Kelli turun dari motor, "Woy minggir kalian semua!!"
Reyhan menarik tangan Kelli, ia tidak ingin terjadi apa - apa dengan perempuan itu. Kelli menyentakkan tangannya, Reyhan berdecak. Ia tahu siapa gerombolan laki - laki di depannya, mereka anak SMA Pelita. Reyhan yakin ini pasti akan terjadi, ini kebiasaan mereka sebelum kompetisi.
Kelli berjalan medekati segerombolan laki - laki itu, tanpa rasa takut sedikit pun. Mata Reyhan membulat ketika menyadari perempuan itu sudah tidak berada di sampingnya, tapi justru mendekati serombolan laki - laki itu.
"Ayo lawan gue," tantang Kelli, segerombolan laki - laki itu kompak tertawa.
"Maaf kita anti ngelawan cewek," ujar salah satu laki - laki dari mereka.
"Kenapa? takut?" tanya Kelli meremehkan, beberapa dari mereka menggeram dan mulai terpancing emosi.
Sudah cukup, Reyhan sudah tidak tahan. Ia berjalan ke arah Kelli dan menarik perempuan itu, Kelli mendelik ingin protes. "Cukup Kell, gue udah bilang sama lo jangan buat gue khawatir," bisik Reyhan.
"Pacar lo cantik juga Rey, bagi buat kita dong." celetuk salah satu laki - laki disana seraya tersenyum miring, Kelli yakin jika laki - laki itu termasuk 'ketua' dari segerombolan itu. Reyhan berjalan mendekati laki - laki itu, tangannya mengepal.
"Bangsat lo, Ken," kata Reyhan dengan suara yang naik dua oktaf, ia pun memukuli laki - laki itu membabi buta.
'bugh'
Beberapa laki - laki disana mulai menyerang Reyhan, Kelli tidak bisa menuruti perkataan Reyhan. Sekarang yang terpenting ia membantu laki - laki itu, ia pun berjalan mendekati mereka. Kelli mulai melayangkan pukulannya, Reyhan yang melihat itu terkejut. Ia baru tahu jika perempuan itu bisa bela diri, Reyhan kira waktu itu Kelli hanya menonjok dan menendangnya asal.
Beberapa dari mereka tumbang, dan sisanya lagi masih berusaha melawan. Kelli merasa ada seseorang yang menariknya, dengan reflek tanganya yang bebas itu memegang bahu laki - laki itu dan menendang perutnya. Saat laki - laki itu lengah, Kelli menonjoknya hingga ia jatuh tersungkur. Kelli menoleh melihat Reyhan yang menyeka darah dari sudut bibirnya, ia menghampiri laki - laki itu.
"Ayo, mampir ke apotek dulu. Hari ini kita nggak masuk aja dulu, luka lo harus cepat di obati," kata Kelli, laki - laki itu mengangguk.
Reyhan dan Kelli meninggalkan tempat itu, setelah pergi ke apotek laki - laki itu membawanya ke arah sekolah. Kelli mengernyit, "Kok ke arah sekolah?" tanya Kelli.
"Bolos di rooftop aja," balas Reyhan, perempuan itu hanya manggut - manggut. Mereka pun menitipkan motornya di warung milik Bi Nah, "Ya ampun Mas Reyhan itu mukanya kenapa Mas?" tanya wanita paruh baya itu.
Reyhan tersenyum tanpa dosa, "Biasa Bi, namanya juga laki - laki."
Keduanya berjalan masuk ke dalam gang sempit. Setelah berhasil meloncati pagar pendek belakang sekolah, keduanya berjalan naik ke atas menuju rooftop sekolah. Tidak ada yang berani kesana, karena memang tempat itu sudah di klaim oleh Reyhan.
Sesampai di atas keduanya di sambut angin yang membelai lembut wajah mereka, Kelli mendudukkan dirinya di sofa. Ia mulai mengeluarkan obat yang ia beli di apotek tadi, Reyhan pun ikut duduk disamping perempuan itu. Kelli mencoba membuka tutup obat itu, tapi nihil ia tidak bisa membukanya.
