"Sang Istri, apakah kau mengabaikanku?" Tanpa perlu menunggu jawaban Liang Yuening, Liang Shujun langsung duduk di samping Dong Huiying. Kakak ketiga benar-benar bersikap licik.
Ia memperlihatkan pesonanya yang anggun dan memiliki penampilan seperti seorang anak perempuan. Namun, Dong Huiying sudah merasa bahwa ini hanyalah kedoknya. Ia takut kepada Liang Shujun, karena kakak ketiga memiliki tujuan buruk. Seketika Dong Huiying menggerakkan tubuhnya dan berusaha menjauh.
Liang Shujun menatap Dong Huiying dalam-dalam. Selama memandangi Sang Istri, Liang Shujun merasakan ada sesuatu yang menarik. Sebelumnya, Sang Istri selalu memandangnya dengan penuh obsesi. Saat ini, wanita itu memandangnya seperti melihat seekor binatang buas. Ia tiba-tiba teringat ketika sebelumnya Liang Haoming membawa Sang Istri datang kemari, pria itu memintanya untuk lebih sering memperhatikan Sang Istri. Ia diberitahu jika Sang Istri kelihatan agak aneh.
Saat itu, ia tidak mengerti apa yang dimaksud 'aneh' oleh Liang Haoming. Kata-katanya sulit dimengerti. Sekarang, Sang Istri telah terbangun, dan ia terus mengawasinya. Sekaranglah ia menyadari bahwa Sang Istri memang aneh. Sang Istri sebelumnya sangat kejam, tapi sekarang ia lebih bisa mengontrol emosi dan lebih tenang, layaknya danau di musim gugur. Ada seberkas cahaya yang indah di udara, walau wajah Sang Istri yang hitam, sekarang bisa terlihat lebih menyenangkan.
Liang Shujun sempat bertanya-tanya, mungkin saja Sang Istri menderita rakitis. Tapi saat melihat sesuatu yang 'baik' dari wanita ini. Ia merasa tidak percaya, itu pasti hanyalah ilusinya.
Liang Shujun dengan lembut berkata, "Sang Istri, dokter akan datang memeriksamu. Tubuhmu tak apa-apa, tapi luka ditanganmu sudah terinfeksi. Kau boleh tinggal di sini beberapa hari, tunggu setelah lukamu sembuh. Baru, kau bisa pulang ke rumah, okey?" Ia mengeluarkan sebuah dompet dan memberikannya kepada Dong Huiying.
"Di sisi barat kota ada sebuah rumah judi kecil, tapi masih jauh lebih besar daripada rumah judi kecil di Gunung Taihang. Kalau kau suka, mengapa tak bermain dua ronde di sana? Namun, uangku sangat terbatas, jadi aku hanya bisa memberikan ini untukmu." Tambah Liang Shujun
Bibir Dong Huiying menganga. Dalam pikirannya, ia belum pernah melihat suami memperbolehkan istrinya berjudi.
Selain itu, Ia juga langsung bergidik begitu teringat hutang yang masih belum dibayar kepada Zhou Dachun. Hal seperti itu sudah sering terjadi, judi adalah sumber dari semua kejahatan. Dong Huiying juga tidak ingin suasana menjadi lebih kacau. Selain itu, keluarga ini juga tak boleh membuat masalah lagi.
****
Kakak ketiga keluarga Liang, selama bekerja Liang Shujun tinggal di rumah yang ada di kota. Ia bekerja di kota dan jaraknya sangat jauh antara tempat kerja dengan rumah keluarga Liang. Oleh karena itu, ia menyewa rumah yang ada di dekat kota. Saat saudara-saudaranya datang, mereka sering tinggal di rumah ini untuk beristirahat.
Ketika hari sudah mulai siang, Dong Huiying berbaring. Liang Shujun melihatnya tertidur lelap, dan mengedipkan mata lagi kepada Liang Yuening. Sepertinya kakak ketiga ingin mengajaknya ke suatu tempat.
Wajah Liang Yuening sangat buruk. Ia mengikuti kakak ketiga keluar dari ruangan, dan ia teringat dompet berisi uang yang tadi diberikan kepada Dong Huiying. Tiba-tiba ia memanggil, "Lao San!" Ia menatap kakaknya dengan cemas.
Saat di dalam rumah, cahayanya tak begitu baik, sehingga raut wajahnya tak terlihat jelas. Namun, sekarang mereka berada di bawah terik sinar matahari.
Wajah Liang Shujun sudah terlihat lebih jelas. Wajahnya pucat dan terdapat garis hitam di bawah matanya. Liang Yuening sudah paham bahwa badan kakaknya sedang kurang baik karena kekurangan tidur.
Liang Shujun meregangkan ikat pinggangnya, lalu bertanya kepada adiknya yang bodoh, "Bolehkah aku makan camilan?"
"Hah?" Liang Yuening terheran dengan maksud kakaknya ini. Jelas-jelas Yuening ingin menyumpahi kakaknya, tapi seketika sikapnya berubah.
Shujun mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Sang Istri tetap diam dan tenang. Bahkan ketika kita membakar dupa [12]1 untuknya, atau lebih dari itu, kita bisa menukar uang itu dengan kedamaian di rumah, entah itu emas maupun perak. Asalkan ia menyebutkan nominal angkanya. aku pasti berhasil! Bahkan, aku rela berjuang untuk hidupku."
Mendengar itu, Liang Yuening tak bisa berkata apa-apa.