webnovel

Hari Sakit

(POV Jui)

Hari ini adalah hari yang cukup langka di Kelas 1-F. Persentase murid yang masuk cuma 12% dari jumlah keseluruhan. Itu artinya, hari ini cuma dua orang saja yang masuk kelas, empat belas murid lainnya tepar semua. Bisa kau tebak siapa dua murid yang masuk itu?

Yap! Nana dan Gen.

Aku tidak bisa mengajar kalau muridnya cuma dua orang. Sebenarnya sih tidak apa-apa. Tapi, aku merasa kurang nyaman saja. Jadinya, aku minta kepada kepala sekolah agar meliburkan Kelas 1-F untuk hari ini saja. Rencananya, aku ingin mengajak Nana dan Gen untuk mengunjungi semua murid yang sedang sakit.

Nana sih senang-senang saja, Gen yang sedikit merepotkan. Soalnya, sekarang hari Selasa, hari ketika Gen sedang PMS. Gen baru mau ikut setelah aku dan Nana sedikit memaksanya. Sekarang masih jam 09.30, aku harap semua murid dapat aku kunjungi.

Murid yang pertama kali akan kita kunjungi adalah Hide. Karena rumahnya yang paling dekat dengan sekolah.

Dengan memakai mobil, kami bertiga berangkat menuju tujuan pertama.

Oh iya, aku belum cerita. Aku ini guru yang perhatian pada muridnya. Semua rumah anak kelas 1-F pernah aku kunjungi, termasuk yang tinggal di luar kota. Bukan apa-apa, aku hanya berjaga-jaga jikalau suatu saat nanti hal ini akan dibutuhkan. Jikalau ada hal-hal yang di luar dugaan, aku dapat mengunjungi rumah murid kapanpun aku mau.

Sebelum mengunjungi rumah anak-anak, kami belanja makanan terlebih dahulu di supermarket. Rasanya kurang pas, kalau menjenguk tapi tidak bawa apa-apa.

Jalanan tidak begitu ramai, perjalanan ke rumah Hide cuma memakan waktu sebentar saja.

*Ting-tong!

Nana menekan bel rumah. Tertulis 'Kusakabe' di sebelah bel yang Nana tekan.

Seorang lelaki paruh baya keluar dari rumahnya. Ia berjalan menuju kami, dan Nana langsung bicara.

"Ayahnya Hide-hentai, bolehkah kami menjenguk Hide-hentai?" tanya Nana.

"Hentai?" Lelaki itu kebingungan.

"Maaf, lupakan saja, Pak. Apakah Hide ada di dalam?" Aku mengambil alih pembicaraan.

Lelaki itu langsung tersenyum.

"Oh, kalian dari sekolahnya Hide, ya. Iya saya ayahnya. Hmm... mending kalian gak usah menjenguk Hide, soalnya dia tidak suka dijenguk. Tapi, kalau kalian memaksa sih gapapa, silakan saja." Lelaki itu malu-malu kucing.

Aku dan Nana langsung menyadari. Ternyata sifat tsundere Hide menurun dari ayahnya.

Setelah itu, kami bertiga masuk.

Kamar Hide tidak dikunci, kami bertiga langsung masuk karena ayahnya sudah mengizinkan.

Hide langsung bereaksi.

"Kalian bertiga pulang saja. Kalian hanya mengganggu," usir Hide yang sedang tiduran memakai selimut.

Gen yang mendengar perkataan itu langsung marah-marah.

"Eh, lu bangsat! Udah dijengukin malah ngusir. Cari mati, ya?!" Gen langsung mendekati Hide dan menarik paksa selimut yang sedang dipakainya.

Hide panik.

"Iya iya bang ampun. Maafin saya bang. Makasih loh udah dateng jengukin. Tolong balikin selimutnya!" Hide memohon.

Gen pun langsung memberikan selimutnya lagi.

Setelah itu, kami bertiga mengobrol seperti biasa. Menanyai keadaannya dan sedikit menghiburnya. Gen tidak ikut mengobrol, dia hanya masam-mesem menahan emosi. Kami tidak terlalu lama di rumah Hide, karena harus menjenguk murid yang lain.

