang lainnya?"

"Aku akan memiliki orang yang tepat untuk itu." Ellina melihat Ernest yang masih tersenyum puas untuknya. Tanpa aba-aba, Ellina menarik pergelangan tangan Ernest hingga membuat suara kejutan dari semua orang terdengar.

"Pukul berapa  sekarang? Aku harus segera pergi,"

Ernest membiarkan Ellina melihat jam di pergelangan tangannya. Hal itu terjadi sangat cepat dan alami. "Kau akan pergi?"

Ellina mengangguk saat melepaskan tangan Ernest. "Aku harus menemui orang-orangku,"

"Kemana kau pergi?"

"Universitas Hyroniemus."

Percakapan itu membuat suasana di sana menjadi hangat. Mereka tak pernah melihat Atasanya begitu lembut pada seorang wanita. Tapi kali ini, wanita di hadapan mereka semua bahkan dengan sangat natural menarik tangan bos nya dan melepaskannya dengan mudah. Yang lebih mengejutkan,  bos mereka tampak baik-baik saja dan tak masalah dengan itu semua.

"Aku akan ikut," tawar Ernest mencoba bersiap.

Ellina menggeleng. "Aku pinjam Ethan untuk menemaniku."

Ethan yang mendengar itu tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Ernest menatap tak suka. Dan detik berikutnya Ethan tak bisa tersenyum karena merasa wajahya panas. Pandangan Ernest padanya sangat membuatnya tak nyaman.

"Aku akan pergi," ucap Ethan sangat pelan, ia bersiul pelan tanpa melihat tatapan Ernest.

Ellina bergerak dan Ethan mulai mengikuti. Namun Ernest menarik tangan Ellina dan membuka dompetnya. "Kupikir kau membutuhkan ini,"

Semua mata terpana saat melihat sebuah kartu kredit berwarna hitam dengan garis emas di dalamnya. Mereka sangat tahu, itu adalah kartu unlimited yang hanya dimiliki oleh orang-orang kaya di kota Z. Dan dari informasi yang mereka dengar,  di kota Z hanya 7 orang yang memilikinya.

Melihat tangannya yang menggengam sebuah kartu kredit,  Ellina menatap Ernest. "Kurasa ini terlalu berlebihan."

Ernest menggeleng. "Kau tahu, kau baru saja membuatku lebih kaya. Jadi itu hanya hadiah kecil untukmu."

Semua mata menatap iri. Bagaimana mungkin bosnya memberikan kartu semudah itu? Dan lebih lagi itu di berikan begitu saja.

Ellina tak memberikan ekspresi apa-apa. Tapi dia memasukkan kartu itu dalam dompetnya. "Baiklah, aku akan pergi sekarang."

Ernest mengangguk. Ellina melangkah keluar di ikuti Ethan di belakang. Perlahan langkah mereka sejajar. Ethan tersenyum riang karena memiliki waktu untuk pergi bersama wanita cantik yang hebat.

"Kemana kita akan pergi? Mobilku ke arah sini,"

Ellina mengikuti langkah Ethan menuju mobilnya. "Aku harus mengganti pakaianku dl. Bisakah kita pergi berbelanja sebentar?"

Ethan mengangguk. "Tentu, aku akan mengantarmu."

Mobil Ethan bergerak meninggalkan perusahaan. Matanya menatap Ellina sesaat yang duduk di sampingnya. Sudut bibirnya berkedut ragu. Namun rasa ingin tahunya jauh lebih tinggi. "Kenapa kita harus ke universitas?"

Ellina menoleh. "Karena aku masih mahasiswi,"

Mulut Ethan terbuka tak percaya. Wanita hebat di sampingnya masih seorang mahasiswa. Dia masih belajar di bangku universitas tapi memiliki kemampuan hacker sebaik itu? Kini ia menjadi sangat penasaran akan hidup wanita di sampingnya. Tapi ia juga sangat sadar,  wanita di sampingnya adalah wanita yang di lindungi oleh bosnya.

"Sampai," alih-alih bertanya banyak hal, Ethan lebih suka memendamnya.

Ellina menatap bangunan besar yang tinggi di depan matanya. Saat mobil Ethan telah terparkir,  ia turun dan berjalan berdampingan dengan Ethan. Tulisan ' Reegrand Word Mall' itu sempat menggetarkan hatinya. Namun langkahnya terlihat mantap dengan memasuki beberapa toko pakaian wanita terbaik.

