webnovel

Chapter 04

💙TeeJaruji💙

Tae menjilat bibirnya saat mengubah bio di Instagram nya. Sebenarnya Tae gak terlalu mikirin tentang tantangan ini, dia ikut itu karena sahabatnya, karena Teetee-nya. Sama seperti teman-temannya, Tae juga pernah beberapa kali bertanya kepada Tee tentang seksualitasnya pada beberapa kesempatan, tetapi setiap kali Tee menolak pemikiran tentang menyukai sesame jenis dan kemudian dia akan mulai mengubah arah pembicaraan dengan cepat. Untuk Tae subjek pembicaraan semacam ini sensitive dan dia gak suka kalau Tee menyembunyikan hal-hal penting seperti ini. Dia pernah gak ngobrol sama Tee selama seminggu karena Tee pernah gak ngasih tau dia siapa mantan Tee yang ngajak jalan, tapi tujuh hari kemudian mereka berdua merasa bersalah karena berantem cuman gara-gara itu aja dan buat nebus waktu yang hilang karena Tee sibuk dengan orang lain dari malam sampai pagi mereka menonton film. Bukannya dia menolak atau menyukai gay, dia cuman pengen tau aja sabahatnya itu gay atau straight ataupun bi. Apapun Tee, Tae hanya ingin tau dan memberikan dukungannya.

Jadi dia bakal ngegunain semua cara untuk mencari tau, termasuk mengikuti permainan tantangan ini.

*

Jumat malam akhirnya tiba setelah minggu yang bikin stress di sekolah, orang-orang di sekolah selalu aja memaksa biar Tae dan Tee buat bener-bener jadi pasangan dan Tae bener-bener muak karena pertanyaan itu gak ada habisnya. Sedangkan Tee, dia gak keliatan terlalu memikirkannya sih soalnya udah terbiasa sama hal yang kaya gini – selalu ditanya kapan punya hubungan serius – oleh semua orang.

Seperti biasa, Jumat malam itu waktunya berpesta dan mereka berdua biasanya mengunjungi pesta-pesta bareng teman-temannya dan mungkin sedikit diselipin dengan acara minum-minum, lalu pulang kerumah masing-masing dan tepar sampai sore.

Hari ini pesta itu diselenggarakan oleh dua orang temannya, satu dari sekolah mereka dan satu lagi dari sekolah swasta lainnya. Pesta nya sudah mulai menggila saat Tae dan Tee baru dateng dan kelihatan dari penampilan mereka yang sudah mulai berantakan. Di beberapa pojokan rumah kalian bahkan bisa melihat ada yang sedang berciuman atau bahkan hampir melakukan kegiatan panas, seperti membakar gorden rumah (-_-').

"Hei dude, lu beneran serius pacarana sama si Tee?" Seorang yang bahkan tidak dia kenal, berjalan mendekati Tae dan menanyakan hal sama seperti banyak teman-temannya pertanyakan. Dia cemberut. Dia gak nyangka banyak banget respon yang teman-temannya lontarkan setelah tau mereka 'berpacaran', entah itu ada yang setuju ataupun lebih parahnya mencerca dan menentang habis-habisan hubungan mereka. Padahal itu cuman Tantangan. Permainan yang melihat diapa yang lebih dulu kalah dan jatuh cinta. Tapi itu gak akan terjadi, mereka berdua sudah saling mengenal tujuh tahun dan tidak akan mungkin jatuh cinta.

Menurut Tae begitu, entah ya author.

"Tee! Balik sekarang yu?!" Tae berteriak diantara orang-orang dan berisiknya suara musik. Tapi Tee sedang asik ngobrol sama orang yang Tae gak tau. Sampai akhirnya Tae berteriak karena Tee tidak mendengarkannya."T-E-E!"

Masih gak ada balasan juga dari Tee dan akhirnya Tae pergi ke halaman belakang rumah. Dia gak berencana balik kedalam rumah dan menarik paksa Tee tapi dia mengirimkan pesan singkat agar sahabatnya itu tau dimana dia bisa menemui Tae.

