webnovel

Dia Tidak Marah, Dia Hanya Bersembunyi

編集者: Wave Literature

Intuisi Dong Huiying mengatakan bahwa Menara Tianqing yang disebutkan Zhou Dachun bukanlah tempat yang baik. Ia melirik Liang Yixuan lagi dan melihat wajah pria itu pucat. Suaminya ini terlihat ketakutan sampai menggigit bibir tipisnya hingga semerah mawar.

Bulu mata Liang Yixuan yang panjang dan tebal bergetar. Ia tampak suram dengan menerima situasi yang buruk seperti ini. Kenyataannya, pria ini tidak setenang penampilannya. Ia bukannya tidak marah, tapi ia hanya menyembunyikan perasaannya yang dalam. Perasaan itu menyiratkan banyak hal dan tidak tampak kelihatan dari luar.

Zhou Dachun melirik kepada para gadis yang masih saja ribut, "Diam kalian semua! Ini perintah Sang Tuan!" 

Sebelum kunjungan ini, atasan Zhou Dachun telah menjelaskan bahwa jika tak bisa mendapatkan uang dari Dong Dabao, ia akan menggunakan suaminya untuk membayar hutang. Begitu Zhou Dachun menyebutkan 'Sang Tuan', para gadis petarung yang tadinya berisik sekejap menjadi diam.

"Baiklah, saudaraku! Hari sudah larut, mari kita bekerja!"

Setelah mendengar itu, seorang wanita dengan gagah menggulung lengan bajunya. Dengan kakinya, ia menendang pintu hingga terbuka. Ia segera masuk ke dalam rumah.

"Hentikan!" Ujar Dong Huiying.

Di sisi lain, Liang Yuening baru saja selesai mandi dari sungai. Sejak pulang dari gunung, badannya terasa sangat kotor. Selain itu, ia juga langsung membuat masalah dengan Dong Huiying. Untungnya, Liang Yixuan mampu menenangkannya. Dia memilih mandi di sungai karena tidak ada perlengkapan bahan untuk mandi, salah satunya sabun. 

Liang Yuening membasuh badannya dengan air yang bersih. Rambutnya yang tipis pun dibasuhnya hingga kembali mengkilap. Tidak lupa, ia juga mencuci baju yang dikenakannya lalu menjemurnya. Setelah selesai, dia mengenakan manset dan baju terusan yang berwarna abu-abu. Jemuran yang masih belum kering tetap diangkatnya, dia memutuskan segera pulang.

Sayangnya, ia harus menerima kenyataan pahit setelah senang membasuh diri di sungai. Kini, rumahnya sedang digerebek kelompok Zhou Dachun. Melihat hal itu ia kembali marah dan cepat-cepat kembali ke rumah.

"Zhou Dachun, masalah apa yang dilakukan keluarga Liang?" Tanya Liang Yuening dengan tegas. Dia memandang Zhou Dachun dengan tatapan penuh ancaman. 

Bila melihat sejarah kemalangan keluarga Liang, keluarga ini sebenarnya bukan keluarga biasa. Nyonya Liang adalah wanita yang mampu menikahi sepuluh orang suami di tahun awal, kejadian ini sudah menjadi hal yang sangat umum di desa ini. Sangat disayangkan, seluruh suaminya harus meninggal dunia. Kematian seluruh suaminya disebabkan oleh bencana kekeringan, banjir dan munculnya wabah penyakit di pegunungan ini. 

Untungnya, kesepuluh suami itu meninggalkan enam orang putra yang kuat kepada Nyonya Liang. Saat upacara pemakaman suaminya yang terakhir, saat itu mtelah memasuki musim hujan, jalanan sangat licin. 

Nyonya Liang tidak sengaja terpeleset dan jatuh. Tulang punggungnya patah, membuatnya lumpuh dan harus menetap di atas tempat tidur.

Hal itu membuat Nyonya Liang menjadi cacat, kejadian ini sebenarnya bukanlah masalah yang sepele. Sebab dalam Dinasti Yuan, keluarga adalah bentuk yang sudah sangat struktural, setiap gender harus bisa mengisi tugasnya masing-masing. 

Dalam suatu keluarga, perempuan adalah kepala keluarga. Perempuanlah yang harus menafkahi keluarga. Sejak kecacatan Nyonya Liang, tidak ada lagi wanita di keluarga Liang. Hal itu membuat keenam saudara Liang hidup sulit sejak masih muda. 

Meski ada banyak hal negatif yang menimpa keluarga itu, tapi ada sisi positifnya. Keenam keluarga Liang bersaudara mampu hidup mandiri dan mampu memecahkan permasalahan keluarga yang menimpa mereka.

Wajah Zhou Dachun tampak beringas. Ia adalah seorang feminis yang khas Dinasti Yuang, wanita yang tidak suka bila ada pria yang menentangnya. Di Dinasti Yuan yang dikuasai perempuan, sudah menjadi hal yang lumrah bila pria harus hormat kepada wanita. Ketidakpatuhan akan menjadi sesuatu yang melanggar norma. 

Meski Zhou Dachun merasa marah kepada Liang Yuening, tapi dihatinya justru tidak demikian. Ia diam-diam menyukai putra kelima keluarga Liang. Ia suka karena dirinya begitu agresif. Zhou Dachun mau menerima kemarahan pria itu dan menunggunya selesai bicara.

"Yah, Tuan Liang, nyalimu sungguh besar!" Jawab Zhou Dachun.

"Persetan denganmu, nyaliku tidak akan menciut meskipun di depanmu, Nyonya Zhou Dachun! Brengsek kau, keluar dari rumah keluarga Liang!" Balas Liang Yuening tegas.

Wajah Liang Yuening terlihat kecewa. Ia menatap Dong Huiying dengan sorot mata yang kejam. Saat melihat jari tangannya yang mengepal, dia mengira Dong Huiying yang menjadi sumber masalah ini.

Seorang wanita petarung seketika memaki dengan marah kepada Liang Yuening, "Bedebah kau, Liang Lao Wu! Bangsat! Kak Dachun, beraninya ia melabrak kita? Berani-beraninya dia mengusir kita pergi? Tunggu saja, Nyonya Zhou pasti akan menghabisimu!"

Dengan sigap beberapa wanita kekar langsung mengelilingi Liang Yuening. Sebaliknya, Liang Yuening membanting dan menjatuhkan pakaian basah di tangannya, "Huh! Kalian kira aku takut pada kalian?"

"Saudara-saudaraku, tak perlu banyak bicara! Kita hajar saja dia dan perkosa beramai-ramai hingga mati!" Ungkap salah satu petarung wanita itu. 

Tinju yang kuat menghajar tubuh Liang Yuening. Liang Yuening juga membalas beberapa kali, sayangnya tidak memberikan dampak yang berarti. Tapi Liang Yuening juga orang yang kejam. Ia berusaha menangkap mereka satu demi satu dan menikamnya sampai mati. Kejadian ini memperlihatkan pertunjukan yang mengerikan.

次の章へ