Melihat itu,  Ethan lebih suka menunggu. Ia memilih berpisah dan menunggu Ellina di sebuah cafe diluar mall. Ellina merasa tak keberatan. Ia akan menyusul nanti jika telah mendapatkan semua hal yang ia butuhkan. Dalam hal pakaian,  pilihannya jatuh pada gaun berwarna biru. Ia memilih itu dan langsung mengenakannya. Melengkapi dengan aksesoris gelang dan menarik turun rambutnya. Menyisirnya secara acak dengan tangan.

Setelah membayar,  ia melangkah keluar dari mall. Berjalan santai di trotoar dan menikmati keramaian jalan. Melewati toko-toko berkelas yang menampilkan banyak hal menarik. Langkahnya terus berlanjut dengan senyum tulus. Ini adalah hari ia memilih untuk bertarung. Maka ia akan memulainya dengan hal baik lainnya. Ia percaya,  bahwa suatu saat nanti,  takdir itu akan berubah.

Sedangkan dalam ruangan lain,  Kenzie duduk dengan sangat bosan. Saat gesekan tirai kembali terdengar,  matanya menatap malas. Namun wajah gadis yang tengah bahagia itu tak pernah melihat sudut bosannya.

"Ken, bagaimana dengan gaun yang ini? Apakah aku terlihat cantik?" tanya Lexsi antusias.

Kenzie hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia terlalu malas untuk berbicara. Matanya menatap jalanan yanh tengah padat. Hingga ekor matanya menatap sosok itu. Sosok gadis yang pernah ia cari. Tengah tersenyum dan berjalan dengan sangat santai. Terlebih lagi,  wajahnya terlihat sangat bahagia. Memikirkan itu refleks membuat tubuhnya berdiri.

Ia berjalan keluar toko tanpa mendengarkan seruan Lexsi. Langkahnya semakin cepat,  mengejar gadis itu. Meski di tengah keramaian,  matanya mampu mengunci sosok mungilnya.  Itu karena semua mata memlerlakukan gadis itu dengan sangat istimewa. Hingga rata-rata semua orang menyingkir dan memberikan jalan lapang bagi gadis di depannya.

Hatinya menggelap,  ekspresinya mengeras. Dia adalah gadis yang berani menolaknya. Setelah setahun menghilang,  ia kembali muncul dengan senyum bahagia yang memperlihatkan bahwa hidupnya baik-baik saja. Ia tak dapat menerima itu semua. Ia tak bisa.

"Ellina," desisnya dingin menyebut nama wanita di depannya. "Itu kamu,"

Langkahnya semakin cepat. Mencoba mengejar langkah Ellina namun terhenti saat Ellina memasuki sebuah cafe. Sudut matanya mengerut. Ia memperhatikan dengan sangat jelas. Bagaimana Ellina duduk hingga tersenyum manis. Jari-jari tangannya menyisir rambut panjangnya acak. Membuat wajah cantiknya terlihat berseri sempurna. Lalu, hal yang sangat mengganggu adalah pria di hadapan Ellina.

"Hah," desah Kenzie membuang napas saat melihat wajah pria di hadapan Ellina. "Apa karena dia?"

Ekspresi dinginnya berubah gelap. Ia hanya berdiri tegak dengan menatap tajam pada setiap pergerakan yang terjadi disana. Itu membuatnya harga dirinya terluka. Membuatnya merasa jijik dalam waktu yang sama.

"Jadi seperti ini?"

Langkah Kenzie baru saja akan mendekat, saat sebelum akhirnya tertahan karena telepon genggamnya berdering.

"Tuan, ini buruk. Sistem keamanan perusahaan hancur,  bahkan kami tak dapat memulihkannya. Beberapa informasi bocor tanpa bisa kami cegah."

Genggaman tangan Kenzie menguat. Bibirnya terkatup rapat dengan suara gigi yang menyatu kuat. "Shit!" umpatnya kesal.

Ekor matanya menatap Ellina sekali lagi. Masih dalam posisi yang sama, gadis itu terlihat nyaman dan tengah menikmati waktunya dengan santai.

***

次の章へ