Sebelum pulang, kami meninggalkan sebuah roti dan sekaleng susu untuk dikonsumsi oleh Hide.

Setelah dari rumah Hide, kita menuju rumah Ota. Rumahnya pun tidak begitu jauh dari sini.

Ketika sampai di rumah Ota, kami menekan bel rumah seperti biasanya. Kali ini ibunya Ota yang membuka, dia segera mempersilakan kami masuk.

Saat kami minta izin untuk masuk ke kamar Ota, ibunya memberi peringatan.

"Ota masih tidur. Tolong jangan buka pintu kamarnya ya, Pak Jui. Nanti seisi rumah tidak bisa bernapas."

Kami langsung merinding mendengarnya. Kau tau sendiri, Ota itu sulit dibangunkan. Kalau dia tidur, pintunya harus ditutup rapat agar oksigen di ruangan lain tidak menghilang. Karena batas kekuatan aneh Ota adalah pembatas ruangan seperti tembok, pintu, jendela, dan lain-lain.

Akhirnya, kami gak jadi masuk ke kamar Ota.

"Kalian mau minum teh dulu?"

Karena sudah berkunjung, gak enak rasanya kalau langsung pulang. Jadinya kami bertiga ngeteh dulu sama ibunya Ota.

Sambil ngeteh, Ibunya sering bertanya tentang kekuatan aneh Ota ketika ia berada di kelas. Aku menahan tawa ketika mengingat kejadian Ota yang digotong dan ditaruh di tengah lapangan oleh anak-anak Kelas 1-F. Aku mencoba merahasiakannya, tapi dengan semangat Nana malah menceritakan kejadian itu. Untungnya, Ibu Ota malah tertawa.

Di sebelah kami, Gen diam saja. Berusaha menahan emosi tak jelas yang berasal dari kekuatan anehnya.

Sepuluh menit kami berbincang, Ota masih belum keluar dari kamar. Dipanggil dari luar pun tak ada jawaban. Sepertinya, Ota sedang tertidur lelap.

Karena tidak enak kalau harus membangunkan, jadi kami pulang saja dan menitipkan satu bungkus roti dan sekotak susu murni pada Ibunya.

***

Sekarang, kami sedang berada di rumah Sera. Ini bukan rumah aslinya, sih. Ini rumah Bibinya. Sera menumpang di sini, karena jaraknya lebih dekat menuju sekolah.

Pintu kamar Sera tidak ditutup. Ketika kami hendak masuk, kami melihat Sera sedang tiduran di kasur memakai selimut sambil membaca buku. Meski sedang sakit, Sera masih saja membaca buku.

Dasar kutu buku.

Kami belum masuk ke kamar Sera, kami masih memperhatikannya dari luar. Ketika Sera selesai membaca dan menutup bukunya, barulah kami masuk.

Saat kami masuk, Sera tampak tidak kaget. Sepertinya dia menyadari kalau kami memperhatikannya dari tadi.

Tiba-tiba, Gen mendekati Sera dan memberinya sesuatu.

"Sera, ini buatmu terimalah." Gen memberi sesuatu pada Sera.

"Ini kan... Cicak. Buat ap—WAAAAAAAA!!!!!!" Sera berteriak histeris.

Ia bangun dari kasurnya, dan berlari seperti orang sehat. Baru kali ini aku melihat Sera sehisteris itu. Padahal, di kelas, Sera selalu terlihat anggun. Ternyata Sera takut cicak.

Sera mengintip dari luar kamar dengan tatapan tajam. Melihat Sera seperti itu, Gen malah jadi tambah sadis. Ia memasukan Cicak itu ke dalam tas Sera. Melihat kejadian itu di depan mata, Sera pingsan di tempat.

Setelah Sera bangun, aku dan Nana langsung meminta maaf atas kelakuan Gen.

"Hey Gen, cepat keluarkan cicak itu dari dalam tasku!" pinta Sera.

Gen menurutinya. Ia mengeluarakan cicak itu di depan matanya supaya ia puas.

"Lihat! Ini cicak mainan, bego!" kata Gen sambil memainkan cicaknya.