To : Mr. Gembul

RUMAH POHON SEKARANG atau AKU AKAN MEMATAHKAN LEHERMU DENGAN KEDUA TANGANKU!!!

Rumah pohon yang bilang itu sebenernya ada di halaman belakang rumah Tae, pohon itu ada sejak sejak dia di kelas tiga dan dia hampir gak pernah naik di dalamnya (mungkin pernah beberapa kali saat dia merajuk karena gak dibolehin melihara anak anjing) sampai Tee datang setiap minggu sepulang sekolah.

"Itu apa?" Dia bertanya, menunjuk ke rumah pohon melalui pintu kaca.

"Rumah pohonku. Aku jarang main disana sih. Kamu mau main disana?" Tae kecil bertanya dan membuka pintu begitu Tee mengangguk dengan semangat.

**

Tae pulang meninggalkan pesta, dia berharap agar Tee cepat memesan taksi atau numpang pulang dari beberapa temannya yang kebetulan juga datang ke pesta itu. Dia sampai di rumah sekitar pukul sepuluh, diruang tamu dia melihat ibunya yang sedang asik nangis-ria karena drama kesayangannya itu ternyata akhirnya bikin pemeran laki-lakinya mati dan pemeran wanitanya kabur sama sahabat si pemeran laki-lakinya itu.

Hujan gerimis mengundang (?) dan Tae langsung berlari ke tangga rumah pohon, memanjat dan merangkak masuk. Rumah pohonnya gak berubah sama sekali, masih sama kaya terakhir kali dia tinggalkan, selimut menumpuk dan karton es krim tua yang telah dibersihkan oleh semut, juga beberapa lampu natal yang waktu itu dia pasang bersama Tee untuk mendekor dan sebotol anggur yang dia curi dari lemari anggur ibunya.

Dia memeriksa ponselnya lagi setelah dia duduk dengan bantal berjejer di belakang punggung dan selimut di pangkuannya, meneguk anggur merah.

From : Mr. Gembul

54b4R d0N9 bR0, 9u3 L491 d1j4L4N N1h. J4N94N buNuh 9u3 doN9

Tae menghela nafas lega dan mengusap rambutnya dengan jarinya saat dia melempar ponselnya ke meja kecil. Kadang dia masih juga jengkel sama Tee yang entah kenapa masih aja 4L4Y kalau urusan chattingan, entah itu dia chattingan sama orangtuanya atau sama temennya. Bayangkan guyesss,, si Tee udah kaya anak alay yang baru punya hp kemarin sore, liat aja ketikan chat nya. Untung Tae saying, klo engga udah dicekik kali dari kapan. (-_-')

Lagi asik sama khayalannya, Tae mendengar teriakan namanya dari luar rumah pohon, dan ternyata itu Tee dengan rambut basah yang udah mirip sama pel sekolahannya itu karena saking acak-acakannya.

"Tangan," Tee mengulurkan tangannya kearah Tae untuk memanjat ke atas rumah pohon. "Kayanya gue harus melatih kekuatan tubuh bagian atas deh." Tee menghela nafas dan berjalan menghampiri Tae yang memberinya selimut dan bantal. "Ada apa?"

"Aku cuman pengen menjauh dari orang-orang aja. Pertanyaan yang mereka ajukan sangat--"

"Intimidasi." Tee mengangkat jarinya dan meraih sebotol anggur yang Tae bawa. Tee meneguk sedikit anggurnya dan menggelengkan kepalanya. "Bener!? Kayaknya orang-orang itu teh harus piknik deh biar gak rempong. Sorry ya Tae-Tae."

Tae sedikit terkejut karena Tee memanggilnya dengan panggilan mereka waktu kecil. Udah lama banget Tee gak nggunain nama itu dan ternyata Tae merindukan itu semua.