Reyhan yang gemas, ia menyambar obat di tangan Kelli. Ia membuka obat itu, setelah itu menyerahkan kembali obat itu kepada Kelli. Perempuan itu mengernyit, ia tidak paham dengan maksud dari laki - laki di depannya.
"Lah kok di kasih ke gue? Obatin tuh luka lo. Kapas sama obat yang lain ada di situ," kata Kelli.
"Obatin," pinta Reyhan.
"Manja banget sih lo," cemooh Kelli.
"Manjanya cuma sama lo." Ucapan Reyhan sontak membuat pipi Kelli memanas.
"Kan lo pembantu gue," imbuh Reyhan, Kelli mendengus. Ia merebut obat di tangan laki - laki itu. Kelli menekan luka di sudut bibir laki - laki itu, membuat sang empu mengaduh kesakitan.
"Sakit woy! Pelan - pelan, lo jadi cewek nggak bisa kalem ya," rintih Reyhan menjauhkan wajahnya dari Kelli, sedangkan perempuan itu tersenyum dalam hati. Setelah mengobati luka Reyhan, ada sesuatu yang ingin perempuan itu tanyakan.
"Mereka tadi siapa?" tanya Kelli, mengerti apa yang perempuan itu tanyakan Reyhan meletakkan ponselnya dan menghadap ke arah Kelli.
"Mereka anak SMA Pelita, musuh basket sekolah kita. Kompetisi semakin dekat, mereka main keroyok. Dan yang mereka targetin buat di keroyok itu selalu anak yang jago di tim," papar Reyhan.
"Berarti lo jago dong?" tanya Kelli lagi.
"Ya iya lah gue jago." Sudah Kelli duga, Reyhan akan sombong seperti biasa.
Kelli menyalakan ponselnya, ada tiga notifikasi masuk. Ia pun membuka notifikasi itu, tiga pesan dari Nita.
Nita : Lo dimana?
Nita : Pelajarannya udah mulai.
Nita : Lo di cariin sama Pak Milan.
AndreaKelli : Gue udah di sekolah, ntar ketemuan di kantin aja pas istirahat.
"Siapa?" tanya Reyhan tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.
"Nita," balas Kelli singkat.
"Lo nggak merasa aneh dekat sama dia?" tanya Reyhan, Kelli mengerutkan keningnya tidak mengerti. Reyhan yang melihat raut bingung perempuan itu mendengus.
"Maksud lo?" tanya Kelli bingung.
"Nita itu orangnya licik sama egois," jawab Reyhan tanpa beban.
"Lo jangan asal judge sahabat gue kayak gitu Rey," ucap Kelli tidak terima, Reyhan hanya mengangkat bahunya dan kembali bermain gamenya. Kelli merenung, ia jadi kepikiran apa yang laki - laki itu bicarakan.
***
"Rey, lo kemana aja?" tanya Bian. keduanya menyadari ada yang tidak beres dengan sahabatnya. Ketika mendapat pesan dari Reyhan, Vion dan Bian bergegas ke rooftop dengan alibi ijin ke kamar mandi.
"Kok lo pas di serang nggak chat kita sih," omel Vion.
"Mendadak, lagian ada Kelli kok. Dia bantuin gue tadi," terang Reyhan, Vion dan Bian memandang perempuan di sebelah sahabatnya tidak percaya.
"Lo bisa bela diri Kell? Gue kira yang lo tonjok Reyhan waktu itu, lo asal pukul," tanya Bian, Kelli hanya mengangguk membalas pertanyaan Bian.
"Wihh cewek idaman nih," celetuk Vion dan di setujui oleh Bian.
"Kalau lo nggak mau sama Reyhan, sama gue aja Kell," ucapan Vion itu di hadiahi tatapan tajam oleh Reyhan.
"Lo apa - apaan sih Yon, ada yang cemburu tuh," ujar Bian seraya melirik Reyhan, sedangkan yang dilirik membuang muka. Kelli mengikuti arah lirikan Bian, ia yang melihat Reyhan membuang muka hanya mengangkat bahunya tidak peduli.
"Kenapa lo liatin gue kaya gitu?" tanya Reyhan.
"Apaan sih lo geer banget," balas Kelli. Keduanya salaing membuang muka, tapi entah kenapa Reyhan merasa ada yang aneh dengan jantungnya.