"Oh, gitu. Kirain cicak beneran." Sera bernapas lega.

"Nah, yang ini baru cicak beneran!" Gen mengeluarkan cicak beneran dari saku bajunya.

Cicak itu menggeliat-geliat di tangan Gen.

"WAAAAAAA!!!!" Sera lari lagi dari kasurnya.

Akhirnya, acara menjenguk Sera berubah menjadi acara menjahili Sera.

Duh, dasar Gen.

Sepulang dari rumah Sera, kami bertiga mengunjungi apartemen Lev.

Aku cukup terkejut, ternyata di apartemen Lev ada Roman dan juga Hoshi. Roman dan Hoshi sepertinya sedang menginap di sini. Hanya saja mereka bertiga malah terserang penyakit. Mereka bertiga terlihat seperti mayat hidup.

Kalau begini, jadinya enak. Kita jadi menjenguk tiga orang sekaligus. Setelah pulang, tentu saja kami meninggalkan mereka oleh-oleh. Sudah tahulah apa itu.

Sepulang dari kos Lev, tujuan berikutnya adalah kos-kosan perempuan. Di sana ada Lullin dan Shino. Mereka tinggal satu kos. Karena itu kos-kosan perempuan, jadinya aku dan Gen tidak ikut masuk. Hanya Nana saja yang menjenguk mereka berdua.

***

Sekarang, saatnya menuju rumah Akemi. Siswa lain yang sakit sudah kami jenguk semua. Tinggal rumah Akemi saja yang belum, soalnya rumah dia yang paling jauh. Sebenarnya sih, ini bukan rumah Akemi. Ini rumah neneknya. Rumah asli Akemi ada di Osaka.

Nenek Akemi mempersilakan kami masuk. Ketika kami masuk, ternyata Akemi sedang tertidur lelap di kamarnya. Karena kami tidak tega membangunkan dia, akhirnya kami memutuskan untuk pulang saja.

Sebelum kami keluar dari kamar Akemi, dia tiba-tiba bangun.

"Sensei... Nana... Gen," kata Akemi dengan suara serak.

Kami bertiga langsung menoleh dan mendekat ke Akemi.

"Uhuk... uhuk... maafin ya, aku sakit."

Mendengar perkataan itu, aku dan Nana hanya tersenyum dan langsung menghiburnya. Gen yang aslinya sedang PMS entah mengapa jadi berwajah ramah sore ini.

Sakit Akemi terlihat paling parah, murid lain tak separah ini. Sosok Akemi yang sempurna di kelas, seolah hancur di depan mataku. Sakitnya memang tidak sampai membahayakan nyawa. Tapi, tetap saja. Aku tidak tega melihat Akemi dalam kondisi seperti ini. Aku merasa kasihan melihatnya.

Setelah cukup lama berbincang dengan Akemi. Kami bertiga langsung pulang. Kalau terlalu lama, waktu istirahatnya bisa terganggu.

Sepulang dari rumah Akemi, aku berterima kasih pada Nana dan Gen karena telah menemaniku menjenguk murid-murid. Rasa terima kasihku tidak cuma lewat mulut. Sebagai tanda terima kasih, aku mentraktir mereka berdua untuk makan di restoran favoritku.

Besoknya, anak yang kemarin sakit sudah sembuh semua, termasuk Akemi. Sera sepertinya masih sedikit sakit, tapi dia memaksakan diri untuk masuk.

Murid yang kemarin sakit sih jadi sehat, tapi murid yang kemarin sehat sekarang jadi sakit. Hari ini, Nana dan Gen tidak masuk kelas. Yah, mungkin gara-gara mengunjungi belasan murid yang sedang sakit, jadinya mereka tertular.

Karena gak enak sama mereka berdua. Akhirnya aku minta izin lagi kepada Kepsek untuk meliburkan Kelas 1-F, Kepsek pun menyetujuinya.

Setelah mendapat persetujuan, kami semua berbondong-bondong menjenguk Nana dan Gen. Semua anak senyum-senyum sendiri, karena kelas diliburkan.

Duh, wali kelas macam apa aku ini?

次の章へ