"Gapapa sih, kita juga dapet popularitas yang lebih tinggi. Para fans mungkin mikir kita tuh dewa atau sejenisnya, sampe sampe mereka rela buat dateng pagi-pagi ke sekolah cuman buat ngambil foto kita di pagi hari." Tae tersenyum ketika sebotol anggur diberikan kembali kepadanya.

Dalam setengah jam, Tee akhirnya duduk di sebelah Tae karena dia mengeluh gimana kedinginannya dia pas pulang ke rumah Tae hujan-hujanan. Tae melingkarkan lengannya di pundak Tee dan mengatur botol anggur di atas selimut yang mereka pakai. Tee menyandarkan kepalanya di bahu Tae saat mereka berbicara tentang hal-hal sederhana.

Tee mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto mereka berdua, menguplod-nya ke InstaStory dengan kata : Rainy but not with our hearts. @TaeDarvid plus pake emot lope-lope juga. Dalam dua menit notif di Instagramnya penuh dengan dm orang-orang yang kebanyakan komen 'omg's dan yang lainnya.

"Liat, banyak banget sekarang fans kita, apalagi setelah tantangan itu." Tee mendekatkan hidungnya ke pundak sahabatnya, menghirup aroma tubuhnya yang samar-samar disiratkan dengan vanila (karena Tae punya aromatherapy di kamarnya) dan tentu saja, anggur.

"Hei Tee, kamu inget gak aturan mendasar dari hubungan kita??" tiba-tiba wajah dan nada bicara Tae udah berubah menjadi mode serius dan Tee mau tidak mau harus menjawab apapun pertanyaan dari Tae.

"Ya.."

"Aku punya, kaya, satu pertanyaan. Jujur aja sama aku karena kamu tau kan kalau aku gak suka hal-hal yang bersembunyi." Tae mengambil tangan Tee dan menjalin jari-jari mereka.

Tee mengangguk.

"Apa–" dia menghela nafas "kamu gay atau bi?"

Saat keheningan di antara mereka cukup lama dan membuatnya canggung. Tae mikir nyesel kenapa harus nanya itu, siapa sih yang suka ditanya hal macam itu? Tae membuka mulutnya untuk meminta maaf, tetapi akhirnya Tee menjawab.

"Ya, gue bi." Tee menjawab dengan menekan tangan Tae. "Ya, gue... ya. Sorry gue gak ngasih tau lu, sebenernya gue cuman bingung dan gue piker lu bakal ngejauhin gue kalo lu tau atau mingkin lu mikir kalau gue lagi berusaha deketin lu karna kan kita selalu deket dan gak ada jarak jadi gue takut lu risih sama gue."

"Gak gitu, Tee, sumpah aku gak pernah, aku gak mungkin mikir gitu. Aku cuman..." Tae berbalik ngehadap Tee dan mengangkat wajah Tee agar Tee bisa liat matanya. "Aku senang aku tahu." Dia tersenyum dengan genit.

Tee mengendus dengan sangat keras dan menarik Tae untuk dipeluk, melingkarkan lengannya di leher sahabatnya itu dan mengeluarkan tangisan lega yang lama dia pendam sambil bilang 'terima kasih'. Tae mengusap punggung Tee saat dia memegangnya erat-erat, mencoba untuk menghentikan dirinya dari tangisan yang macam anak bayi dimarahin sama ibunya.

"Ah, jaketmu basah kuyup." Tee menarik diri dan mengusap lengan dan bahu Tae.

"Aku gak peduli," dia mengejek dan mengacak-acak rambut Tee dan menyeka air mata serta ingus yang ikutan keluar. Tae menarik Tee lagi untuk dipeluknya sekali lagi dan dan menepuk punggungnya selama beberapa menit sampai Tee tersenyum lebar. Senyuman Tee selalu menular dan mampu membuat Tee ikut-ikutan tersenyum senang sekaligus lega karena sahabatnya kembali ceria lagi.

Akhirnya mereka pun tertidur diiringi dengan suasana sore hari dan suara hujan yang menyejukkan hati.

次の章へ